TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Penemuan Teknologi yang Sempat Hype, namun Redup Kemudian

Cuma keren sementara, setelahnya? Dilupakan!

Pxhere

Dalam dua dekade terakhir, dunia melihat berbagai produk teknologi baru yang sebelumnya tidak ada di pasaran. Tentu saja, masyarakat terperanjat dan menganggap teknologi tersebut akan menjadi "terobosan" baru yang mengubah wajah dunia dan akan menetap untuk jangka panjang.

Namun, hingga saat ini, ternyata penemuan tersebut hanya tinggal nama. Malah, beberapa sekarang dianggap "menggelikan". Tadinya sempat hype di pasaran, sepuluh penemuan ini sekarang hanya tinggal nama saja.

1. TiVo: Layanan perekam siaran TV yang lekang oleh waktu

techhive.com

Diperkenalkan pada 1999, TiVo adalah teknologi perekam saluran TV (DVR) berbasis Linux. Dengan TiVo, kamu bisa menonton berbagai siaran TV sekaligus, tanpa iklan! TiVo sempat dianggap menjadi pembawa perubahan kultur menonton TV di Amerika Serikat (AS). Malah, TiVo sempat menjadi kosakata untuk merekam acara dan menontonnya nanti.

Namun, saat teknologi digital semakin mutakhir, TiVo semakin ditinggalkan! Pada 2016, TiVo dibeli seharga 1,1 miliar dolar AS oleh Rovi, dan pada 2020, dicaplok oleh Xperi Corp seharga 3 miliar dolar AS. Meskipun nama "TiVo" tetap digunakan untuk layanan dan produk hiburan digital, namun identitas TiVo sebagai DVR sudah lenyap.

2. Google Glass: Terlihat menggelikan dan sempat "hilang" di pasaran

arstechnica.com

Diperkenalkan pada perhelatan Google I/0 2012, kacamata cerdas Google Glass yang diluncurkan pada 2013 sempat menghebohkan pencinta gadget dunia dengan tampilannya yang sophisticated dan futuristik seperti di film fiksi ilmiah!

Namun, Google Glass redup dengan cepat karena dua hal. Pertama, masyarakat khawatir akan eksploitasi privasi dan rentannya keamanan Google Glass. Kedua, harga Google Glass yang terlalu mahal, yaitu 1.500 dolar AS (sekitar Rp20 juta masa kini)!

Secara spesifikasi, Google Glass dikembangkan oleh Google X, divisi Google yang memang mengembangkan teknologi mutakhir, seperti mobil nirawak. Kacamata cerdas tersebut mengusung kamera setajam 5 MP dan mampu merekam video hingga resolusi 720p, cukup mengagumkan di masanya, loh!

Pada 2015, Google sempat "menyerah" dengan Google Glass dan kapok tidak mau produksi lagi. Namun, pada 2017, Google kembali mengumumkan Google Glass Enterprise Edition, dan pada 2019, mereka mengeluarkan Enterprise Edition 2! Namun, melihat jarangnya Google Glass beredar di masyarakat, menurutmu apakah produk tersebut sukses?

3. Myspace: Habis manis, sepah dibuang

ilustrasi myspace (news.sky.com)

Anak-anak milenial dan Generasi Z pasti sempat mengenal media sosial Myspace. Dirilis pada 2003 dan dibeli News Corporation seharga 580 juta dolar AS, Myspace menjadi "rumah" bagi lebih dari 100 juta pengguna dari 2005 - 2009, dengan keuntungan hingga 800 juta AS pada 2008. Di masa jayanya, valuasi Myspace tercatat hingga 12 miliar dolar AS!

Sejatinya, Myspace adalah "batu loncatan" untuk beberapa perusahaan internet besar seperti YouTube, PhotoBucket, dan Zynga. Namun, setelah 2009, pengguna Myspace menurun drastis, sebagian besar hijrah ke media sosial lain seperti Facebook dan Twitter.

Akhirnya, Myspace dibeli pada 2011 secara patungan oleh Specific Media Group dan Justin Timberlake dengan harga 35 juta dolar AS! Setelah dibeli oleh Time Inc pada 2016 dan berpindah tangan ke Meredith Corp pada 2018, Myspace secara teknis masih ada dan mendapatkan keuntungan iklan, namun tidak menghidupi jati dirinya sebagai media sosial.

4. Pebble: Jam cerdas sebelum masanya

engadget.com

Memulai kampanye di platform Kickstarter pada 2012 dengan 10,3 juta dolar AS, jam cerdas (smartwatch) Pebble adalah nenek moyang smartwatch masa kini. Laris di 2013, pada 2015, Pebble kembali mengumpulkan dana sebesar 20,3 juta untuk memproduksi Pebble Time dan Pebble Steel.

Akan tetapi, pada 2016, Pebble mengembalikan seluruh uang kampanye Kickstarter, membatalkan lini Pebble 2, dan dinyatakan bangkrut. Singkat cerita, ada dua hal menyebabkan "kematian" Pebble: kurang modal dan kalah saing dengan Apple yang saat itu juga mulai merambah pasar smartwatch dengan Apple Watch.

Kebangkrutan Pebble membuka jalan bagi FitBit untuk membeli hak kekayaan intelektualnya seharga 23 juta dolar AS.

Sejak discontinue pada Juni 2018, para pengembang Pebble kemudian membuka Rebble, sebuah platform yang bertujuan mengembangkan layanan online untuk smartwatch tersebut meskipun Pebble sudah "mati". Namun, berbicara soal jam cerdas baru, Rebble sudah terlambat untuk masuk ke persaingan smartwatch sekarang.

