5 Pemain Inggris U-21 yang Berpotensi Masuk Skuad Thomas Tuchel

Intinya sih...
Harvey Elliott menjadi kandidat terdepan masuk skuad Thomas Tuchel berkat kemampuan positioning yang memudahkan aliran bola vertikal Inggris.
Atribut fisik dan etos kerja Elliot Anderson cocok dengan taktik Thomas Tuchel, menjadikannya opsi gelandang kreatif bagi Timnas Inggris.
Tino Livramento mampu menjadi bek sayap serbabisa bagi skuad senior Inggris dengan kemampuan bermain di kedua sisi pertahanan dan daya tahan fisik yang prima.
Skuad Inggris U-21 menutup Euro U-21 2025 dengan gelar juara yang menandai keberhasilan back-to-back setelah juara pada 2023. Di bawah asuhan Pelatih Lee Carsley, tim muda ini menunjukkan permainan kolektif yang solid, yang tidak hanya mengandalkan bakat individu, tetapi juga adaptasi taktik dan kedisiplinan struktur permainan. Keberhasilan tersebut makin memperkuat posisi para pemain muda Inggris sebagai calon kuat pengisi skuad senior.
Sebagai pelatih Timnas Inggris, Thomas Tuchel dikenal menetapkan tiga kriteria utama dalam memilih pemain: ketajaman pengambilan keputusan, fleksibilitas peran, dan disiplin taktik. Gaya bermain Inggris U-21 selama turnamen menunjukkan kesesuaian dengan standar tersebut, terutama dalam hal mobilitas posisi dan kecerdasan situasional. Dengan Piala Dunia 2026 yang kian mendekat, lima pemain yang tampil menonjol di Euro U-21 2025 maupun level klub pada 2024/2025 lalu layak dipertimbangkan masuk rencana besar Tuchel untuk menyempurnakan The Three Lions.
1. Harvey Elliott jadi kandidat terdepan untuk masuk ke skuad Thomas Tuchel
Harvey Elliott tampil sebagai pemain terbaik di Euro 2025 berkat torehan 5 gol, yang 4 di antaranya ia cetak pada fase knock-out. Kemampuan positioning Elliott di half‑space kanan memudahkan aliran bola vertikal Inggris. Menurut Opta Analyst, ia memimpin tim dalam keterlibatan rangkaian serangan sebanyak 6,6 per 90 menit dan menjadi pemain tersering merebut bola di sepertiga akhir lawan (7 kali). Keunggulannya itu sejalan dengan kebutuhan Thomas Tuchel dalam menciptakan keunggulan jumlah pemain di zona 14.
Namun, pada 2024/2025, Elliott hanya bermain selama 360 menit bersama Liverpool di English Premier League (EPL), terendah sejak debut seniornya karena persaingan ketat di lini tengah. Situasi menit bermain yang minim membuat sang gelandang terbuka untuk mencari klub baru yang menjamin waktu bermain reguler. Bagi Tuchel, kepindahan ini bisa memastikan Elliott datang ke kamp timnas dengan ritme kompetitif yang stabil.
Secara struktural, Elliott bisa ditempatkan sebagai inverted number 10 di belakang penyerang atau sebagai false winger kanan dalam formasi 3‑4‑2‑1. Hal ini diperkuat dengan 24 aksi perebutan bola yang memperlihatkan kombinasi progresi dribel dan pressing balik yang intens sepanjang Euro 2025. Kecerdasan itu menjadikannya kandidat terdepan untuk peran kreator dinamis di tim senior.
2. Atribut fisik dan etos kerja Elliot Anderson cocok dengan taktik Thomas Tuchel
Elliot Anderson menjadi mesin lini tengah Inggris U‑21 dengan statistik dua arah mencolok. Selain agresif merebut bola, ia juga piawai memulai serangan dari kedalaman. Selama Euro U‑21 2025, Anderson menorehkan 8 peluang open‑play dan 29 perebutan bola, terbanyak kedua di turnamen setelah gelandang Jerman, Rocco Reitz (37).
Di Premier League 2024/2025 bersama Nottingham Forest, Anderson tampil konsisten sebagai gelandang yang aktif pada fase bertahan maupun menyerang. Ia mencatat 207 perebutan bola (tertinggi ketiga di liga), menyelesaikan 92 tekel, dan menuntaskan 36 dribel sukses sepanjang musim. Statistik ini menegaskan perannya sebagai gelandang yang agresif tanpa bola sekaligus progresif saat menguasainya.
Karakter kerja keras Anderson cocok sebagai nomor 8 hibrida yang Thomas Tuchel gunakan di Bayern Munich lewat Konrad Laimer. Anderson mampu menjalankan pressing tinggi saat kehilangan bola sekaligus membawa bola ke depan dengan kontrol yang tenang. Ia bisa menjadi opsi pengganti atau duet pivot bagi Declan Rice.
Forest menutup musim di peringkat tujuh dan lolos ke UEFA Conference League berkat 2 gol serta 6 assist Anderson dalam 33 penampilan Premier League. Keberhasilan itu menunjukkan kontribusi ofensifnya bukan hanya ilusi statistik, melainkan juga dampak langsung kepada hasil tim. Dengan volume menit bermain tinggi, Anderson membawa fisikalitas dan keberlanjutan yang disukai Tuchel.
