Chelsea dan Kenangan Buruk Kutukan Juara Liga Champions

Chelsea pernah merasakan pahitnya kutukan juara UCL

Jakarta, IDN Times - Tidak ada yang memungkiri, Chelsea begitu sensasional musim lalu di Liga Champions. Tak diduga, mereka merangsek, hingga akhirnya mampu menjadi juara di akhir kompetisi.

Situasi ini tak berbeda dengan musim 2011/12 lalu. Ketika itu, Chelsea begitu dipenuhi keberuntungan. Di bawah asuhan Roberto Di Matteo sebagai manajer interim, Chelsea yang menerapkan permainan bertahan yang kuat dan mampu menumbangkan Barcelona di semifinal, plus Bayern Munich di final, berbalut keberuntungan yang melimpah.

Pada musim 2020/21, Chelsea kembali jadi juara. Tapi, musim lalu, Chelsea memang menunjukkan kemapanan kekuatannya di Liga Champions. Sejak diasuh Frank Lampard di fase grup, plus ketika Thomas Tuchel menduduki kursi manajer sejak fase gugur, Chelsea tidak jadi tim yang cuma mengandalkan pertahanan saja.

Chelsea di bawah Tuchel jadi tim yang begitu reaktif sekaligus agresif di Liga Champions 2020/21. Meski begitu, terlepas dari cara apa pun yang dipakai, Chelsea sukses menggamit trofi Liga Champions pada musim 2020/21 dan 2011/12.

Nah, sekarang, ada satu hal yang perlu diwaspadai Chelsea di ajang Liga Champions musim 2021/22. Ada potensi, kutukan yang pernah menghampiri mereka pada musim 2012/13 akan terulang kembali.

1. Chelsea tampil buruk di Liga Champions 2012/13

Chelsea dan Kenangan Buruk Kutukan Juara Liga ChampionsInstagram.com/chelseafc

Dalam gelaran Liga Champions 2012/13, Chelsea tergabung di Grup E bersama Juventus, Shakhtar Donetsk, dan Nordsjaelland. Dengan susunan pemain yang tidak jauh beda dengan musim 2011/12, Chelsea justru tidak bisa berbuat banyak.

Dua kekalahan dari Donetsk dan Juventus, jadi sebab terbesar kegagalan Chelsea di fase grup Liga Champions 2012/13 lalu. Mereka akhirnya kalah head-to-head dari Shakhtar, meski meraih poin yang sama dengan tim asal Ukraina tersebut.

Penampilan buruk ini jadi titik terendah Chelsea di musim 2012/13. Kegagalan Chelsea lolos ke fase gugur pun, ketika itu, melanggengkan tradisi juara bertahan akan kesulitan di Liga Champions musim berikutnya.

Akibat hasil buruk ini, meski Chelsea tampil baik di Premier League, Di Matteo akhirnya terdepak dan Rafael Benitez masuk menggantikannya. Kehadiran Benitez pun membawa angin segar, sekaligus mengubah kutukan ini menjadi berkah.

Baca Juga: Eks Bomber Chelsea Perusak Mimpi Liverpool Pensiun

2. Kutukan itu justru membawa berkah

Chelsea dan Kenangan Buruk Kutukan Juara Liga ChampionsUEFA.com

Gagal lolos ke fase gugur Liga Champions, Chelsea akhirnya terdampar ke Liga Europa. Di kompetisi ini, Chelsea justru menunjukkan kekuatannya. Tim-tim seperti Sparta Praha, Steaua Bucharest, Rubin Kazan, dan FC Basel mereka babat habis. Chelsea pun sukses melangkah ke final.

Pada partai puncak, Chelsea menghadapi Benfica. Sekadar informasi, kedua tim ini sama-sama terbuang dari Liga Champions. Jika Chelsea menduduki peringkat ketiga Grup E, Benfica menghuni posisi serupa di Grup G. Benfica kalah saing dengan Barcelona dan Glasgow Celtic.

Benfica kala itu sangat menjanjikan. Mereka diperkuat nama-nama hebat, macam Nicolas Gaitan, Oscar Cardozo, Ezequiel Garay, Luisao, dan Nemanja Matic. Belum lagi ada Andre Gomes di bangku cadangan.

Namun, Chelsea memeragakan permainan yang apik. Fernando Torres, penentu lolosnya Chelsea ke final Liga Champions 2011/12, beraksi lagi dengan menyumbangkan satu gol di kesempatan ini. Satu gol lain dicetak Branislav Ivanovic, sekaligus jadi penentu kemenangan Chelsea dan mengangkat trofi Liga Europa.

3. Akankah kutukan ini kembali dialami Chelsea?

Chelsea dan Kenangan Buruk Kutukan Juara Liga Championspotret Lukaku(Instagram.com/romelulukaku)

Real Madrid sebenarnya sudah memutus kutukan juara bertahan Liga Champions. Namun, itu hanya berlaku buat mereka saja. Bagi tim-tim lain, kutukan ini tetap berlaku. Kini, kutukan itu tengah menghantui Chelsea.

Belanja besar-besaran Chelsea lakukan di musim panas 2021 lalu. Mereka menggaet Romelu Lukaku dari Inter Milan, plus meminjam Saul Niguez dari Atletico Madrid. Hadirnya dua pemain ini memperkokoh fondasi Chelsea yang sudah matang sejak musim lalu bersama Tuchel.

Chelsea tergabung dalam Grup H di Liga Champions 2021/22, bersama Juventus, Zenit St Petersburg, dan Malmo FF. Melihat para pesaingnya, Juventus dan Zenit berpotensi menyulitkan Si Biru. Juventus adalah aktor utama tersingkirnya Chelsea di Grup E Liga Champions 2012/13.

Alhasil, Chelsea kudu waspada betul di Liga Champions 2021/22. Ada peluang besar mereka gagal seperti musim 2012/13 lalu, apalagi ada Juventus, plus Zenit yang siap mengganggu statusnya sebagai juara bertahan.

Baca Juga: Romelu Lukaku Jadi Senjata Utama Chelsea di Liga Champions

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya