Siapa Pemilik Manchester City? Ini 4 Hal yang Perlu Kamu Tahu

Manchester City adalah salah satu klub sepak bola terkaya di dunia. Dengan nilai total sekitar 825,9 juta euro atau setara sekitar Rp14 triliun, mereka menjadi klub terkaya di English Premier League. Bahkan, hanya kalah dari Real Madrid dalam hal pendapatan global. Namun, kesuksesan finansial dan prestasi mereka baru berkembang pesat dalam 15 tahun terakhir.
Perubahan besar ini terjadi karena adanya peralihan kepemilikan klub. Banyak orang mengetahui Manchester City sangat kaya, tetapi tidak semua memahami dari mana sumber kekayaan mereka atau siapa pemilik Manchester City. Maka, menarik membahas pemilik Manchester City, grup yang mengelola klub ini, serta warisan yang telah mereka bangun.
1. Kepemilikan Manchester City berubah total sejak 2008
Pada akhir 2007/2008, Manchester City hanya finis di posisi ke-9 Premier League. Mereka terpaut lebih dari 30 poin dari sang juara, Manchester United. Namun, segalanya berubah pada musim panas 2008 ketika Abu Dhabi United Group (ADUG) membeli klub tersebut.
ADUG adalah grup investasi yang dimiliki Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan. Ia adalah anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, politikus, dan miliarder. Meskipun tidak memiliki pengalaman di dunia sepak bola, Sheikh Mansour melihat peluang besar ketika pemilik sebelumnya, Thaksin Shinawatra, ingin menjual klub.
Laporan menyebutkan, Sheikh Mansour membeli Manchester City dengan harga 200 juta pound sterling atau setara sekitar Rp4 triliun. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat harga yang dibayarkan Thaksin saat membeli klub 14 bulan sebelumnya. Sejak saat itu, investasi besar-besaran dilakukan, baik untuk membangun skuad maupun meningkatkan infrastruktur klub.
2. City Football Group mengelola banyak klub di seluruh dunia
Pada 2013, Sheikh Mansour mendirikan City Football Group (CFG). Perusahaan ini merupakan induk yang mengelola beberapa klub sepak bola di berbagai negara. CFG tidak hanya memiliki Manchester City, tetapi juga klub-klub lain di seluruh dunia.
ADUG menguasai 81 persen saham CFG. Sementara, 18 persen dimiliki perusahaan investasi Amerika Serikat, Silver Lake. Sisanya, sebesar 1 persen dikuasai perusahaan asal China. Sejak berdiri, CFG telah membeli beberapa klub, seperti New York City FC di Amerika Serikat dan Melbourne City FC di Australia.
Selain itu, mereka juga mengakuisisi Girona di Spanyol, Montevideo City Torque di Uruguay, dan Mumbai City FC di India. Tidak hanya di sepak bola pria, CFG juga mengembangkan klub-klub perempuan. Hal ini memperluas pengaruh mereka dalam dunia olahraga global.
3. Sheikh Mansour membawa kejayaan kepada Manchester City
Sejak diambil alih Sheikh Mansour, Manchester City mengalami perubahan besar. Dalam 4 tahun pertama, mereka berhasil memenangkan gelar juara Premier League pada 2011/2012. Gol dramatis Sergio Aguero melawan Queens Park Rangers pada menit akhir menjadi momen ikonik klub.
Pada era Pep Guardiola, yang bergabung pada 2016, Manchester City menjadi kekuatan dominan di Inggris dan Eropa. Mereka memenangkan enam gelar juara Premier League serta berbagai trofi domestik dan internasional. Kesuksesan ini didukung investasi besar-besaran dalam skuad.
Selain skuad, infrastruktur mengalami perubahan besar. Sheikh Mansour membangun Etihad Campus, pusat pelatihan canggih senilai lebih dari 700 juta pound sterling atau setara Rp14 triliun. Fasilitas ini menjadi rumah bagi tim utama, akademi, dan tim perempuan Manchester City.
4. Kontroversi selalu mengikuti kesuksesan Manchester City
Meskipun Manchester City mengalami kesuksesan luar biasa, kepemilikan mereka juga menghadapi banyak kritik. Salah satu kontroversi terbesar adalah 115 dakwaan yang diajukan Premier League. Klub dituduh melanggar aturan keuangan antara 2009 dan 2018.
Manchester City dituduh tidak memberikan laporan keuangan yang akurat serta menyembunyikan pembayaran tertentu kepada manajer mereka. Masalah ini dibawa ke persidangan di pengadilan pada September 2024. Kasus ini menjadi sorotan utama di dunia sepak bola.
Selain itu, Sheikh Mansour dan keluarga kerajaan Abu Dhabi sering dikaitkan dengan tuduhan sportswashing. Amnesty International mengkritik pemerintah Uni Emirat Arab atas pembatasan kebebasan berekspresi dan penahanan sewenang-wenang terhadap aktivis. Meski demikian, para penggemar tetap menikmati era kejayaan Manchester City.
Manchester City telah berkembang menjadi salah satu klub terbesar di dunia berkat dukungan finansial yang kuat dan strategi yang matang. Meskipun ada kontroversi, tidak dapat disangkal klub ini telah mencapai kesuksesan luar biasa di lapangan dan terus berambisi untuk meraih lebih banyak trofi pada masa depan.