3 Pemain Timnas U-23 Kena Sanksi AFC Imbas Ribut di Final SEA Games
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Konfederasi Sepak bola Asia, AFC, resmi menjatuhkan sanksi kepada Indonesia imbas keributan di final SEA Games 2023. Ada tiga pemain Timnas Indonesia U-23 yang dijatuhi sanksi, berdasarkan rapat Komisi Disiplin AFC pada Selasa (11/7/2023).
Mereka yang dijatuhi sanksi adalah Titan Agung, Komang Teguh, dan Muhammad Taufany. Sanksi yang dijatuhi kepada mereka beragam.
1. Sanksi larangan main hingga denda
Titan Agung dan Komang Teguh mendapat sanksi larangan main dalam enam laga. Tak cuma itu, mereka dijatuhi denda sebesar 1.000 dolar Amerika Serikat atau setara Rp14 juta.
Dalam penjelasannya, Komdis AFC menyatakan kalau Titan dan Komang Teguh terlibat aktif dalam keributan, berujung pada pengusiran. Ini melanggar Kode Disiplin AFC pasal 47 dan 48 ayat dua.
Sanksi yang berbeda diterima oleh Taufany. Dia hanya dijatuhi sanksi larangan main selama enam laga.
Baca Juga: AFC Gelar Drawing Kualifikasi Piala Asia U-23 pada 25 Mei 2023
2. Ofisial Indonesia juga kena sanksi
Editor’s picks
Sejumlah ofisial Timnas U-23 juga kena sanksi AFC. Sahari Gultom, Tegar Diokta Andias, Muhni Toid Sarnadi, dan Ahmad Nizar, dijatuhi sanksi oleh AFC atas keterlibatan dalam tawuran besar di final SEA Games 2023.
Paling berat, sanksi diterima oleh Tegar dan Sahari. Keduanya menerima sanksi serupa dengan Titan serta Komang Teguh.
Sementara, Ahmad Nizar dan Muhni menerima sanksi yang sama dengan Taufany, gak boleh menemani tim selama enam laga.
Baca Juga: Timnas U-17 Gelar TC Seleksi, 6 Pemain Keturunan Ikut
3. Sanksi Thailand lebih berat
Para pemain Thailand juga dijatuhi sanksi terkait keributan ini. Namun, sanksi yang dijatuhi AFC kepada Thailand lebih berat dan banyak karena memang menyulut api terlebih dulu.
Bahkan, Federasi Sepak bola Thailand (FAT) disanksi AFC. FAT disanksi dengan harus membayar denda sebesar 10 ribu dolar Amerika Serikat (setara Rp150 juta) karena dianggap gagal mengendalikan para pemainnya secara keseluruhan.