TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tak Hanya Coding, Ini Proses Membangun Sebuah Mobile App

Siapa saja bisa mempelajari bahasa pemrograman

Tim Product IDN Media Surabaya (Dok. IDN Media, Herka Pangaribowo)

Jakarta, IDN Times - Lepas dari kemudahan yang ditawarkan oleh smartphone? Duh, tidak terbayang bagaimana rasanya hidup tanpa smartphone. Apalagi, di era digital seperti sekarang ini, banyak sekali aktivitas yang dapat kita lakukan melalui smartphone. Mulai dari bersosialisasi melalui situs jejaring sosial, mencatat berbagai macam agenda, bermain game, mendengarkan musik, menonton video, berkirim email, dan banyak hal lainnya. Memahami kenyataan ini, tak heran apabila banyak pengembang aplikasi yang berlomba-lomba untuk menciptakan aplikasi mobile yang tak hanya menarik, tapi juga bermanfaat bagi para pengguna.

Pada kesempatan ini, Arvel Alana, Android Developer IDN Media, meluangkan waktunya untuk berbincang mengenai mobile app. Rupanya, membangun sebuah mobile app tidak hanya tentang coding saja. Ada banyak proses lain yang harus dimengerti dan tak boleh dilewatkan. Buat kalian yang tertarik dengan bidang ini, artikel di bawah ini bisa menambah wawasan kamu, lho. Yuk, simak bersama!

1. Terdengar sederhana, namun mempengaruhi keberhasilan mobile app

Arvel Alana, Android Developer IDN Media (Dok. IDN Media)

Mungkin terdengar sederhana, tapi tahap awal yang perlu dilakukan saat hendak membuat suatu mobile app adalah menentukan tujuan dari aplikasi tersebut. “Hal ini akan membantu kita agar tidak ‘keluar jalur’, jadi apa yang kita kerjakan itu masih mengacu pada objektif kita di awal. Acuan itu harus memperhatikan kebutuhan pengguna, apa yang mereka mau, dan preferensi mereka,” Arvel menerangkan.

Setelah menentukan objektif dari mobile app yang sedang dibangun, langkah selanjutnya yang harus kita ambil adalah menetapkan target pengguna dari mobile app tersebut. “Analisis yang tepat terhadap pelanggan kita: siapa mereka dan kesulitan apa yang biasa mereka temui, tentu akan meningkatkan potensi kesuksesan dari mobile app yang sedang kita bangun. Tak lupa, merancang fitur-fitur vital yang berdaya guna, membuat desain UI dan UX, sekaligus desain sistem untuk mobile app itu juga perlu. Kemudian, tentukan batas MVP (Minimum Viable Product) untuk menetapkan batas requirement minimum untuk rilis awal suatu app,” terangnya.

2. Tidak melulu tentang coding

Pexels

Selain coding, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang programmer untuk membangun sebuah mobile app. Arvel menyebutkan, “Hal tersebut meliputi pemilihan technology untuk development app yang digunakan. Bisa native, hybrid, atau web app. Kemudian, penyesuaian layout dengan UI/UX yang telah dibuat. Menentukan supported device atau versi OS apa saja yang bisa instal aplikasi.”

Secara lebih detail, Arvel juga menjelaskan bahwa kita pun perlu memilih arsitektur untuk kode yang akan kita gunakan. “Buat teman-teman yang sudah tertarik dengan dunia app development, pasti kalian sudah paham bahwa kita juga perlu menentukan arsitektur kode yang akan digunakan sebagai dasar untuk membangun aplikasi, seperti MVI, MVV, MVC, atau VIPER. Apa software development kit-nya, lalu Continuous Integration, Continuous Delivery untuk menjalankan tes, build app, serta deliver app secara otomatis,” ungkap Arvel.

3. Memahami automation process

Ilustrasi IDN App (Dok. IDN Media/Farhan Omara dan Herka Pangarbowo)

Berbicara tentang build dan deliver app secara otomatis, apa, sih, signifikansi dari hal tersebut? Biasa disebut sebagai automation and testing, proses ini terdiri dari hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas suatu mobile app agar tidak rentan terhadap kesalahan dan kerusakan. “Automation process juga memungkinkan mobile app untuk dapat dites dan di-deliver secara otomatis. Kemudian, Unit Test dan Integration Test, misalnya, pun akan membantu programmer dalam melakukan testing terhadap codes yang sudah dibuat. Sedangkan UI Test akan membantu programmer dalam pengecekan elemen-elemen visual aplikasi serta interaksi yang dapat dilakukan di dalamnya,” terang Arvel.

Dengan kata lain, setelah programmer merancang tes-tes tersebut, automation process seperti CI (Continuous Integration) atau CD (Continuous Delivery) akan dapat menjalankan pengecekan dan proses pembangunan mobile app secara otomatis tanpa harus dijalankan secara manual. Secara lebih mendetail, Continuous Integration (CI) adalah proses menjalankan tes dan melakukan analisis kode secara otomatis setelah programmer selesai melakukan coding. Sedangkan Continuous Delivery (CD) akan secara otomatis membuat mobile app dan mengirimkannya ke tester atau app store, sehingga dapat di-install oleh pengguna.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya