5 Fakta Menarik Baterai Nuklir BV100, Bisa Bertahan 50 Tahun?

Baterai konvensional yang banyak digunakan sehari-hari memiliki keterbatasan dalam hal kapasitas dan daya tahan. Pengguna kerap harus mengisi ulang baterai beberapa kali dalam sehari, bahkan mengganti baterai secara berkala. Namun, teknologi baterai terus berkembang hingga akhirnya alternatif yang jauh lebih baik hadir.
Baterai nuklir BV100 menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah daya tahan baterai yang selama ini menjadi kendala. Menawarkan masa pakai jauh lebih lama, BV100 memiliki potensi untuk menggantikan baterai konvensional pada berbagai perangkat elektronik, mulai dari drone hingga smartphone. Ingin tahu apa yang membuat BV100 begitu istimewa? Simak fakta-fakta berikut!
1. Ukuran kecil, tenaga besar

Punya ukuran hanya 15 x 15 x 5 mm, baterai ini benar-benar mengemas tenaga yang luar biasa. Dilansir Gianni Mori Engineering, BV100 menggunakan isotop radioaktif nikel-63 (63Ni) dan teknologi semikonduktor berlian untuk menghasilkan energi. Meski mungil, baterai ini memiliki kepadatan energi sepuluh kali lebih besar daripada baterai lithium tradisional.
Betavolt Technology juga mengklaim bahwa tim peneliti mereka berhasil menciptakan semikonduktor berlian tunggal kristal setebal 10 mikron yang sangat efisien dalam mengonversi energi peluruhan nikel-63 menjadi listrik. Perusahaan ini percaya bahwa teknologi mereka jauh lebih maju dibandingkan dengan teknologi yang dikembangkan oleh negara-negara lain. BV100 juga bisa menghasilkan daya sebesar 100 mikrowatt dengan tegangan 3 volt. Meski daya ini terbilang kecil, ia cukup untuk mengoperasikan perangkat elektronik kecil seperti sensor atau alat medis.
2. Umur panjang tanpa repot isi ulang

BV100 dirancang untuk bertahan hingga lima dekade tanpa perlu pengisian ulang. Ini semua berkat peluruhan isotop nikel-63 yang memiliki waktu paruh lebih dari 100 tahun, seperti yang dijelaskan oleh Today. Artinya, baterai ini akan tetap bekerja secara stabil sepanjang umurnya.
Dr. Zhang Shixu, seorang profesor dari School of Nuclear Science and Technology di Universitas Lanzhou di barat laut China menginformasikan bahwa prinsip kerja baterai nuklir adalah memanfaatkan energi dari peluruhan isotop radioaktif. Dalam kasus BV100, peluruhan nikel-63 menghasilkan partikel beta yang ditangkap oleh semikonduktor berlian untuk menghasilkan arus listrik. Selain itu, Betavolt juga menjamin bahwa baterai ini aman digunakan bahkan di lingkungan ekstrem, mulai dari suhu -60 derajat C hingga 120 derajat C. Jadi, baik di kutub utara maupun gurun pasir, BV100 tetap bisa diandalkan.
3. Aman dan ramah lingkungan

Mendengar kata "nuklir," mungkin banyak orang langsung membayangkan ledakan atau radiasi berbahaya. Namun, Betavolt meyakinkan bahwa BV100 sama sekali tidak berbahaya. Menurut Tanaka Precious Metals, baterai ini tidak menghasilkan radiasi eksternal dan bahkan aman digunakan dalam perangkat medis seperti pacemaker. Setelah proses peluruhan selesai, isotop nikel-63 berubah menjadi tembaga non-radioaktif, sehingga tidak meninggalkan limbah berbahaya bagi lingkungan.
Juan Claudio Nino, seorang ilmuwan material dari University of Florida, menyatakan bahwa radiasi dari nikel-63 relatif rendah dibandingkan isotop lainnya. Meski begitu, ia menekankan pentingnya perlindungan radiasi jika baterai ini digunakan dalam perangkat portabel seperti ponsel. Betavolt mengintegrasikan pelindung radiasi dalam desain baterai mereka untuk melindungi pengguna, terutama dengan menggunakan material seperti lead atau tungsten untuk menyerap radiasi berbahaya.
4. Memiliki potensi yang luas untuk berbagai industri

BV100 bukan cuma sekadar baterai biasa. Ia memiliki potensi besar untuk merevolusi berbagai industri. Melansir Eagle Plasma, baterai ini cocok untuk beragam perangkat, seperti satelit, drone, alat medis, hingga sensor di lokasi terpencil.
Bahkan, Betavolt berencana mengembangkan versi 1 watt pada 2025. Kapasitas ini yang lebih mendekati kebutuhan daya smartphone modern. Baterai ini bisa digunakan untuk misi luar angkasa jangka panjang, pemantauan lingkungan, hingga perangkat militer seperti drone yang bisa terbang sangat lama.
5. Tantangan dan masa depan yang cerah

Meskipun BV100 menjanjikan banyak hal menarik, ada beberapa tantangan yang masih harus dihadapi. Salah satu kendala utamanya adalah biaya produksi yang tinggi karena penggunaan bahan radioaktif dan semikonduktor yang canggih. Menurut Dr. Zhang Shixu, masalah lainnya adalah proteksi radiasi yang membatasi performa baterai serta kerusakan semikonduktor akibat sinar gamma yang menyertai partikel beta.
"Kekhawatiran meliputi keamanan dan kontrol nuklir, perlindungan radiasi yang membatasi kinerja baterai, dan kerusakan radiasi pada semikonduktor dari sinar gamma yang menyertai radiasi beta pada baterai betavoltaik," kata Dr. Zhang Shixu, mengutip Today.
Meski ada tantangan, perusahaan yang mengembangkan baterai nuklir BV100, yaitu Betavolt, tetap optimis. Mereka sedang melakukan penelitian untuk mencari bahan radioaktif lain yang lebih efisien dan murah, seperti strontium-90 dan promethium-147. Mereka juga sedang mengembangkan teknologi untuk meningkatkan daya baterai tanpa mengurangi efisiensinya. Jadi, meski ada tantangan, masa depan baterai nuklir tampak sangat cerah. Apakah kamu tertarik mencobanya saat momen perilisan nanti?