Baca Juga: 7 Gadget Ini Gagal Bersinar di Pasar dalam 10 Tahun Terakhir, Apa Aja?

5. Nintendo Virtual Boy: Sejarah gelap Nintendo yang bikin sakit kepala

vrfocus.com

Wii U bukanlah produk gagal pertama Nintendo. Perusahaan gaming asal Jepang tersebut pernah gagal dengan Virtual Boy pada 1995. Sebenarnya, Virtual Boy adalah konsol handheld pertama yang mengusung konsep stereoskopik 3D dan dianggap sebagai "masa depan konsol realitas virtual (VR)".

Hanya menawarkan grafik merah 32-bit, Virtual Boy yang dibanderol seharga 180 dolar AS ini juga menggunakan efek paralaks untuk menambah efek kedalaman gambar. Namun, dengan desain produk yang tidak berkelas, Virtual Boy (yang mirip dengan kacamata VR masa kini) hanya membuat penggunanya sakit kepala dan mata.

Hanya terjual 770.000 unit dengan 22 judul game, Virtual Boy tidak diproduksi lagi pada 1996. Membalaskan dendam Virtual Boy, Nintendo 64 berhasil menjadi salah satu konsol Nintendo terlaris dengan menjual lebih dari 30 juta unit di seluruh dunia!

6. Napster: Sempat jadi markas download MP3 di zamannya

Wikimedia Commons/Napster

Berdiri pada 1999 sebagai jasa file-sharing P2P, Napster sekarang lebih dikenal sebagai situs mengunduh/download musik bajakan dalam format MP3. Di masa jayanya, Napster memiliki lebih dari 80 juta pengguna dalam sistemnya. Napster dikembangkan oleh Shawn Fanning dan Sean Parker (yang kemudian menjadi Presiden pertama Facebook).

Sebenarnya, ketenaran Napster juga didongkrak oleh kontroversi, semenjak mengedarkan demo "I Disappear" dari band Metallica dan tuntutan pembajakan dari berbagai artis papan atas AS. Namun, pada 2001, berbagai tuntutan tersebut membuat Napster kewalahan dan memutuskan untuk "menghilang" dari dunia maya selama 1 tahun.

Pada 2002, Napster mengumumkan telah menjual asetnya sebesar 85 juta dolar AS, sebelum dibeli Best Buy pada 2008 sebesar 121 juta dolar AS untuk digunakan sebagai layanan musik on-demand. Pada Agustus 2020, ternyata Napster sudah berpindah tangan ke perusahaan konser virtual, MelodyVR, dengan harga 70 juta dolar AS.

7. MapQuest: Sarana navigasi dan peta digital pertama di dunia

halp.mapquest.com

Sebelum adanya Google Maps, MapQuest yang diluncurkan secara daring pada 1996 adalah layanan peta digital pertama di dunia! Tinggal akses situsnya, masukan destinasi, dan kamu bisa mencetak sarana dan rute yang dapat ditempuh ke tujuan. Inovatif di zamannya, AOL membeli MapQuest pada 2000 seharga 1,1 miliar dolar AS!

Namun, dengan terciptanya teknologi GPS dan munculnya berbagai aplikasi navigasi seperti Google Maps di pasaran, MapQuest mulai redup sejak 2008. Meskipun sudah beradaptasi dengan zaman melalui bentuk aplikasi dan penggunaan GPS, nyatanya MapQuest tetap kalah saing.

8. PalmPilot: PDA pertama yang kemudian hilang termakan zaman

medium.com

Dirilis pada 1997, PalmPilot besutan Palm Inc mewujudkan mimpi pecinta gadget untuk memiliki "komputer dalam genggaman" hingga ke abad 21. Meskipun hanya memiliki RAM 512 KB dan tidak memiliki layar back-lit, PalmPilot sudah mengguncang pasar saat itu.

Tercipta untuk para pebisnis, asisten digital pribadi (PDA) tersebut dapat membuat jadwal, mengirim dan menerima surel (e-mail), mencatat, dan mengirim file untuk di-print. Benar-benar futuristik di masanya! Pada 2010, Hewlett-Packard membeli Palm Inc seharga 1,2 miliar dolar AS.

Namun, pada 2011, seluruh PDA yang diproduksi menggunakan nama HP bukan Palm. Pada 2015, hak kekayaan intelektual Palm kemudian dibeli oleh perusahaan Tiongkok, TCL. Namun, dengan berbagai gadget dan smartphone, PDA dan Palm sudah tak mampu bersaing lagi.

9. Betamax: Berkualitas bagus, tidak dicintai masyarakat

fortune.com

Dirilis pada 1975, Betamax mengubah cara dunia menonton TV. Dikembangkan oleh Sony, Betamax dapat merekam siaran TV dalam bentuk kaset untuk dapat ditonton kemudian. Untuk menantang dominasi Betamax, JVC mengeluarkan Video Home System (VHS) pada 1976.

Di segi spesifikasi, Betamax dengan baris gambar 250 jauh lebih superior dibandingkan VHS dengan 240. Namun, mana yang lebih terkenal di zamannya? VHS! Hal tersebut disebabkan karena harga Betamax terlalu mahal dan durasi rekaman Betamax yang lebih singkat dibandingkan VHS. Betamax masih sempat bertahan hingga Maret 2016 sebelum dihentikan produksinya oleh Sony.

Baca Juga: Plus Minus Dark Mode pada Gadget, Dahulukan Kenyamananmu Sendiri

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya