Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret tribun Benito Villamarin stadium, markas Real Betis (commons.wikimedia.org)

Antony Matheus dos Santos tidak datang dari latar yang nyaman. Ia lahir dan tumbuh besar di Inferninho, sebuah Favela miskin dan keras di pinggiran Sao Paulo, Brasil. Hidupnya ditempa oleh lingkungan yang brutal, tetapi justru dari sanalah lahir tekadnya untuk menjadi berbeda.

Pada 2025, ia berdiri sebagai salah satu pemain paling berpengaruh di Real Betis. Dari titik nadir bersama Manchester United, sang winger Brasil kini menjadi harapan klub asal Sevilla tersebut. Walau gagal mengantarkan timnya menjuarai Europa Conference League setelah takluk 1-4 dari Chelsea pada Kamis (29/5/2025), kebangkitan Antony tetap mencerminkan keteguhan hati dan pentingnya lingkungan yang akhirnya memberinya ruang untuk berkembang.

1. Datang ke Eropa sebagai talenta berbakat, performa Antony malah merosot di Manchester United

Antony tumbuh di sebuah lingkungan yang tak banyak memberi ruang untuk bermimpi. Inferninho, yang berarti ‘neraka kecil’, adalah tempat di mana ia bermain bola di jalanan beton tanpa alas kaki di tengah ancaman kekerasan, narkoba, dan kelaparan. Ia pernah harus melompati mayat dalam perjalanan ke sekolah saat masih berusia 7 tahun. Namun kerasnya hidup inilah yang menanamkan keberanian dalam dirinya.

Perjalanan karier profesionalnya dimulai di Sao Paulo FC, lalu berlanjut ke Ajax Amsterdam. Di klub Belanda itu, Antony bersinar dengan 44 kontribusi gol selama 2 musim, angka yang membenarkan bakatnya. Kegemilangan tersebut membuat Manchester United merekrutnya pada Agustus 2022 dengan mahar fantastis sebesar 95 juta euro atau setara Rp1,7 triliun lebih, menjadikannya rekrutan kedua termahal sepanjang sejarah klub.

Namun, kisahnya di Inggris berubah menjadi mimpi buruk. Dalam 96 penampilan bersama MU, ia hanya mencetak 12 gol dan memberikan 5 assist. Musim berikutnya harus dihabiskan dengan pemulihan cedera, penurunan performa, dan tekanan publik yang luar biasa. Di luar lapangan, ia juga dihantui tuduhan kekerasan terhadap perempuan yang menurunkan reputasi dan kepercayaan dirinya. Antony mengaku, masa-masa itu membuatnya kehilangan hasrat bertanding hingga tak punya kekuatan untuk bermain dengan anaknya.

2. Datang pada Januari 2025, Antony langsung memberikan magisnya

Antony harus rela terpinggirkan usai Ruben Amorim menduduki kursi kepelatihan Manchester United. Pada Januari 2025, Antony dipinjamkan kepada Real Betis tanpa opsi pembelian permanen. Keputusan yang mau tak mau harus diterimanya, tetapi berubah menjadi penyelamat kariernya. Dalam atmosfer hangat Stadion Benito Villamarin, ia menemukan kembali kebahagiaan yang telah lama hilang. 

Kondisi Betis saat kedatangan Antony juga sedang tidak ideal. Mereka baru meraih 1 kemenangan dari 9 laga terakhir dan baru saja tersingkir dari Copa del Rey 2024/2025 usai kalah 1-5 dari Barcelona. Namun, kehadiran Antony menjadi katalis perubahan besar. Dalam 25 pertandingan, ia mencetak 9 gol dan memberikan 5 assist. Gol-gol krusialnya melawan Espanyol di LaLiga Spanyol dan Fiorentina di Europa Conference League bahkan mengantar Los Verdiblancos ke final Eropa pertama sepanjang sejarah klub.

Chemistry antara Antony dan Isco Alarcon menjadi jantung kebangkitan Betis. Menurut statistik Opta Analyst, kombinasi umpan mereka tercatat sebagai yang paling sering dilakukan di tim dengan Isco ke Antony (139 kali) dan sebaliknya (135 kali). Dukungan suporter semakin menegaskan statusnya sebagai idola baru, hingga muncul candaan publik tentang ‘menculiknya’ agar tak kembali ke Manchester. Pelatih Manuel Pellegrini sendiri bilang jika kedatangannya merupakan misi balas dendam yang berhasil.

3. Meski Antony punya statistik bagus, Real Betis kemungkinan tak mampu mempermanenkannya

Performa Antony mencapai puncaknya di pentas Eropa. Dalam dua leg semifinal Europa Conference League melawan Fiorentina, ia mencetak 2 gol dan 1 assist. Gol pembuka lahir lewat tendangan bebas dan assist cemerlang untuk gol penentu yang dicetak Abde Ezzalzouli. Selain membawa Real Betis ke final Eropa pertama kalinya, ini juga menjadikannya sebagai sosok kunci dalam perjalanan bersejarah klub.

Secara statistik, kontribusi Antony begitu mencolok. Dilansir Transfermarkt, ia mencatatkan 0,65 kontribusi gol per 90 menit di Betis, meningkat drastis dari 0,22 per 90 menit saat di Manchester United. Dalam hal progresi bola, ia mencatat rata-rata 12,1 penguasaan bola progresif per 90 menit, hanya kalah dari Lamine Yamal dan Vinicius Junior di LaLiga. Dengan 2,1 peluang dari situasi open play per 90 menit, ia pun menjadi salah satu pencipta peluang terbanyak di kompetisi domestik Spanyol.

Terlebih lagi, Antony berperan besar dalam mengantarkan Betis finis di peringkat ke-6 LaLiga setelah sebelumnya tertahan di posisi ke-9 saat ia bergabung. Keberhasilannya juga memastikan Betis lolos ke Liga Europa musim berikutnya. Dalam skema taktik Manuel Pellegrini, ia mampu beradaptasi baik sebagai winger kanan maupun second striker ketika Isco Alarcon mengambil peran lebih dalam, sehingga menambah variasi serangan tim.

Namun, masa depan Antony masih penuh tanda tanya. Tanpa opsi beli dan harga pasarnya yang naik menjadi 23 juta euro (Rp422,7 miliar) per Mei 2025, Real Betis kemungkinan besar tak mampu mempertahankannya secara permanen. Meski begitu, kisah kebangkitan ini sudah utuh. Ia telah menunjukkan, tempat yang memberi kepercayaan dapat menjadi panggung terbaik bagi bakat yang sempat tenggelam.

Antony bukan hanya sosok yang berhasil menghidupkan kembali kariernya. Ia membuktikan bagaimana lingkungan yang mendukung, kepercayaan yang tulus, dan kesempatan kedua yang dijalani dengan sabar bisa melahirkan perubahan besar. Kisahnya menjadi bukti bahwa tempat yang tepat dapat memulihkan semangat dan mengangkat potensi seseorang sepenuhnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo