Hansi Flick bukan sosok asing dalam hal mengembalikan performa pemain yang tengah mengalami penurunan. Pada musim sebelumnya, ia berhasil menghidupkan kembali permainan Raphinha, memberikan kepercayaan kepada Frenkie de Jong, dan memaksimalkan kontribusi dari pemain yang semula diragukan seperti Inigo Martinez. Giliran Rashford yang kini menjadi proyek baru di ruang ganti Barcelona.
Flick merancang skema dasar 4-3-3 yang mengandalkan pergerakan dinamis di lini depan dan transisi cepat dari tengah. Dalam sistem ini, Rashford dapat menempati posisi sayap kiri sebagai starter rotasi, atau bahkan bermain sebagai false nine ketika Lewandowski absen. Fleksibilitas tersebut membuatnya ideal untuk menghadapi jadwal padat yang akan dihadapi Barcelona di LaLiga Spanyol dan Liga Champions.
Namun, Rashford bukan berarti datang tanpa persaingan. Ia harus membuktikan diri bersaing dengan pemain-pemain yang lebih muda dan telah terintegrasi dalam sistem, seperti Lamine Yamal, Raphinha, Dani Olmo, dan Ferran Torres. Untungnya, adanya kebutuhan rotasi yang tinggi serta keinginan Flick untuk memiliki opsi ofensif yang segar membuka ruang kontribusi bagi Rashford. Di luar aspek teknis, Rashford juga menggantikan posisi dan beban gaji Ansu Fati, yang pada 2024/2025 hanya mencatat 303 menit bermain sepanjang musim.
Penempatan Rashford di Barcelona juga harus dilihat dari sisi psikologis. Ia tengah mencari momentum untuk memulihkan reputasinya setelah terpinggirkan di Manchester United, bahkan hingga harus berlatih terpisah dari skuad utama. Di Barcelona, Flick menawarkan suasana baru dengan pendekatan personal dan kompetitif, lingkungan yang diyakini mampu memulihkan kepercayaan diri dan menjadikan Rashford kembali ke bentuk terbaiknya.
Marcus Rashford bukanlah jawaban instan atas seluruh persoalan Barcelona, tetapi ia merupakan bagian dari solusi yang dipersiapkan Flick dengan presisi. Di bawah tangan dingin sang pelatih, Rashford berkesempatan mendapat panggung untuk membuktikan kariernya belum habis.