3 Pemain yang Terpaksa Dijual Newcastle United karena Finansial

- Newcastle United menjual Elliot Anderson ke Nottingham Forest dengan harga 35 juta pound sterling (Rp779 miliar) karena tekanan dari Profit and Sustainability Rules (PSR).
- Newcastle United melepas Yankuba Minteh ke Brighton & Hove Albion dengan harga sekitar 30 juta pound sterling (Rp667 miliar), meskipun ia tampil cemerlang di klub sebelumnya.
- Newcastle United baru saja melego Sean Longstaff ke Leeds United dengan pendapatan sebesar 12 juta pound sterling (Rp266 miliar) karena alasan finansial, meski ia dianggap penting oleh manajer klub.
English Premier League (EPL) memiliki aturan yang bernama Profit and Sustainability Rules. PSR menyatakan, klub diperbolehkan untuk mengalami kerugian maksimal sebesar 105 juta pound sterling (Rp2,3 triliun) dalam kurun waktu 3 tahun. Jika melanggarnya, maka mereka berpotensi terkena denda atau pengurangan poin. Everton menjadi pertama yang merasakan hukuman pada 2023 dan disusul Nottingham Forest setahun kemudian.
Salah satu tim yang mendapat sinyal merah dari PSR adalah Newcastle United. The Magpies mengalami situasi genting akibat belanja jor-joran setelah diakuisi Public Investment Fund (PIF) pada 7 Oktober 2021. Manajemen pun akhirnya mengambil langkah berat untuk terhindar dari sanksi. Mereka terpaksa menjual sejumlah pemainnya. Setidaknya, ada tiga penjualan yang sebetulnya sangat tidak mereka ingin lakukan
1. Newcastle United menjual Elliot Anderson kepada Nottingham Forest
Elliot Anderson menjadi salah satu pemain yang tengah naik daun di sepak bola Inggris. Gelandang yang baru berusia 22 tahun ini bersinar begitu terang bersama Nottingham Forest. Anderson menjadi pilar kunci dalam keberhasilan mereka berakhir di peringkat ketujuh di Premier League 2024/2025 sehingga lolos ke kompetisi Eropa pada 2025/2026. Performa impresif Anderson bahkan sampai membuatnya mendapat panggilan perdana dari Timnas Inggris pada jeda internasional September 2025. Sejak saat itu, ia selalu bermain untuk negaranya dalam empat pertandingan hingga jeda internasional Oktober 2025.
Sebelum memakai seragam Notingham Forest mulai 2024/2025, Anderson sudah membela Newcastle United sejak 2010. Ia meninggalkan klub masa kecilnya itu dengan catatan 55 penampilan di tim senior. Newcastle United menjualnya dengan harga 35 juta pound sterling (Rp779 miliar). Mereka terpaksa melakukannya demi terhindar dari hukuman pengurangan poin. Indikasinya terlihat dari transfer ini yang terjadi pada 30 Juni 2024 atau hari terakhir dalam pembukuan sebelum memasuki musim baru. Komentar pelatih Newcastle United, Eddie Howe, dalam konferensi pers sebelum pertandingan melawan Nottingham Forest pada 5 Oktober 2025 makin menegaskannya.
Sosok yang mulai menukangi klub pada 8 November 2021 itu mengungkapkan, Newcastle United bahkan tidak bisa menyertakan opsi pembelian kembali akibat daya tawar mereka yang begitu lemah karena adanya tekanan dari PSR. Sebagai produk akademi, Anderson memang menjadi aset yang sangat menguntungkan untuk dijual. Sebabnya, seluruh hasil penjualannya murni tercatat sebagai laba. Howe menyatakan dirinya kini selalu memiliki perasaan yang campur aduk tiap kali menyaksikan Anderson berlaga. Di satu sisi, ia bangga. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa menutupi adanya penyesalan karena harus kehilangan pemain yang bertalenta.
2. Newcastle United melepas Yankuba Minteh kepada Brighton & Hove Albion
Selain Elliot Anderson, Newcastle United juga menjual Yankuba Minteh pada 30 Juni 2024. Mereka melepasnya ke Brighton & Hove Albion dengan harga sekitar 30 juta pound sterling (Rp667 miliar). Newcastle United pun mendapat keuntungan yang signifikan karena hanya membelinya dari Odense BK dengan mahar sekitar 7 juta euro (Rp135 miliar).
Minteh memang bukan lulusan akademi seperti Anderson. Ia bahkan tidak pernah bermain untuk tim senior Newcastle United. Sebabnya, setelah merekrutnya, mereka langsung meminjamkannya kepada Feyenoord. Di klub Belanda itu, winger asal Gambia yang kini berusia 21 tahun ini tampil cemerlang dengan catatan 11 gol dan 5 assist dari 37 penampilan.
Setelah bermain cukup baik di Feyenoord, Minteh mengaku cukup terkejut ketika sang agen menyampaikan kepadanya bahwa Newcastle United ingin menjualnya. Namun, ia tidak ambil pusing. Terbukti, pemain kidal itu berhasil melanjutkan perkembangannya di Brighton. Minteh sudah membuat 8 gol dan 7 assist dari 45 penampilan bersama The Seagulls per 19 Oktober 2025.
3. Newcastle United baru saja melego Sean Longstaff
Sean Longstaff harus angkat kaki dari St. James’ Park pada 18 Juli 2025 setelah Newcastle United menjualnya kepada tim promosi, Leeds United. Menurut laporan, Newcastle United menerima pendapatan sebesar 12 juta pound sterling (Rp266 miliar) dengan potensi adds-on senilai 3 juta pound sterling (Rp66 miliar). Nilainya memang tidak semewah dua nama sebelumnya. Namun, dengan status Longstaff yang juga produk asli akademi seperti Elliot Anderson, maka Newcastle United pun mendapat keuntungan bersih.
Longstaff hanya bermain 32 kali selama 1.203 menit pada 2024/2025. Artinya, ia hanya tampil sekitar 37 menit per laga. Jika melihat catatan tersebut, ada indikasi kuat bahwa Newcastle United tidak lagi mengandalkannya. Namun, anggapan tersebut dibantah Eddie Howe. Ia menegaskan bahwa klub lagi-lagi terpaksa menjual asetnya itu karena alasan finansial. Jika tidak ada tekanan keuangan, Howe menyebut mereka tidak akan mengambil langkah ini. Sebabnya, Longstaff sebetulnya merupakan pemain yang memenuhi kebutuhannya.
Selain dari sisi taktik, Howe juga menekankan peran krusial Longstaff di dalam tim. Menurutnya, gelandang yang kini berusia 27 tahun itu adalah sosok penting di ruang ganti. Meski masih cukup muda, ia begitu dihormati oleh pemain dan staf. Pasalnya, Longstaff adalah Geordie sejati. Penggawa setinggi 1,87 meter itu lahir di Newcastle upon Tyne dan sudah bergabung dengan akademi klub pada 2003. Kini, Longstaff pun langsung menjadi andalan di Leeds United. Ia selalu bermain dalam delapan pertandingan pertama mereka di semua kompetisi per 19 Oktober 2025.
Dengan tiga kasus pemain di atas, Newcastle United jelas harus lebih merapihkan strategi finansial ke depannya. Mereka tentu tidak ingin lagi kehilangan talenta terbaik karena alasan keuangan. Itu tidak sesuai dengan ambisi mereka untuk menjadi klub pesaing trofi.