[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi Instan

PSSI kembali melakukan naturalisasi

Jakarta, IDN Times - Pada 2010 lalu, jagat sepak bola Indonesia diramaikan oleh proses mercusuar PSSI untuk naturalisasi Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim. Mereka diproyeksikan masuk skuad Timnas Indonesia yang mentas di Piala AFF 2010.

Berkat kehadiran Gonzales dan Irfan, kala itu skuad Garuda sukses melaju ke partai final. Sayang, proyek naturalisasi terhadap mereka masih gagal membawa Indonesia menuju trofi Piala AFF pertamanya. Malaysia mengagalkan mimpi tersebut.

Sejak saat itu, naturalisasi jadi pilihan bagi Indonesia untuk memperkuat Timnas. Macam-macam bentuknya, mulai menaturalisasi legiun asing, hingga pemain keturunan. Sampai sekarang, cara ini masih ditempuh Indonesia.

Di era Shin Tae Yong, rencananya ada beberapa nama yang akan dinaturalisasi Timnas Indonesia. Nah, IDN Times berkesempatan berbincang dengan Hasani Abdulgani, Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang diserahi tugas menangani naturalisasi.

Apakah naturalisasi ini memang urgensi, atau sekadar solusi instan semata untuk mengangkat prestasi?

Awal mula dari mulainya proses naturalisasi ini bagaimana?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanSandy Walsh (instagram.com/sandywalsh)

Awalnya sih tidak tahu, tetapi saya terlibat itu di akhir November 2021, pertimbangannya kenapa ada naturalisasi itu, pasti ada pembicaraan antara Dirtek (Indra Sjafri) dan coach Shin Tae Yong.

Nah, hal ini sudah disetujui federasi. Dalam proses saya lihat agak sedikit terlambat. Waktu saya bertemu pak Ketua Umum, Timnas mau latihan di Turki, di akhir November. Kami berbicara soal ini, akhirnya pak Ketum minta saya bantu naturalisasi ini.

Jadi, saya cuma membantu dalam proses komunikasi, dengan pemain-pemain yang diminta Shin Tae Yong.

Lalu, dari sekian nama, kenapa akhirnya yang muncul empat nama tersebut (Mees Hilgers, Kevin Diks, Sandy Walsh, dan Jordi Amat)?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanInstagram

Jadi, otorisasi untuk memilih pemain itu bukan di tangan federasi dan dirtek, tetapi pelatih. Memang banyak pemain keturunan dan lokal yang main di luar negeri, tetapi siapa yang dipanggil ke Timnas, semua tergantung Shin.

Jika ditanya kenapa empat pemain ini yang muncul, ya, yang berhak menjawab dia (Shin), sih. Kalau saya hanya mengurusi berkas dari keempat atau nama-nama yang memang ingin dinaturalisasi oleh federasi saja.

Baca Juga: Maunya Striker, Shin Tae Yong Malah Dapat 2 Bek Buat Naturalisasi

Bisa diceritakan proses pengumpulan dokumen mereka semua seperti apa?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanSandy Walsh (instagram.com/sandywalsh)

Ya, tidak mudah memang untuk kami meyakinkan mereka. Malah saya menganggap dari empat nama tersebut, ya gagal. Hanya dua yang mau, tetapi sisanya tidak. Jadi, tidak sempurna juga misi yang saya emban ini.

Karena begini, pemain-pemain yang ingin kami naturalisasi itu berkarier di luar negeri, di Eropa. Di sana, taraf hidup dan persentase dari ranking sepak bolanya lebih tinggi daripada Indonesia. Kita di 100-an ke bawah, 160-an kalau tidak salah.

Di sisi lain, banyak pemain keturunan yang kami incar itu berada di Eropa. Khususnya Belanda, di mana mereka masuk 10 besar ranking FIFA. Lalu, untuk meyakinkan mereka, apalagi mereka juga masih berusia muda, sangat sulit. Karena mereka masih bisa berpeluang main di klub-klub besar Eropa.

Namun dari empat itu, dua, yakni Jordi Amat dari Spanyol dan Sandy Walsh dari Belanda, mereka sudah mencicip Timnas Belanda serta Spanyol di umur 21, usia muda. Nah, mungkin mereka melihat untuk masuk senior ketat, dan berpikir kenapa tidak main di Indonesia.

Kalau dua lagi, yang kami inginkan (Mees Hilgers dan Kevin Diks), tetapi mereka mengatakan, belum deh. Jadi, prosesnya tidak berhenti, cuma dari hasil pembicaraan terakhir, mereka belum mau. Kami tidak bisa memaksa, dan bilang ini ke coach Shin. Masalah nanti ada penggantinya atau tidak, nanti kita usahakan.

Kalau sekarang, perkembangan prosesnya seperti apa?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanMenpora Zainudin Amali bersama dengan Ketua PSSI Mochamad Iriawan (Dok. IDN Times/Istimewa)

Setelah dokumennya kami kumpulkan, lihat apakah persyaratannya melanggar aturan FIFA atau tidak. Lalu, mengenai syarat jadi warga negara dengan UU kita. Federasi, PSSI, juga sudah berkirim surat ke Kemenpora.

Terakhir yang saya dengar, Kemenpora sudah berhubungan dengan Kemenkumham, karena kan yang soal kewarganegaraan di wilayah mereka. Nanti, mereka godok, cari aturannya, apakah pemain ini tidak ada unsur pidana atau kriminal, aktif, setelah itu baru dilaporkan ke Sekretaris Negara (Sesneg), karena berkaitan sama Presiden juga.

Lalu, nanti Presiden minta persetujuan DPR. Nah, di DPR nanti pembahasan bersama Komisi III (hukum) dan Komisi X (olahraga). Kalau mereka oke, nanti pemain-pemain ini akan kami undang, untuk disumpah menjadi warga negara Indonesia (WNI). Ya, semoga cepat lah.

Pengalaman yang sudah ada, proses ini biasanya memakan waktu lima bulan. Namun kami minta ini secepatnya lah ya.

Tetapi uniknya, kan Indonesia cari striker nih, nah, kenapa yang dinaturalisasi rata-rata malah bek?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi Instaninstagram.com/sandywalsh

Jadi begini, Shin itu fokus mengambil pemain keturunan. Waktu dia cari pemain keturunan ini, ternyata para pemain keturunan ini tidak ada pemain depan yang sesuai dengan kapasitas Shin. Mungkin masih kalah dengan pemain lokal kita.

Ternyata, pemain keturunan di luar negeri itu, yang bagus kebanyakan ada di posisi belakang. Nah itu dasarnya. Kemudian, kalaupun dia butuh pemain depan, dia tidak mau ya susah juga. Ya, kan? Kecuali kalau kita sudah juara Asia.

Nah, itu kenapa alasannya yang diambil banyak pemain belakang. Lalu, di luar itu, kalau pandangan saya pribadi, di Piala AFF kemarin kan Indonesia banyak kebobolan, walaupun juga banyak menang. Nah, pemain belakang kalau tinggi, pasti itu lebih bagus.

Tetapi, kalau pemain depan yang kami miliki sekarang, dengan postur tubuhnya, lebih cepat itu kan jadi keuntungan juga. Jadi tinggal mengandalkan kelincahan, seperti Irfan Jaya, Witan Sulaeman, kecil, tetapi lincah, itu bagus. Intinya memang kualitas pemain naturalisasi ini harus berada di atas pemain lokal, apa pun posisinya.

Target dari naturalisasi ini apa?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanTimnas Indonesia vs Vietnam. (pssi.org)

Kalau dari kami sebagai federasi, pasti ada target-target yang berikan ke coach Shin Tae Yong. Lumrah itu. Nah, Shin melihat awalnya mungkin dia merasa cukup dengan materi pemain yang ada di dalam negeri.

Lalu, dengan target kami yang minimal harus bisa juara di Asia Tenggara, dia melihat lawannya seperti Thailand dan Vietnam, sadar tim Indonesia butuh penguatan. Makanya dia lirik pemain keturunan yang ada di luar negeri.

Secara postur tubuh, mereka lebih tinggi dari pemain Indonesia. Mereka juga punya pengalaman main di klub elite Eropa. Jordi Amat main pernah main di LaLiga dan kompetisi Inggris, begitu juga Sandy Walsh.

Lalu, apabila nanti kita menghadapi Kualifikasi Piala Asia 2023, Juni nanti, tidak bicara lawan tim Asia Tenggara semata. Kita sudah berbicara lawan tim-tim level Asia, seperti lawan negara Timur Tengah, atau pecahan Uni Soviet, mereka secara postur tubuh di atas.

Kalau pemain belakang ini yang diambil oleh coach Shin ini tingginya seimbang dengan pemain-pemain itu, dari Timur Tengah dan pecahan Soviet, ketika dikasih bola tinggi, kita tidak akan kalah. Mungkin Shin melihat Indonesia butuh pemain seperti itu.

Kenapa masih menggunakan skema naturalisasi?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanInfografis Pembagian Grup Kualifikasi Piala Asia 2023 (IDN Times / Aditya Pratama

Kalau ditanya kenapa harus naturalisasi, ya hal ini sebenarnya sudah tidak jadi hal yang dipertentangkan, karena sekarang ini di negara manapun, naturalisasi sudah jadi hal biasa. Prancis, Inggris, Portugal, Spanyol, semua melakukannya.

Nah, kalau Timnas, jika memang materi pemainnya cukup dan tidak butuh naturalisasi, tidak masalah. Namun, pelatih melihat ada kekurangan di tim, ini terbukti di Piala AFF 2020 kemarin, kami kewalahan lawan Thailand dan Vietnam. Mungkin pertimbangan-pertimbangan inilah yang jadi kebijakan coach Shin ingin melakukan proses naturalisasi.

Lalu, mungkin yang umum disebut naturalisasi oleh masyarakat kan, pemain yang tidak punya hubungan dengan Indonesia, diangkat jadi WNI. Contohnya ada (Cristian) Gonzales dan Beto (Alberto Goncalves). Kalau ini, kami ingin menyebutnya sebagai pemanggilan pemain-pemain keturunan Indonesia.

Dalam peraturan FIFA, kalau masih ada hubungan darah dari kakek, nenek, ayah, dan ibu, mereka diperbolehkan main di negara asal kakek, nenek, ayah, dan ibu, walaupun pemain itu tak pernah main di Indonesia. Jelas ya.

Jadi di satu sisi, memang ada pihak yang menentang, tetapi di sisi lain ya, materi pemain kita tidak cukup, tetapi keinginan untuk juara besar. Dan saya pikir, apa yang dilakukan coach Shin ini, adalah hal yang tepat. Dia tidak menaturalisasi pemain asing, tetapi memanggil pemain keturunan Indonesia di luar negeri.

Harapannya dengan naturalisasi ini seperti apa?

[WANSUS] Naturalisasi, Antara Kepentingan dan Solusi InstanTimnas U-23 lawan Australia. (pssi.org)

Saya mengharapkan dengan adanya perekrutan pemain keturunan dan naturalisasi ini, prestasi Timnas Indonesia harusnya lebih baik. Kalau misalnya kita bisa lolos dan berbicara banyak di Piala Asia 2023 nanti, tentunya kita bangga.

Tentu, untuk menuju ke sana, tidak hanya terbatas merekrut pemain-pemain yang ada di luar. Kita juga mengharapkan adanya perbaikan-perbaikan di kompetisi kita juga, seperti di Liga 1, Liga 2, itu harus dibenahi. Apalagi, Presiden juga sangat fokus pada sepak bola.

Mohon masyarakat sepak bola yang merasa senang dan cinta dengan sepak bola, ayo sama-sama kita bantu, jangan bawa ego masing-masing, yang akhirnya bikin sepak bola kita jalan di tempat.

Boleh tidak sepakat dengan federasi soal naturalisasi, tetapi tujuan kita sama, yaitu membawa Timnas Indonesia berprestasi.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-19 TC ke Korea Selatan

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya