Jakarta, IDN Times - Ketika pertama kali datang ke Inter Milan, banyak yang meragukan Simone Inzaghi. Datang dari Lazio, tak sedikit yang meragukan kapabilitas dan kemampuannya beradaptasi di Giuseppe Meazza.
Segala keraguan dan kritik itu tidak menjatuhkan Inzaghi. Malah, adik Filippo Inzaghi tersebut berkibar bersama Inter. Sempat menorehkan 100 kemenangan, sekarang Inzaghi membawa Inter kepada capaian yang lebih tinggi, yakni gelar Serie A.
Menggantikan Antonio Conte sebagai pelatih Inter pada musim 2021/22, Inzaghi mampu mempertahankan fondasi kuat yang sudah dibangun. Performa Inter tidak menurun di bawah asuhannya.
Malah, Inzaghi mampu membawa Inter naik level. Usai menjuarai Coppa Italia di musim 2021/22 dan 2022/23, serta menjuarai Piala Super Italia pada 2021, 2022, dan 2023, Inzaghi sempat menyulap Inter jadi tim yang disegani di Liga Champions.
Eks pelatih Lazio itu berhasil membawa Inter melangkah ke final Liga Champions, mengulangi capaian musim 2009/10 silam. Sayang, mereka gagal menjadi juara setelah kalah dari Manchester City di final.
Inzaghi menyatakan tanda-tandanya akan juara Serie A dan meraih banyak gelar di Inter sudah tampak sejak tiga tahun lalu. Saat itu, dia datang dalam kondisi Inter baru saja meraih Scudetto dan ditinggal para pemain bintang.
Setibanya di Inter, Inzaghi langsung melakukan penyesuaian. Alhasil, tradisi trofi yang dibentuk Conte sukses diteruskannya. Meski belum meraih gelar Serie A, gelar-gelar macam Coppa Italia dan Supercoppa Italiana tetap didapatkan Inter.
"Jika saya berpikir kembali ke musim 2021/22 silam, saat itu sudah melihat banyak sinyal positif. Saya yakin bisa membangun skuad Inter tetap kuat dan kompetitif. Hasilnya? Tentu bisa kita lihat sekarang," ujar Inzaghi dilansir Football Italia.
Sejak direkrut pada musim 2021/22, Inzaghi sudah menyumbangkan banyak gelar untuk Inter. Total, ada enam gelar yang diberikan Inzaghi untuk Nerazzurri, dengan rincian dua Coppa Italia, tiga Supercoppa Italiana, dan satu gelar Serie A.
Enam gelar ini membawa Inzaghi jadi pelatih tersukses ketiga Inter Milan sepanjang sejarah. Dia hanya berselisih satu trofi dari Helenio Herrera dan Roberto Mancini, yang menyumbangkan tujuh gelar bagi Inter.