Luis Aragones, Sang Arsitek Awal Kejayaan Timnas Spanyol

- Luis Aragones mengubah arah perjalanan tim nasional Spanyol dengan menciptakan pondasi kokoh untuk dominasi Spanyol di level dunia.
- Aragones membuat perubahan besar menjelang Euro 2008 dengan membangun tim yang solid, menyingkirkan pemain senior, dan memberi kesempatan pada generasi baru.
- Puncak dari kerja keras Luis Aragones datang di Euro 2008 ketika Spanyol meraih gelar juara, memecahkan puasa gelar selama 44 tahun, serta membuka jalan bagi kesuksesan berikutnya.
Dalam sejarah panjang sepak bola Spanyol, Luis Aragones akan dikenang sebagai tokoh yang mengubah arah perjalanan tim nasional. Meski tak selalu menjadi sorotan, kontribusinya sebagai pelatih berhasil membentuk pondasi kokoh untuk dominasi Spanyol di level dunia.
Sebelum era Aragones, Spanyol memang sudah dikenal sebagai tim hebat. Namun, hal tersebut hanya berada di atas kertas. Sebab, skuad penuh talenta Spanyol selalu gagal tampil maksimal kala berlaga di turnamen besar. Akan tetapi, semua stigma itu mulai memudar saat Luis Aragones membuat perubahan.
1. Luis Aragones tak langsung sukses
Luis Aragones ditunjuk sebagai pelatih Timnas Spanyol setelah Euro 2004. Pada turnamen tersebut, Spanyol gagal berprestasi di bawah arahan Inaki Saez. Aragones yang merupakan sosok pelatih senior di sepak bola Spanyol ditunjuk untuk melakukan perubahan demi meningkatkan prestasi La Furia Roja.
Perjalanan Aragones di Timnas Spanyol tak langsung sukses. Ia masih gagal membawa Spanyol berprestasi di Piala Dunia 2006. Dengan pemain-pemain besar dan penuh talenta, La Furia Roja harus tersingkir dari babak 16 besar karena kalah dari Prancis. Kegagalan ini jelas tak ia inginkan.
2. Keberanian Aragones dalam membangun pondasi tim
Menjelang Euro 2008, Luis Aragones membuat perubahan besar. Dengan visi membangun tim yang solid dan tak bergantung kepada nama besar, ia adalah pelatih yang berani mengambil keputusan sulit. Ia menyingkirkan beberapa pemain senior dan memberi kesempatan pada generasi baru yang akhirnya menjadi tulang punggung kejayaan Spanyol.
Salah satu yang paling mencolok ialah keputusannya tak memanggil Raul Gonzalez di Euro 2008. Padahal, legenda Real Madrid tersebut adalah wajah utama Timnas Spanyol kala itu. Berstatus sebagai kapten sekaligus ujung tombak utama, Raul seharusnya bisa mengisi satu tempat di Timnas Spanyol.
Namun, Aragones memilih untuk mendepak Raul dan menggantinya dengan pemain-pemain lain. Keputusan tersebut sempat membuat penggemar Spanyol gaduh. Bahkan, tuntutan untuk melengserkan Aragones sering bergema sebelum Euro 2008 digelar.
Meski begitu, Aragones tetap percaya dengan visinya. Ia memilih pemain-pemain baru untuk menjadi tulang punggung tim. Sebut saja Xavi Hernandez, Andres Iniesta, David Villa, Fernando Torres, dan Cesc Fabregas. Mereka dipercaya untuk memperkenalkan skema tiki-taka di Timnas Spanyol.
3. Titik balik sejarah Timnas Spanyol
Puncak dari kerja keras Luis Aragones datang di Euro 2008. Meski bukan unggulan utama, Spanyol tampil dominan sejak fase grup. Mereka melewati lawan-lawan tangguh seperti Italia, Rusia, dan Jerman. Pada akhirnya mereka meraih gelar juara setelah meraih kemenangan 1-0 atas Jerman pada babak final.
Kemenangan itu bukan sekadar memberikan trofi. Akan tetapi, menjadi sebuah titik balik sejarah yang membuat Spanyol bangkit di sepak bola. Bayangkan saja, puasa gelar Spanyol yang telah bertahan 44 tahun akhirnya terputus pada 2008. Hal ini kembali membangkitkan animo sepak bola Spanyol yang sempat meredup karena selalu gagal di turnamen besar.
4. Warisan abadi dari Aragones
Setelah Euro 2008, Luis Aragones pergi dari Timnas Spanyol seperti seorang pahlawan. Pondasi yang telah ia bangun kemudian diwariskan kepada Vicente del Bosque sebagai pelatih baru. Del Bosque pun sukses melanjutkan warisan tersebut dengan menghadirkan Piala Dunia pertama bagi Spanyol pada 2010 dan Euro ketiga bagi Spanyol pada 2012.
Warisan besar yang ditinggalkan Aragones dalam memperkenalkan sistem bermain yang rapi dengan dominasi operan pendek di lini tengah terus berlanjut hingga saat ini. Ia bukan hanya pemenang trofi, tapi juga pahlawan perubahan. Pondasi yang dibangunnya dulu kini telah menjadi warisan yang abadi.
Lewat keberanian, visi, dan dedikasinya, Luis Aragones mampu membuat perubahan besa. Kini, ia telah tiada, tetapi warisannya masih hidup untuk La Furia Roja. Ia akan abadi dalam kenangan.