[OPINI] Bhayangkara FC, Jawara Berbalut Tanda Tanya

Jangan ada noda di antara .....

Bhayangkara FC berhasil mengalahkan Madura United dengan skor 3-1. Cukup menjanjikan untuk sebuah lagi big match. Apalagi, pertandingan dihelat di stadion Gelora Bangkalan, Madura (8/11).

Penyerang Bhyangkara FC, Spasojevic menjadi aktor kemenangan timnya usai mencetak hattrick ke gawang Madura United. Berkat kemenangan ini, Bhayangkara FC memastikan gelar juara untuk pertama kalinya di Liga Indonesia sejak digelar tahun 1994.

Lantas, apakah gelar juara yang didapat The Guardian – julukan Bhayangkara FC-, dapat diterima begitu saja? Bagi saya tidak. Ada beberapa hal yang perlu dicermati ketika pertandingan berlangsung, salah satunya 3 kartu merah yang dikeluarkan dari saku wasit asal Iran, Seyed Vahitd Kazemi. Kazemi "memberondong" kartu merah kepada Madura United. Mereka adalah Peter Odemwinge, Fandi Eko Utomo, dan Rizky Dwi Febrianto.

Jengkel, gelandang Madura United, Bayu Gatra pun angkat bicara. Bayu meluapkan kekesalannya atas kepemimpinan wasit Kazemi. Dikutip dari laman bola.com, Bayu mengatakan, "Wasit diam saja ketika Indra Kahfi jelas-jelas ingin mematahkan kaki Peter. Sama sekali tidak ada hukuman. Hal itu jelas mengecewakan."

Tidak hanya Bayu, Manajer Madura United, Haruna Soemitro juga merasakan hal yang sama dengan mantan pemain timnas Indonesia itu. Dikutip dari koran Jawa Pos edisi (9/11) pihak Madura United merasa kekalahan timnya tidak wajar. 3 pemain yang terkena kartu merah menjadi penyebab utamanya. “Kami merasa dikriminalisasi. Kami dikerjai. Tiga kartu merah jelas membuat situasi tidak kondusif,” ujarnya.

Kontroversi bukan hanya pada kartu merah di pertandingan tersebut. Sehari sebelumnya, pecinta sepak bola dalam negeri dikejutkan dengan keputusan PSSI yang memenangkan Bhayangkara atas Mitra Kukar dengan skor 3-0. Padahal, saat pertandingan berlangsung Rabu (3/11) lalu, keduanya bermain imbang 1-1.

Keputusan PSSi didasari protes pihak Bhayangkara yangmempertanyakan kehadiran pemain Mitra Kukar Mohammed Sisoko. Sissoko, menurut mereka tak boleh dimainkan karena sebelumnya mendapat larangan bermain selama 2 pertandingan. Sebaliknya, Mitra Kukar berkilah bahwa hingga pertandingan usai, tak ada dokumen apapun yang melarang Sissoko diturunkan.

Setelah menerima surat protes dari Bhayangkara FC, PSSI langsung menganulir hasil seri tersebut dan memberikan kemenangan WO kepada Bhayangkara dengan 0-3. Mirisnya lagi, keputusan tersebut dikeluarkan selang sehari setelah kemenangan Bali United melawan PSM Makassar.

Kemenangan "gratisan" itu praktis membuat Bhayangkara FC mendapat tambahan 2 poin. mereka pun menggeser Bali United dari puncak klasemen Liga 1.

Dengan raihan 68 poin Bhayangkara FC sebenarnya masih bisa disamai dengan Bali United yang akan melakoni laga terakhir melawan Persegres (12/11). Sayangya, Liga 1 mengutamakan penilaian head to head. Penilaian ini menguntungkan tim milik kepolisian tersebut. Sebab, mereka lebih unggul head to head atas Bali. Dengan skema tersebut, meski menang 100-0 lawan Persegres, Bali tetap tak akan juara.   

Import Wasit Sama Saja

Sekita bulan Juli 2017, Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) membuat wacana untuk mendatangkan wasit asing asal Australia dan Kyrgyzstan. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas dan mutu pertandingan dengan perbaikan kinerja wasit juga perangkatnya. Dengan adanya kehadiran wasit asing, PSSI berharap keberadaan wasit asing mampu memberi pelajaran atau transfer ilmu kepada wasit lokal.

Kini, keputusan PSSI memanggil wasit asing supaya setiap pertandingan liga indonesia berjalan lancar tampaknya tidak sesuai dengan harapan. Di laga sebelumnya, Persija vs Persib (3/11), kinerja wasit dinilai sangat tidak adil bagi tim Viking – julukan Persib Bandung. Pasalnya, 2 gol Persib dianulir dan 1 pemain belakang Bandung diganjar kartu merah.  Sikap ini membuat Persib geram, bahkan pertandingan sempat terhenti pada menit 81’.

Peristiwa buruk itu terulang kembali ketika Madura United menjamu Bhayangkara FC yang mana pertandingan tersebut menjadi laga penentuan bagi kedua tim untuk memastikan apakah keduanya mampu merengkuh gelar juara liga gojek traveloka.

Kembali, harus sangat disayangkan, kinerja wasit asing yang diharapkan mampu memimpin laga dengan adil, tegas dan jujur tidak terlihat bahkan kalau boleh dibilang sangat mengecewakan. Alhasil, lewat kepemimpinannya, sang wasit mendapat protes dari pemain dan official Madura United, utamanya 3 kartu merah yang dikeluarkan wasit kepada 3 pemain Madura United untuk memuluskan gelar juara bagi Bhayangkara FC.

Puluhan aparat memenuhi tribun yang seharusnya dikosongkan.

Perlu diketahui, Bhayangkara FC merupakan klub dibawah naungan Kepolisian Republik Indonesia Polri. Nah, dalam pertandingan kemarin, beberapa anggota kepolisian yang seharusnya menjaga selama pertandingan berlangsung justru mengalami hal sebaliknya. Puluhan aparat menonton dari tribun yang seharusnya tak boleh diisi. Setidaknya, hal ini dikatakan oleh Manajer Madura United, Haruna Soemitro.  

Bahkan, menurut Haruna, pendukung tuan rumah, K-Cong Mania diusir oleh aparat keamanan kala menonton pertandingan di luar stadion. Dia membandingkan kejadian kemarin dengan kejadian sebelumnya kala tim tamu Barito Putera melawat ke Madura. “K-Cong Mania boleh memenuhi halaman luar stadion. Nyanyian mereka bahkan terdengar sampai ke dalam stadion. Hal ini dinilai sebagai pembakar semangat para pemainnya," ujar Haruna seperti diberitakan Jawa Pos.

Melihat kerancuan ini, tidak ada yang tahu siapa yang harus disalahkan dan siapa yang benar. Tapi, jujur saja, saya menilai inilah pertama kalinya juara liga Indonesia yang patut dipertanyakan keabsahannya.

Wimpie Photo Writer Wimpie

Tak Harus Kencang Untuk Berlari

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya