5 Penjualan Termahal Sepanjang Masa Torino per 6 Juli 2025

- Bremer (Rp815 miliar) masih kurang memberikan kontribusi
- Alessandro Buongiorno (Rp608 miliar) langsung meraih trofi bersama Napoli
- Davide Zappacosta (Rp434 miliar) lebih banyak menjadi pemain pinjaman
Torino baru saja melepas Samuele Ricci ke AC Milan pada bursa transfer musim panas 2025. Pemain asal Italia tersebut dilepas dengan biaya Rp399 miliar. Ia menjadi salah satu yang paling mahal dalam sejarah tim.
Kepindahan itu membawa Samuele Ricci ke urutan keempat sebagai penjualan termahal Torino per 6 Juli 2025. Sebelumnya, ada beberapa pemain yang juga dijual Torino dengan harga mahal hingga melampaui Rp380 miliar. Mayoritas transaksi penjualan tersebut dilakukan dengan sesama klub Serie A Italia.
1. Bremer (Rp815 miliar) masih kurang memberikan kontribusi
Bremer masih menjadi penjualan termahal sepanjang sejarah Torino. Saat itu, kepindahannya ke Juventus ditebus dengan biaya fantastis mencapai Rp815 miliar pada 20 Juli 2022 lalu. Biaya tersebut jauh lebih mahal dibandingkan ketika Torino membelinya dari Atletico Mineiro yang hanya Rp100 miliar.
Sayangnya, biaya mahal yang digelontorkan Juventus tidak sebanding dengan kontribusi yang diberikan oleh Bremer. Hal ini karena pemain asal Brasil tersebut baru menorehkan 8 gol dan 1 assist dari 91 penampilan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruang perawatan karena cedera sangat lama.
2. Alessandro Buongiorno (Rp608 miliar) langsung meraih trofi bersama Napoli
Alessandro Buongiorno meninggalkan Torino untuk pindah ke Napoli pada 13 Juli 2024. Ia saat itu dibeli senilai Rp608 miliar dan mendapat kontrak hingga Juni 2029. Hebatnya, ia memulai musim debut dengan berhasil menjuarai Serie A Italia 2024/2025, meskipun hanya melakoni 22 pertandingan.
Alessandro Buongiorno pernah menimba ilmu di akademi Torino. Pada 2015, ia bermain untuk tim U-17 dan mendapat tiket promosi ke tim utama pada 2018. Selama di Olimpico Grande Torino, ia mencatatkan 109 penampilan, 4 gol, 5 assist, dan mempersembahkan trofi Coppa Italia Primavera.
3. Davide Zappacosta (Rp434 miliar) lebih banyak menjadi pemain pinjaman
Davide Zappacosta berada di posisi ketiga sebagai penjualan termahal dalam sejarah Torino. Chelsea merogoh kocek hingga Rp434 miliar untuk memboyong pemain yang dapat bermain sebagai bek maupun gelandang tersebut. Ia menghabiskan lima musim di Chelsea, yakni pada 2017 hingga 2021.
Meski begitu, ia justru lebih banyak dipinjamkan kepada tim lain, seperti AS Roma dan Genoa. Davide Zappacosta hanya mencatatkan 52 penampilan selama bermain untuk The Blues. Hal ini lebih sedikit dibandingkan dengan statistik performanya bersama Il Toro yang memainkan 58 pertandingan.
4. Samuele Ricci (Rp399 miliar) bakal menjadi andalan AC Milan
Samuele Ricci merupakan pemain muda yang dijual paling mahal oleh Torino. Hal ini karena biaya kepindahannya ke AC Milan menyentuh Rp399 miliar yang terealisasi pada 3 Juli 2025. Menariknya, ia juga berstatus rekrutan pertama I Rossoneri pada bursa transfer musim panas 2025 per 6 Juli.
Kedatangannya ke San Siro untuk menggantikan peran dari Tijjani Reijnders yang hengkang ke Manchester City pada 10 Juni 2025. Apabila melihat statistiknya, Samuele Ricci bakal cepat beradaptasi dengan AC Milan. Pasalnya, ia tampil baik dengan 34 penampilan di Serie A Italia 2024/2025 lalu.
5. Raoul Bellanova (Rp382 miliar) menjaga konsistensi penampilan bersama Atalanta
Raoul Bellanova merapat ke Atalanta BC pada 22 Agustus 2024. Saat itu, Torino sepakat untuk menjualnya setelah menerima tawaran Rp382 miliar. Nominal itu sebanding dengan statistik musim pertama bersama Il Toro yang mencetak 1 gol dan 7 assist dari 37 penampilan Serie A Italia 2023/2024.
Raoul Bellanova mampu meningkatkan penampilannya bersama Atalanta BC. Pada 2024/2025 lalu, ia mengemas 1 gol dan 10 assist dari 43 pertandingan Serie A Italia di bawah asuhan Gian Piero Gasperini. Ia berpeluang terus menjadi gelandang kanan andalan hingga kontrak selesai pada 2029 nanti.
Torino mendapat banyak keuntungan dari penjualan pemain dengan biaya mahal. Hebatnya, aktivitas ini tidak berpengaruh bagi tim dengan tetap konsisten menghuni 11 besar klasemen akhir Serie A Italia pada 4 musim terakhir. Apakah ini masih akan berlanjut?