Pengadilan Brasil Izinkan Copa America Jalan di Tengah Badai COVID-19

11 Jun 2021, 19:50 WIB

trofi Copa America 2021(marca.com)

Jakarta, IDN Times - Setelah sempat tak jelas nasibnya, Copa America akhirnya bisa digelar di Brasil. Pengadilan Tinggi Brasil memberikan lampu hijau turnamen antar negara di Amerika Selatan itu digelar mulai Minggu 13 Juni 2021.

Pihak pengadilan sudah menggelar sesi dengar pendapat dari beberapa pihak sejak Kamis (10/6/2021). Meski sudah menerima sejumlah pendapat, hakim mengaku tak bisa berbuat banyak.

Setelah mempelajari konstitusi di Brasil, ternyata pihak pengadilan tak memiliki kekuatan untuk menolak keputusan Presiden menggelar Copa America.

1. Kasih catatan khusus

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, sedang berpidato di sebuah pertemuan pada Desember 2020. (Facebook.com/Jair Messias Bolsonaro)

Meski begitu, pihak pengadilan punya kuasa untuk menjadi pengarah dan pengawas. Mereka sudah memberikan arahan kepada semua gubernur dan wali kota yang akan jadi tuan rumah Copa America.

Diharapkan, gubernur dan wali kota terkait bisa lebih galak dalam melakukan pengawasan terkait protokol kesehatan.

Pengadilan juga menuntut agar Presiden Jair Bolsonaro menggunakan hak vetonya dengan meminta kepada penyelenggara agar Copa America tak menghadirkan penonton.

2. Protokol tambahan

uol.com.br

Ada sejumlah protokol tambahan yang disertakan pengadilan. Mereka meminta agar tes PCR dilakukan setiap 48 jam.

Jika ingin bepergian, setiap tim wajib menggunakan pesawat carter. Begitu laporan BBC.

3. Brasil sempat tuai kritik

Pemakaman massal warga Brasil yang meninggal akibat COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Ricardo Moraes)

Brasil sebenarnya sudah dihantam sejumlah kritik ketika mengajukan diri jadi tuan rumah pengganti Kolombia dan Argentina.

Menggelar Copa America di Brasil, dianggap sejumlah kalangan, hanya akan memperburuk situasi pandemik COVID-19 di sana. Sebab, hingga sekarang Brasil masih dihantam badai COVID-19 yang luar biasa.

Hingga kini, angka kematian di Brasil sudah lebih dari 475 ribu, kedua terbanyak di dunia, setelah Amerika Serikat.