Jika selama ini bau-bau amis selama penyelenggaraan turnamen sepak bola dunia baik di tingkat Asia, Eropa dan Dunia bisa tercium namun kadang tidak bisa dibuktikan, kini ada seorang mantan petinggi UEFA yang berani mengakuinya.
Bukan sembarang petinggi. Karena dialah mantan presiden UEFA sekaligus mantan bintang Prancis, Michel Platini - yang saat ini sedang menjalani hukuman skorsing dari FIFA.
Menurut Michel Platini, setidaknya di ajang penyelenggaraan Piala Dunia Prancis 1998, panitia penyelenggara 'bermain sedikit' agar bisa menghasilkan 'final ideal'.
Saat itu Michel Platini yang menjabat sebagai presiden bersama dari komite penyelenggara turnamen tersebut, bersama timnya 'mengatur' penempatan tim yang berlaga di fase grup.
Brasil sebagai juara bertahan, seperti lazimnya praktik yang sudah berlangsung ditempatkan di grup A, dan Prancis sebagai negara penyelenggara ditempatkan di grup C - yang jika dihitung bila berhasil menjuarai grup, kedua Negara tersebut tidak akan bertemu sampai di babak final.
Skenario ini akhirnya berhasil terlaksana, di mana Prancis berhasil mengalahkan Paraguay, Italia dan Kroasia, sebelum akhirnya memenangkan laga final melawan Brasil dengan skor 3-0, di mana dua golnya tercipta dari kaki Zinedine Zidane.
"Prancis-Brasil di final, merupakan impian setiap orang," demikian tegas Michel Platini dalam sebuah interview dengan stasiun radio France Bleu Sport - yang wawancara lengkapnya akan disiarkan hari Minggu ini, demikian dilansir dari The Guardian.
Sambil tertawa figur sepak bola yang dihukum karena menerima 'uang pelicin' dari mantan presiden FIFA, Sepp Blatter menyatakan peranannya dalam permainan tersebut.
"Dilakukan sedikit permainan. Kami tidak menghabiskan waktu enam tahun mempersiapkan Piala Dunia tanpa melakukan sesuatu yang sedikit melenceng. Menurutmu apakah penyelenggara Piala Dunia lainnya tidak melakukan hal serupa?"
Praktik umum dalam penempatan grup adalah negara yang berasal dari konfederasi sama tidak akan berada dalam satu grup. Namun pengakuan dari Michel Platini mengenai pengaturan penempatan sebuah negara dalam grup tertentu merupakan sesuatu yang baru.