3. Tino Livramento mampu menjadi bek sayap serbabisa bagi skuad senior Inggris
Tino Livramento menjadi salah satu pemain Inggris di Euro U-21 2025 yang mengantongi menit bermain terbanyak. Ia merupakan satu-satunya full-back di turnamen ini yang turun tiap menit pada fase gugur hingga perpanjangan waktu final. Kemampuannya bermain di kedua sisi pertahanan, ditambah daya tahan fisik yang prima, menjadikannya bek sayap serbabisa yang sangat berharga bagi tim.
Bersama Newcastle United di Premier League , Livramento sendiri mencatat rata‑rata jarak dribel 12,7 meter, kelima tertinggi di antara semua full‑back pada 2024/2025. Tak sampai di situ, ia memimpin dalam overlapping runs sebanyak 79 kali, dengan 11,5 persen di antaranya terklasifikasi sebagai overlap murni. Tak heran Manchester City menempatkannya sebagai target utama pengganti Kyle Walker pada bursa transfer musim panas 2025.
Dalam kebutuhan Thomas Tuchel, Livramento bisa berperan sebagai inverted‑full‑back untuk memadati ruang tengah saat build‑up dalam formasi 3‑2‑5 atau menjadi pemain yang melebar ke sisi lapangan di 4‑2‑2‑2. Ini terbukti saat umpan silangnya kepada Jonathan Rowe berbuah gol pada laga pembuka fase grup yang menggambarkan eksekusi tekniknya di sepertiga akhir. Fitur ganda tersebut mampu menghemat slot Timnas Inggris di turnamen besar.
4. James McAtee bisa menjadi opsi gelandang kreatif di Timnas Inggris
James McAtee tampil sebagai kapten sekaligus pencetak gol pembuka dalam kemenangan Inggris atas Spanyol pada perempat final Euro U-21 2025, yang sekaligus mengantarkannya meraih gelar Player of the Match saat itu. Pergerakan antarlini mencerminkan ciri khas pemain akademi Manchester City yang terlatih secara teknis dan taktis. Sepanjang 2024/2025, ia mencetak 7 gol dari total 936 menit bermain di level klub.
Dilansir BBC, keputusan McAtee menolak panggilan Piala Dunia Antarklub 2025 demi tampil di Euro U‑21 sebagai wujud prioritas kepada tugas internasional. Komitmen itu selaras dengan tuntutan Thomas Tuchel yang menghargai kesiapan mental pemain untuk agenda timnas. Kemampuan koneksi, progresi bola, dan pressing McAtee pun mengingatkan orang kepada Mason Mount, pemain serbabisa yang pernah menjadi pilar Tuchel di Chelsea.
Kurangnya menit bermain di Manchester City membuka isu ketertarikan Bayer Leverkusen dan Borussia Dortmund yang menjanjikan peran sentral. Jika transfer tersebut terwujud, McAtee akan mendapatkan panggung Bundesliga Jerman yang pernah dimaksimalkan Tuchel untuk memonitor bakat muda sejak era FSV Mainz 05. Kesempatan itu meningkatkan peluangnya menembus daftar 26 nama untuk Piala Dunia 2026.
5. Fleksibilitas Jack Hinshelwood menawarkan opsi menarik bagi Thomas Tuchel
Jack Hinshelwood merupakan definisi pemain sistemik. Sepanjang musim, ia berganti posisi dari gelandang tengah, bek kiri, bek kanan, hingga false nine, lalu menutup Premier League dengan 5 gol dengan 3 di antaranya tercipta pada 2 pekan terakhir, termasuk brace kontra Tottenham Hotspur. Di Euro U-21 2025, Lee Carsley memasangnya sebagai bek kiri sepanjang fase gugur dan performanya tetap stabil.
Goal menilai, kemampuan Hinshelwood menghubungkan antarlini menjadikannya solusi serbaguna untuk formasi Thomas Tuchel. Kepiawaiannya beroperasi ke tengah atau melebar ke sisi lapangan mengingatkan peran Joshua Kimmich muda yang pernah Tuchel kembangkan di Bayern Munich. Fleksibilitas posisional ini menghemat rotasi dan memperkaya opsi taktik selama turnamen panjang.
Brighton & Hove Albion telah menurunkan Hinshelwood dalam 26 laga Premier League 2024/2025 yang menandakan kepercayaan Pelatih Fabian Huerzeler kepadanya. Peningkatan konversi peluang pada akhir musim mencerminkan adaptasi cepat terhadap tuntutan level tertinggi. Dengan umurnya yang baru meinginjak 21 tahun, ruang tumbuhnya masih luas, menjadikannya aset ideal bagi Tuchel yang gemar mengasah talenta serbabisa.
Inggris kini memiliki generasi emas kedua berturut‑turut yang siap mengisi skuad senior. Jika Thomas Tuchel mengutamakan keputusan cepat, fleksibilitas taktik, dan disiplin struktur, kelima nama di atas sudah menampilkan semua syarat tersebut di panggung Eropa dan liga. Tinggal menunggu panggilan resmi untuk mengukir sejarah baru bersama The Three Lions.