Mengenal Timnas Uzbekistan yang Diam-Diam Progresif

Kekuatan sepak bola Asia berkutat pada lima negara saja: Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Iran, dan Australia. Kelima negara ini pula yang langganan jadi perwakilan Asia pada Piala Dunia. Kabar baiknya, muncul kebijakan baru untuk menambah jumlah tim yang berhak berpartisipasi dalam edisi Piala Dunia 2026 mendatang.
Dari sekitar 4--5 negara, kini Asia dapat jatah 8 tim dengan tambahan 1 tim yang harus melalui babak play-off antarbenua terlebih dahulu. Sontak, peta kekuatan Asia pun meluas ke Asia Tengah dan Asia Tenggara. Salah satu yang cukup besar peluangnya adalah Timnas Uzbekistan.
Tim berjuluk Serigala Putih ini memang jadi salah satu kekuatan underrated di Asia. Mereka pesaing berat di Piala Asia dengan torehan beberapa kali mencapai perempat final dan sekali melaju sampai semifinal. Terakhir tim U-23 mereka merebut gelar juara Piala Asia U-23 pada 2018 usai menundukkan Vietnam. Timnas Uzbekistan juga memenangkan 8 dari 10 pertandingan terakhir yang mereka lakoni pada 2022. Kalah sekali dari Arab Saudi dan seri dengan Rusia.
Apa yang dilakukan Uzbekistan untuk mereformasi sepak bola mereka? Lantas, bagaimana pula peluang mereka berlaga di Piala Dunia 2026? Berikut ulasannya.
1. Pemerintah tak segan menggelontorkan dana untuk pengembangan sepak bola dalam negeri

Melansir tulisan Abdikadirova, dkk. dalam Psychology and Education Journal yang berjudul "Football in Uzbekistan: Law, Leisure and Sociology", presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, mengeluarkan dekrit yang berisi program pengembangan sepak bola sepanjang 2018--2022.
Salah satunya adalah membangun sekolah-sekolah asrama khusus untuk melatih calon atlet masa depan Uzbekistan. Dekrit tersebut juga membebaskan klub-klub sepak bola Uzbekistan dari kewajiban membayar pajak sampai 1 Januari 2023 (kecuali pajak bea masuk untuk barang-barang impor). Dekrit tersebut juga membebaskan tenaga ahli asal luar negeri dari kewajiban membayar pajak penghasilan.
Penerapan kebijakan tersebut diamini oleh pesepak bola asal Australia, Rostyn Griffiths, sepert dilansir Sydney Morning Herald. Griffiths pernah bermain untuk klub Uzbekistan, Pakhtakor Tashkent, pada 2017. Bahkan, sebelum dekrit tersebut berlaku, Griffiths mengaku bahwa pemerintah Uzbekistan cukup dermawan menggelontorkan dana untuk sektor olahraga, terutama sepak bola.
2. Meniru sistem akademi sepak bola Jerman yang disiplin dan kurikulumnya seimbang

Dari liputan Felix Lill untuk DW ditemukan bahwa Uzbekistan ternyata banyak berkiblat dari Jerman untuk urusan kurikulum akademi pemain muda. Negara Asia Tengah ini tak lagi melihat Rusia yang berbagi latar belakang sejarah dengan mereka.
Dilshod Kariev, salah satu pelatih di Tashkent Youth Football Performance Center, menyatakan bahwa nilai-nilai yang ia ambil dari Jerman adalah kedisiplinan dan keseimbangan kurikulum. Siswa tidak hanya dilatih keterampilan sepak bolanya, tetapi juga dapat pendidikan formal dan karakter yang porsinya seimbang.
3. Pendekatan pragmatis pelatih Srecko Katanec bak gayung bersambut

Martin Lowe dari The Asian Game berargumen bahwa salah satu kunci sukses Uzbekistan adalah pendekatan pragmatis pelatih Srecko Katanec. Pelatih asal Slovenia tersebut menganggap bahwa strategi high pressing yang saat ini banyak dipakai tim-tim kuat dunia bukanlah favoritnya.
Ia justru lebih sering memainkan strategi sepak bola tradisional dan sederhana yang ternyata disambut baik oleh pemain dan penggemar. Katanec juga memiliki pembawaan yang santai. Tiap kekalahan dan naik turun performa timnya dianggapnya sebagai pembelajaran, bukannya beban.
4. Situasi skuad Timnas Uzbekistan saat ini

Masih mengutip analisis Lowe, Uzbekistan ternyata dibebani dengan fakta bahwa beberapa pemain bintang mereka kesulitan dapat jatah bermain di klub masing-masing. Eldor Shomurodov, misalnya, hanya dimainkan dalam 6 dari 15 total pertandingan paruh musim 2022/2023 Serie A bersama AS Roma. Begitu pula dengan Otabek Shukurov di klubnya, Fatih Karagumruk.
Mereka masih punya Jaloliddin Masharipov yang cukup rutin diturunkan di klubnya, Al Nassr. Uzbekistan juga memiliki beberapa pemain muda potensial yang bermain di klub Liga Primer Rusia, yaitu Khozhimat Erkinov (Torpedo Moskow) dan Oston Urunov (Ural Ekaterinburg). Namun, Erkinov dan Urunov butuh beberapa waktu untuk mematangkan keterampilannya.
5. Punya peluang besar lolos ke Piala Dunia 2026

Uzbekistan beberapa kali hampir lolos ke Piala Dunia bila saja mereka menang pada pertandingan penentuan. Sejak 1998, Uzbekistan selalu mencapai ronde terakhir kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Namun, akhirnya selalu kalah dari negara-negara Asia lain dengan tradisi sepak bola lebih kuat.
Pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, Uzbekistan untuk pertama kalinya gagal lolos ke ronde terakhir. Sebuah pukulan telak untuk Katanec dan anak-anak asuhnya. Namun, dengan kuota peserta yang bertambah dan kehadiran beberapa pemain muda potensial, berlaga di Piala Dunia 2026 sepertinya bukan hal mustahil untuk mereka.