Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mjallby AIF dan Fenomena Underdog dalam Sepak Bola

ilustrasi stadion sepak bola
ilustrasi stadion sepak bola (pexels.com/Dmitry Tomashek)
Intinya sih...
  • Fenomena underdog umum dalam sepak bola
  • Mjallby AIF langka karena tak punya investor besar
  • Pertanyaan apakah Mjallby AIF bakal jadi one hit wonder
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada lagi satu kisah ala negeri dongeng dalam sepak bola. Kali ini datang dari sebuah kota nelayan bernama Hallevik di Swedia. Tak pernah diunggulkan, klub kebanggaan kota itu, Mjallby AIF, berhasil meraih gelar juara liga utama sepak bola Swedia, Allveskan, pada 2025. Ini gelar juara pertama mereka dalam sejarah sekaligus menandai kebangkitan dari keterpurukan 10 tahun lalu gara-gara relegasi.

Sontak, ini mengingatkan publik kepada beberapa kisah serupa pada masa lalu. Leicester City yang merebut gelar juara English Premier League (EPL) 2015/2016, Trabzonspor yang menjuarai Super Lig Turki 2021/2022, Bayer Leverkusen yang mengobrak-abrik Bundesliga Jerman 2023/2024, dan Krasnodar yang mematahkan dominasi Zenit St Petersburg di Russian Premier League (RPL) 2024/2025. Namun, satu yang jadi pertanyaan menggelitik: apakah Mjallby AIF bisa mempertahankan prestasi apik mereka dalam beberapa waktu ke depan atau bakal mendapatkan label one hit wonder seperti Leicester City?

1. Berdasarkan riset, fenomena underdog cukup umum dalam dunia sepak bola

Kisah ala negeri dongeng yang baru ditorehkan Mjallby AIF sebenarnya tidak benar-benar baru. Menurut riset Vicente dkk yang dipublikasikan dengan judul "Why is soccer so popular: Understanding underdog achievement and randomness in team ball sports" dalam Journal of Sports Analytics, sepak bola adalah salah satu cabor yang paling banyak melahirkan tim underdog, tim yang sukses setelah mengalami kegagalan. Ini pula yang menurut mereka jadi salah satu alasan mengapa sepak bola populer.

Orang punya kecenderungan untuk menyukai kisah underdog karena berbagai alasan. Salah satunya karena kesuksesan underdog bisa jadi pelipur rasa kecewa atas ketidakadilan di dunia. Seperti halnya trope film Eat The Rich yang beberapa waktu lalu jadi tren di industri hiburan. Tak punya kuasa untuk mengubah dunia, manusia-manusia biasa macam kita pun melampiaskannya dengan mengonsumsi cerita-cerita inspiratif dari sesama: orang-orang remeh yang berhasil mendobrak dominasi para pemegang kuasa.

2. Mjallby AIF jadi kasus langka karena tak punya investor besar

Walau bukan tim pertama dan satu-satunya yang pernah mengukir sejarah epik seperti ini, Mjallby AIF jadi kasus langka karena satu alasan: absennya investor besar. Saham Leicester City sempat dibeli miliarder Thailand, Vichai Srivaddhanaprabha, sekitar 5 tahun sebelum meraih gelar juara EPL. Krasnodar sejak awal didanai pemilik toko ritel raksasa Rusia, Sergey Galitsky. Trabzonspor dapat kucuran dana dari Qatar National Bank sejak 2016. Sementara, Bayer 04 Leverkusen sejak lama dikenal sebagai klub milik perusahaan obat raksasa, Bayer.

Mjallby AIF tak punya itu semua. Dana operasional mereka mayoritas datang dari komunitas lokal yang membeli tiket pertandingan sampai pemain dan staf yang rela bekerja dengan gaji relatif kecil dibanding klub sepak bola profesional lain di Swedia. Layaknya klub amatir, pemain dan staf mereka punya pekerjaan lain di luar sepak bola. Ini sebenarnya sesuatu yang tidak layak diromantisasi. Itu pun bisa terwujud karena mereka berbasis di Swedia, salah satu negara Nordik yang punya jaminan sosial terbaik untuk warganya. Sumber dana lain juga datang dari komitmen manajemen mengembangkan akademi guna meraih profit dari transaksi pemain binaan.

3. Mjallby AIF bisa saja menjadi calon one hit wonder

Kesuksesan Mjallby AIF jelas jadi kabar yang disambut baik penggemar sepak bola seantero dunia. Kisah mereka diliput banyak media besar. Strategi manajemen dan taktik mereka di lapangan dikupas habis, karier pemain dan pelatih mereka mungkin bakal meroket. Pertanyaannya, apakah mereka bisa jadi seperti Trabzonspor, Bayer Leverkusen, dan Krasnodar yang relatif konsisten atau justru mengekor nasib malang Leicester City?

Pada fase ini, mari berkenalan dengan istilah one hit wonder. Terma ini pertama kali muncul dari industri hiburan, merujuk kepada single milik musisi yang hits dalam periode tertentu, tetapi tak berhasil membuat musisi itu punya karier yang langgeng. Ini seperti Gotye yang hilang dari peredaran setelah merilis “Somebody I Used To Know” atau MAGIC! yang lenyap setelah lagu “Rude” tren pada masanya.

Dalam manajemen, one hit wonder didefinisikan Derler dkk dalam jurnal berjudul "Underdogs and One-Hit Wonders: When Is Overcoming Adversity Impressive?" sebagai kegagalan setelah meraih kesuksesan. Ini definisi yang pas untuk Leicester City yang mengalami fluktuasi performa dan akhirnya terelegasi ke liga kasta kedua pada 2023 setelah merebut gelar juara EPL pada 2016. Mereka sempat kembali ke EPL pada 2024/2025, tetapi akhirnya terpental lagi ke EFL Championship 2025/2026.

Ada beberapa faktor yang bikin Leicester City bernasib buruk. Salah satunya kesalahan kalkulasi keuangan yang bikin diet transaksi pemain mereka berubah jadi bencana. Lantas, bagaimana dengan Mjallby AIF? Seperti Leicester, Mjallby AIF juga bukan tipe tim yang suka melakukan transaksi pemain secara ugal-ugalan alias cenderung mempertahankan pemain dalam waktu lama.

Di tengah sistem persaingan kapitalis seperti saat ini, kecenderungan hemat anggaran itu terbukti jadi senjata makan tuan buat Leicester City. Namun, membandingkan dua tim ini secara langsung juga bukan hal bijak. Itu mengingat Mjallby AIF berlaga di Allveskan Swedia yang regulasi keuangannya lebih konservatif ketimbang EPL.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Hasil Lelang Jersey Timnas Futsal Capai Rp100 Juta, Akan Jadi Donasi

23 Des 2025, 21:16 WIBSport