9 Klub Sepak Bola yang Jual Hak Nama Stadion sebagai Sponsor

Penamaan Emirates Stadium sebagai markas milik Arsenal telah berlangsung sejak stadion ini berdiri pada 2006. Meski begitu, kerja sama antara klub Inggris dengan maskapai asal Dubai ini sebetulnya telah terjalin sejak dua tahun sebelumnya, yaitu tepatnya pada Oktober 2004.

Menurut The Guardian, kerja sama tersebut membuat Arsenal saat itu mendapatkan kucuran dana mencapai 100 juta poundsterling atau sekitar Rp2 triliun jika dikonversikan dengan nilai sekarang.

Pada 2012, Arsenal dan Emirates memperpanjang kerja sama mereka. Kesepakatan tersebut membuat nama Emirates Stadium akan tetap bertahan sampai setidaknya tahun 2028. Sebagai catatan, nama asli dari stadion milik Arsenal ini adalah Ashburton Grove.

City of Manchester Stadium adalah nama dari stadion milik Manchester City sebelum berubah menjadi Etihad Stadium pada 2011. Perubahan tersebut merupakan salah satu hasil dari kerja sama yang disepakati City dengan maskapai asal Dubai itu. Sebelumnya, Etihad memang telah lebih dulu menjadi sponsor utama di jersey City sejak 2009.

Dilansir Forbes, nilai kerja sama antara City dengan Etihad yang disepakati pada 2011 disebut-sebut mencapai angka 400 juta poundsterling atau sekitar Rp8 triliun. Tahun 2021 ini merupakan tahun terakhir dari kerja sama antara keduanya. Selain stadion, Etihad juga menjadi nama untuk tempat latihan City, yaitu Etihad Campus. 

Pada 2010, Leicester City yang masih bermain di Divisi Championship diakuisisi oleh Vichai Srivaddhanaprabha, pemilik King Power International, sebuah perusahaan ritel asal Thailand.

Saat itu, Vichai menebus Leicester dengan mahar 39 juta poundsterling atau sekitar Rp780 miliar. Di musim 2011/2012, Vichai memutuskan untuk merenovasi Filbert Street, stadion milik Leicester dan mengganti namanya menjadi King Power Stadium.

King Power Stadium pun menjadi saksi perjalanan menakjubkan Leicester dari mulai promosi ke Liga Inggris pada 2014 hingga menjuarainya dua musim setelahnya. Sayangnya, Vichai, sosok yang berjaya mengangkat Leicester menjadi tim papan atas, meninggal dalam sebuah kecalakaan helikopter pada 2018.

Pada 2011, Juventus secara resmi menjadi klub sepak bola Italia pertama yang memiliki stadion sendiri pasca selesainya pembangunan kandang baru mereka, Juventus Stadium.

Namun pada Juli 2017, Si Nyonya Tua memutuskan untuk menjual nama stadionnya kepada Allianz, perusahaan asuransi asal Jerman. Dengan nilai kesepakatan mencapai 75 juta euro atau sekitar Rp1,2 triliun selama enam tahun, kandang tim asal kota Turin ini pun berubah nama menjadi Allianz Stadium.

Di awal 2020 lalu, Juventus dan Allianz memperpanjang kerja sama mereka. Dengan nilai kontrak yang meningkat menjadi 103 juta euro atau sekitar Rp1,7 triliun, Allianz Stadium akan tetap menjadi nama dari kandang klub ini hingga tahun 2030.

Sebelum Juventus, Bayern Munchen menjadi tim yang lebih dulu menjalin kerja sama dengan Allianz untuk penamaan stadion baru mereka yang selesai dibangun pada 2005.

Kerja sama keduanya terjalin sejak 2002 ketika stadion ini masih dalam tahap pembangunan. Dilansir DW, saat itu Allianz membeli hak nama stadion ini dengan mahar mencapai 90 juta euro atau senilai dengan Rp1,5 triliun untuk jangka waktu selama 15 tahun atau sampai tahun 2021.

Pada 2014, keduanya memperpanjang kerja sama mereka. Allianz kembali menyuntikkan dana mencapai 110 juta euro atau Rp1,8 triliun bagi Munchen yang membuat Allianz Stadium akan terus bertahan hingga tahun 2041 sebagai nama kandang klub Bavaria ini.

Stadion terbesar di Jerman yang memiliki kapasitas untuk 81.365 penonton ini memiliki nama asli Westfalenstadion. Pada 2005, Signal Iduna, sebuah perusahaan asuransi lokal di Dortmund membeli hak nama stadion yang terkenal dengan Yellow Wall-nya ini.

Dikutip dari International Cases in the Business of Sport (2008: 322), Dortmund mendapatkan dana sebesar 20 juta euro atau sekitar Rp387 miliar untuk jangka waktu kontrak selama enam tahun. Meski terhitung rendah jika dibandingkan dengan daftar-daftar sebelumnya, nilai di atas sangatlah membantu keuangan Dortmund ketika itu.

Pasalnya, jika kita ingat, di tahun tersebut Dortmund tengah mengalami krisis keuangan yang hampir membuat mereka bangkrut. Pada tahun 2012, Signal Iduna dan Dortmund memperpanjang kerja sama mereka dan akan berakhir pada 2021 ini.

Stadion yang berdiri sejak 2001 ini memiliki nama Arena AufSchalke. Pada Juli 2005, Veltins, sebuah perusahaan bir yang telah menjadi sponsor Schalke sejak 1997 secara resmi membeli hak nama stadion klub ini.

Menurut DW, Schalke mendapat kompensasi dana sebesar 110 juta euro atau Rp1,8 miliar untuk kerja sama ini. Pada 2017, Veltins dan Schalke memperpanjang kerja sama mereka terkait penamaan stadion ini selama sepuluh tahun hingga 2027 mendatang. 

Pada Oktober 2013, Besiktas memulai proyek pembangunan stadion baru mereka di atas tanah stadion lama yang telah dihancurkan, The İnönü Stadium. Namun, Vodafone, perusahaan telekomunikasi asal Inggris, telah menjalin kesepakatan tiga bulan lebih awal dengan klub asal Turki ini.

Pada bulan Agustus tahun tersebut, Besiktas dan Vodafone sepakat menjalin kerja sama senilai 145 juta dolar Amerika atau sekitar Rp2 triliun. Rinciannya, sekitar Rp417 miliar merupakan kontrak untuk sponsorship di jersey selama lima tahun dan Rp1,6 triliun untuk pembelian hak nama stadion selama 15 tahun.

"Ini bukan saja kesepakatan terbesar yang pernah dibuat Vodafone di Turki, namun juga kesepakatan terbesar dalam sejarah olahraga Turki," ucap Gokhan Ogut, Chief Executive Vodafone seperti dikutip dari SportsPro.

Wanda Metropolitano merupakan markas baru klub Atletico Madrid sejak tahun 2017 menggantikan stadion lama mereka, Vicente Calderon. Meski begitu, stadion ini sejatinya merupakan stadion lama yang telah berdiri di kota Madrid sejak tahun 1994. Pada 2016, Atletico memutuskan untuk merenovasinya.

Di tengah proses renovasi tersebut, pada bulan Desember 2016, Atletico sepakat menjalin kerja sama dengan perusahaan properti asal Cina, Dalian Wanda Group, dalam pemberian hak nama stadion ini. Menurut Marca, nilai dari kesepakatan tersebut mencapai angka 100 juta euro atau sekitar Rp1,7 triliun dengan durasi kontrak selama 10 tahun.

Itu tadi sembilan klub yang menjual hak nama stadionnya. Meski memang bisa menjadi sumber pendapatan, masih banyak perdebatan mengenai praktik ini bagi sebagian pihak, terutama suporter. Menjual nama stadion berarti juga menjual identitas klub.

Menggunakan nama sebuah brand atau perusahaan, alih-alih nama legenda atau nama yang memiliki nilai historis lainnya tentu saja akan membuat tidak adanya ikatan dengan stadion sebagai rumah sendiri.  

Selain itu, beberapa klub juga telah begitu identik dengan nama stadion mereka. Bahkan, stadion tersebut semacam menjadi brand itu sendiri dan bersejarah. Contohnya saja seperti Anfield atau Old Trafford. Liverpool dan MU pasti akan sangat berpikir ulang untuk menjual nama tersebut.