TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Raup Belasan Juta, Seniman di Bali mulai Lirik NFT untuk Jual Karya

NFT berpotensi menjadi solusi untuk apresiasi karya seniman

Hasil karya Robert. (dok. Putu Widya Suparta)

Tren non-fungible token (NFT) saat ini sedang naik daun atau bisa dibilang sedang booming. Hal ini disebabkan salah satunya karena viralnya sosok anak muda yang bernama Ghozali, dirinya menjual foto selfie-nya di NFT sehingga mendapatkan penghasilan hingga mencapai Rp1,5 milyar sejauh ini.

Secara sederhana, NFT adalah sebuah aset digital yang digunakan sebagai bukti kepemilikan barang yang dapat dibeli dengan mata uang kripto. Jadi aset ini nantinya bersifat 'unik' hanya terdapat satu saja dalam suatu blokchain.

Selain Ghozali, rupanya ada seniman Indonesia, tepatnya di Bali yang mulai mengambil peluang ini. Ia adalah Putu Widya Suparta, seniman ini secara otodidak mendalami bagaimana cara menjual hasil karyanya di marketplace NFT. Simak ceritanya berikut ini, yuk!

1. Seniman seni visual serba bisa dari Singaraja 

Putu Widya Suparta atau Robert Vandal. (dok. Putu Widya Suparta)

Putu Widya Suparta atau yang lebih dikenal dengan nama Robert adalah sosok seniman serba bisa yang lahir di Singaraja, tepatnya di Desa Banyuning. Robert mulai menggeluti dunia seni sejak duduk di bangku sekolah di SMKN 1 Sukawati, Gianyar yang dulunya bernama SMSR Denpasar.

Setamatnya dari SMSR pada tahun 2016, ia langsung terjun ke dunia seni visual seperti melukis, membuat grafiti, digital painting, dan sejenisnya. Kesehariannya, Robert bekerja sebagai seniman tato di studio tato yang bernama Celebrity Ink di Legian, Kuta.

2. Melirik NFT karena usahanya di dunia seni terdampak pandemik

Robert saat membuat karya digitalnya. (dok. Putu Widya Suparta)

Badai pandemik Covid-19 datang meluluhlantakkan sendi-sendi perekonomian, tak terkecuali Bali. Banyak usaha-usaha yang berkaitan dengan seni visual harus menghentikan operasionalnya karena tidak adanya kunjungan wisatawan ke Bali.

Untuk bertahan hidup, para seniman harus mencari cara baru dan kreatif untuk menjual hasil karya seninya. Begitu juga halnya dengan Robert, dia harus berhenti menjadi seniman tato karena studio tato tempatnya bekerja tutup.

Sampai pada akhirnya, ia melihat peluang di dunia NFT setelah mendapat informasi mengenai NFT dari temannya yang berasal dari Brasil.

"Saya disuruh mempelajari NFT, karena menurut teman saya itu, NFT memiliki prospek yang baik bagi seniman seperti saya," ungkap Robert saat dihubungi melalui telepon, Rabu (19/1/2022).

Baca Juga: NFT di Mata Seniman Virtual Maros yang Karyanya Mendunia

3. Menjual hasil karya di NFT tidaklah sulit

Daftar karya Robert di Opensea.io. (Opensea.io/Robert Vandal)

Dalam menjual karya di NFT terdapat istilah minting atau sering disebut sebagai proses mengunggah karya NFT. Menurut Robert, untuk minting ini bisa dipelajari melalui tutorial di YouTube karena prosesnya sederhana dan tidak rumit.

Robert menjabarkan, sebelum minting, pengguna harus menyiapkan dompet digital dengan mengunduh aplikasi dan membuat akun di Metamask. Kemudian melalui browser di aplikasi tersebut, pengguna harus masuk ke marketplace Opensea.io, salah satu marketplace NFT untuk menjual karya digital.

"Nanti dompet digital kita di Metamask dihubungkan dengan Opensea.io, baru nantinya kita membuat akun di marketplace tersebut. Kemudian saya memilih menggunakan blockchain dari Polygon karena gratis dengan mata uang kripto Ethereum (eth)," jelas Robert.

Robert juga mengingatkan, sebelum minting jangan lupa untuk membuat collection yang nantinya menjadi tempat untuk menaruh karya-karya. "Collection ini mirip dengan galeri, harus buat tempatnya dahulu baru nanti diisi," ungkap pemilik akun Robert Vandal di Opensea.io ini.

Akun Opensea.io juga perlu ditautkan ke media sosial pemiliknya. Hal ini berguna agar calon pembeli juga mengetahui sepak terjang si pembuat karya digital tersebut, dan juga meyakinkan calon pembeli bahwa pemilik karya digital adalah sama dengan pemilik akun Opensea.io.

4. Bagi seniman, NFT mampu memberikan penghasilan bahkan lebih besar dari cara konvensional

'Grim Reaper', hasil karya pertama Robert di Opensea.io. (dok. Putu Widya Suparta)

Minting karya di marketplace NFT akan mampu memberikan tambahan penghasilan atau bahkan bisa memberikan penghasilan yang lebih besar dari penjualan dengan cara konvensional. Sebutlah Robert, saat pertama kali minting karyanya yang berjudul 'Grim Reaper', sebuah foto karya grafitinya di suatu tembok, ia mendapatkan Rp400 ribu dari karya tersebut.

"Saya waktu itu hanya iseng aja mencoba minting pertama dengan hasil karya berupa foto. Ternyata ada juga yang mau membeli hasil karya seperti itu," ujar Robert sambil tertawa.

Lebih lanjut Robert mengatakan, seniman harus berani mencoba untuk minting karya seninya di marketplace NFT, tentunya karya-karya yang berkualitas. "Saya sendiri saat ini sudah mulai minting semua karya saya secara bertahap, dan mencoba untuk membuat karya baru yang saya sesuaikan dengan tren di Opensea.io yang digabungkan dengan ciri khas yang saya miliki," sambung seniman visual yang saat ini menetap di Denpasar ini.

Untuk diketahui, Robert saat ini sudah memiliki 19 karya di collection Opensea.io miliknya. Dari 19 karya, 9 karya sudah laku dan ia mampu meraup penghasilan kurang lebih Rp11 juta.

Baca Juga: Fenomena Ghozali, NFT Bisa Jadi Ladang Bisnis Digital yang Prospektif 

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya