Resep Jepang dan Korsel ke Piala Dunia, Kompetisi Hingga Nasionalisme

Jepang dan Korsel merupakan poros kekuatan di Asia

Jakarta, IDN Times - Jepang dan Korea Selatan bisa dibilang jadi dua poros kekuatan sepak bola di Asia. Bukti sahnya, mereka selalu lolos ke Piala Dunia dalam beberapa edisi terakhir.

Korsel yang paling mengagumkan prestasinya. Dalam 10 edisi Piala Dunia terakhir, Korsel selalu lolos. Artinya, sejak 1986, Tim Negeri Ginseng tak pernah absen.

Sementara, Jepang sukses tampil di Piala Dunia dalam enam edisi beruntun. Sejak 1998, Jepang tak pernah absen.

Lantas, apa yang jadi rahasia mereka bisa konsisten tampil di Piala Dunia?

1. Piramida kompetisi kompleks di Jepang

Resep Jepang dan Korsel ke Piala Dunia, Kompetisi Hingga NasionalismeAjinomoto Stadium, markas Tokyo Verdy klub Pratama Arhan / Dokumentasi J-League

Dimulai dari Jepang dulu. Rahasia kesuksesan Jepang adalah kompetisi dalam negeri yang tertata rapi.

Jepang membangun sistem kompetisi yang cukup kompleks. Mereka tak sebatas fokus di J1 League hingga J3 League. Namun, pembinaan di regional pun turut jadi sorotan.

Ada JFL, Regional League, hingga Prefectural League, yang masuk dalam sistem kompetisi di Jepang. Artinya, ada sekitar tujuh kasta yang muncul dalam kompetisi sepak bola di Jepang.

Klub-klub juga tak sembarangan kalau mau lolos ke kasta atasnya. Ada sejumlah syarat, tentunya yang berkaitan dengan profesionalisme untuk bisa menembus di kasta yang lebih tinggi.

Dengan piramida tersebut, para pemain akan ditempa lebih matang. Mereka juga cukup untuk mendapatkan jam terbang, karena beban pertandingan yang tinggi dan kompetitif.

Lewat piramida kompetisi yang sudah dibangun sejak 1993 tersebut, maka para pemain jadi lebih matang.

Baca Juga: Perbincangan Maskot Piala Dunia 2022, Disebut Mirip Casper

2. Berujung pada kualitas Timnas yang bagus

Resep Jepang dan Korsel ke Piala Dunia, Kompetisi Hingga Nasionalismetwitter.com/andresiniesta8

Proses pembinaan di Jepang juga tak sembarangan. Setiap klub yang ada di tiga kasta teratas, umumnya selalu memiliki pemain homegrown. Mereka juga kerap mempercayakan pemain tersebut untuk berkembang dengan diberikan jam bermain cukup.

Hingga akhirnya, para pemain yang matang bisa berlaga di J1 League. Ujungnya, Jepang juga mendapatkan Timnas berkualitas dan selalu main di Piala Dunia.

Dalam Piala Dunia 2022, Qatar, pelatih Hajime Moriyasu, sempat memakai delapan pemain dari J1 League. Mereka melengkapi kehadiran sejumlah bintang yang merumput di Eropa, seperti Takumi Minamino, Maya Yoshida, dan lainnya.

Tak cuma jadi pelengkap, sejumlah pemain J1 League juga diandalkan sebagai ujung tombak. Suichi Gonda adalah salah satu produk J1 League yang dipakai secara konsisten oleh Moriyasu. Dia merupakan kiper utama Jepang sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2022, bahkan kemungkinan dipakai di putaran final nanti.

 

3. Nasionalisme yang dongkrak Korsel

Resep Jepang dan Korsel ke Piala Dunia, Kompetisi Hingga NasionalismeAhn Jung-hwan (twitter.com/FIFAWorldCup)

Bergeser ke Korsel. Nasionalisme menjadi salah satu katalis dalam kesuksesan mereka konsisten menembus Piala Dunia. Edisi 2002 jadi tonggak utamanya.

Ketika menjadi tuan rumah bersama Jepang, Korsel dilanda euforia. Publik begitu mengelu-elukan tim nasionalnya.

Kala itu, Ahn Jung Hwan dan kawan-kawan memang diharapkan bisa berprestasi, di bawah asuhan Guus Hiddink.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang menyelimuti seperti keberpihakan wasit, Korsel nyatanya sukses tampil impresif. Dua negara Eropa dengan kekuatan lebih baik berhasil mereka libas.

Italia dan Spanyol sukses disingkirkan Korsel di babak 16 besar dan perempat final. Dari sinilah, optimisme publik Korsel mulai bangkit.

Baca Juga: Qatar Kena Sentil Peserta Kongres FIFA soal Piala Dunia 2022

4. Pergeseran budaya di Korsel

Resep Jepang dan Korsel ke Piala Dunia, Kompetisi Hingga Nasionalismetelegraph.co.uk

Mereka juga mengalami pergeseran budaya. Bendera Korsel yang tadinya begitu suci, menjadi lebih luwes penggunaannya. Banyak warga Korsel yang berani menggunakan bendera negaranya sebagai hiasan di baju, mobil, dan lainnya.

Pemerintah tak melarang, malah menganjurkan untuk menyemarakkan. Euforia berlanjut ke semifinal. Meski kalah dari Jerman, hal tersebut berimbas besar pada pengembangan sepak bola di Korsel.

Setelahnya, sepak bola Korsel terus didukung perkembangannya oleh sejumlah pihak, termasuk pemerintah. Klub-klub mulai bangkit, setelah Korsel dihantam krisis ekonomi pada awal 2000.

Piala Dunia 2002 sudah membangkitkan lagi gairah ekonomi di Korsel, termasuk dalam bisnis sepak bola. Dari sini, gairah pengembangan sepak bola di dalam negeri meningkat dan akhirnya terus berkembang.

"Piala Dunia 2022 telah membangkitkan gairah usai Korea Selatan dihantam krisis ekonomi. Pada awal 2000, kami mengalami pertumbuhan dan pemulihan ekonomi. Performa impresif Tim Nasional kami sudah mendongkrak kepercayaan diri publik dan membuat warga kembali percaya diri," kata pakar olahraga Korsel, Doktor Jung Woo Lee, dilansir Sky Sports.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya