Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Persib Bandung dan Ragam Putusan Cacat Komdis PSSI

ilustrasi sepak pojok (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi sepak pojok (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Komdis PSSI memberikan sanksi tak wajar kepada Persib, larangan main 3 laga dan denda Rp75 juta karena selebrasi pemain.
  • PSS Sleman hanya dikenai sanksi pengurangan 3 poin dan denda Rp150 juta setelah terlibat match fixing, padahal seharusnya terdegradasi.
  • Komdis PSSI mengubah hasil laga Deltras vs Persibo di Liga 2 2024/25, membatalkan gol Persibo dan menetapkan laga ulang dengan susunan pemain sama.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Komite Disiplin (Komdis) PSSI kembali membuat keputusan yang nyeleneh. Kali ini, Persib Bandung yang menjadi korbannya. Sebuah selebrasi yang lazim di Eropa, berujung hukuman.

Jadi, pada laga pekan 23 Liga 1 2024/25, salah seorang pemain Persib, Beckham Putra Nugraha, melakukan selebrasi ala Cole Palmer di laga lawan Persija. Ternyata, selebrasi ini berbuntut panjang bagi adik Gian Zola tersebut.

Beckham kena sanksi larangan main tiga laga di Liga 1 2024/25, plus denda sebesar Rp75 juta. Sanksi ini membuat pelatih Persib, Bojan Hodak, kaget bukan main. Sebab, sanksi ini datang ketika Persib akan menjamu Madura United.

"Ini sesuatu yang mengecewakan saya, karena dalam lima hari, saya berlatih bersama Beckham dan melakukan segala persiapan dengan Beckham. Namun, tiba-tiba ada keputusan Komdis PSSI. Sulit dipercaya," ujar Hodak.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Komdis PSSI mengeluarkan keputusan aneh. Sudah beberapa kali, mereka menelurkan keputusan yang membuat klub-klub geleng-geleng kepala.

1. PSS Sleman yang selamat dari degradasi

PSS Sleman kalah 0-1 melawan Malut United di pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Kie Raha Ternate, Minggu (22/2/2025) malam. (Instagram/pssleman)
PSS Sleman kalah 0-1 melawan Malut United di pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Kie Raha Ternate, Minggu (22/2/2025) malam. (Instagram/pssleman)

Sebelum Liga 1 2024/25 bergulir, PSS Sleman sempat kena guncangan. Pengadilan Negeri Sleman memutuskan beberapa ofisial tim PSS bersalah dalam insiden pengaturan laga (match fixing), Maret 2023 lalu.

Berdasarkan Kode Disiplin PSSI 2023, ketika ada sebuah tim terlibat suap atau match fixing, sejatinya mereka harus terdegradasi. Namun, Komdis PSSI justru memberi sanksi yang ringan kepada PSS.

Dilansir keterangan resmi PT Liga Indonesia Baru (LIB), Komdis PSSI memberikan hukuman berupa pengurangan tiga poin pada penampilan PSS Sleman di Liga 1 2024/25 dan hukuman denda sebesar Rp 150 juta. Hal itu berdasarkan Kode Disiplin PSSI 2023.

"Merujuk kepada Pasal 64 ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan Pasal 141 Kode Disiplin PSSI 2023, Klub PSS Sleman diberikan sanksi pengurangan poin tiga dan denda Rp150.000.000 berlaku pada kompetisi Liga 1 yang diselenggarakan pada periode 2024-2025," tulis keterangan resmi PT LIB.

Dalam putusan untuk PSS itu, Komdis PSSI merujuk pada Pasal 64 ayat 1, 2, dan 3, serta Pasal 141 dari Kode Disiplin PSSI 2023. Jika merujuk hanya pada itu saja, benar adanya PSS cuma dihukum denda Rp150 juta dan pengurangan tiga poin saja.

Namun, Komdis PSSI lupa ada ayat 4 dan 5 juga dalam pasal tersebut. Ayat itu salah satunya membahas sanksi degradasi untuk PSS. Penerapan ayat yang salah oleh Komdis inilah yang membuat 'Super Elang Jawa' selamat dari degradasi.

2. Keputusan aneh juga saat Deltras vs Persibo

Deltras Sidoarjo dalam laga melawan Persibo Bojonegoro pada putaran pertama Grup 3 Liga 2 Indonesia 2024/2025. (instagram.com/deltras.official)
Deltras Sidoarjo dalam laga melawan Persibo Bojonegoro pada putaran pertama Grup 3 Liga 2 Indonesia 2024/2025. (instagram.com/deltras.official)

Keputusan aneh juga sempat ditelurkan Komdis PSSI selepas laga panas Deltras vs Persibo di Liga 2 2024/25. Laga itu sebenarnya berakhir dengan skor 1-1, tetapi gol Persibo ini diprotes Deltras karena dianggap tidak sah.

Uniknya, ketika hasil laga sudah ditutup wasit, Komdis PSSI mengubahnya. Mereka menganulir gol Persibo, dan membatalkan hasil 1-1 tersebut. Mereka memutuskan laga akan digelar ulang, dengan sisa waktu yang ada.

Tidak cuma itu, Persibo dan Deltras harus main dengan susunan pemain yang sama dari kedua tim di venue netral pada 18 Januari 2025. Laga juga dilanjutkan dengan skor 1-0 masih untuk keunggulan Deltras.

3. Persib dan Persibo tidak tinggal diam

Potret sikap protes Persibo, menolak main lawan Deltras. (Instagram/@persibo.bojonegoro).
Potret sikap protes Persibo, menolak main lawan Deltras. (Instagram/@persibo.bojonegoro).

Ketika terkena sanksi dari Komdis PSSI seperti itu, Persibo tidak tinggal diam. Mereka langsung mengajukan banding ke Komite Banding PSSI, karena mereka merasa ada beberapa hal yang terlewat dari keputusan Komdis PSSI.

'Kami harap LIB dan PSSI bisa meninjau ulang surat keputusan yang telah diterbitkan dengan mempertimbangkan konsekuensi masa depan sepak bola apabila tidak ada perubahan terhadap surat keputusan nomor 065/LI-COR/I/2025 tanggal 15 Januari 2025," ujar Presiden Persibo, Deddy Adriyanto Wibowo.

Akan tetapi, banding tersebut pada akhirnya ditolak, dan Persibo harus tetap melakoni putusan Komdis PSSI. Mereka pun mengambil sikap dengan tidak bertanding, membiarkan Deltras menang 1-0 dan lolos ke delapan besar.

Kini, langkah serupa diambil Persib terkait putusan Beckham. Dilansir situs resmi Persib, manajemen langsung mengajukan banding begitu surat putusan untuk Beckham keluar pada 20 Februari 2025 silam.

"Begitu salinan keputusan Komdis PSSI dirilis pada tanggal 20 Februari 2025, manajemen langsung bergerak cepat dengan mengajukan proses banding. Kami mengajukan keberatan dan banding dengan dasar bahwa tidak ada provokasi sama sekali yang dilakukan Beckham Putra," tulis keterangan resmi Persib.

4. Komdis PSSI memang harus direformasi

Football Institute rilis data evaluasi Liga 1, 2, dan EPA. (IDN Times/Sandy Firdaus)
Football Institute rilis data evaluasi Liga 1, 2, dan EPA. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Sebelumnya, Founder Football Institute Budi Setiawan mengungkapkan, harus ada reformasi di tubuh Komdis PSSI. Semua demi penegakan sanksi dan hukum yang tepat sasaran di sepak bola Indonesia.

"Perlu ada reformasi di tubuh Komdis PSSI untuk menghentikan pelaku pelanggaran di sepak bola Indonesia. Untuk penggantinya, itu terserah Pak Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI," ujar Budi, Juli 2024 lalu.

Budi juga mengungkapkan, Komdis PSSI sekarang ini berbeda dengan kepengurusan pada 2008 silam. Ketika itu, Komdis kerap menggelar konferensi pers selepas sidang, Sekarang, mereka tidak pernah lagi melakukan itu.

"Pada 2008 sampai 2014, Komdis selalu konpers dulu selepas sidang, pas zaman Hinca Pandjaitan. Sekarang, per 2016 mungkin, Komdis PSSI tidak mengadakan konpers dan sidang digelar secara terutup. Bisa digelar terbuka juga padahal," kata Budi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us