Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi HP Nokia jadul (pixabay.com/StockSnap)

Pada Selasa (25/10) kemarin, Presiden Joko Widodo—yang akrab disapa Jokowi—menyambangi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Salah satu yang mendampingi adalah Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono.

Di sela-sela menemani Presiden Jokowi menjawab pertanyaan dari awak media, tiba-tiba HP Basuki berdering dan terdengarlah bunyi yang akrab di telinga kita. Bagi yang melewatkannya, berikut kejadiannya:

Benar! Di tengah dominasi iPhone dan HP Android, dering Nokia Tune dari Nokia 216 milik Basuki menandakan bahwa ia masih setia memakai Nokia. Meski masih eksis, Nokia Tune tak lagi sering terdengar seperti dulu.

Bagi generasi 90-an, mendengar dering tersebut memicu lagi aliran nostalgia, dan saat mendengarnya, hanya satu nama yang terlintas: Nokia. Mengapa ringtone Nokia atau Nokia Tune amat ikonik di telinga dan memori kita?

1. Awalnya adalah iklan

Fakta menarik, Nokia Tune sebenarnya adalah hanya bagian kecil dari sebuah komposisi. Nada dering ini berasal dari lagu Gran Vals (yang berarti Grand Waltz), gubahan seorang musisi Spanyol di era Romantik Akhir, Francisco Tárrega (1852–1909).

Pada 1992, Nokia menggunakan Gran Vals sebagai musik latar untuk iklan Nokia 1011. Setahun kemudian, sepenggal dari Gran Vals digunakan oleh Nokia sebagai Nokia Tune. Ringtone ini menjalani debutnya di Nokia 2110 yang rilis pada 1994. Saat itu, namanya bukan Nokia Tune, melainkan Type 7Type 5, atau Type 13.

Kemudian, pada 1997, nama ringtone ini berubah menjadi Grande Valse. Setahun kemudian, barulah nama ringtone ini menjadi Nokia Tune yang kita kenal saat ini.

2. Nokia Tune yang kita kenal sampai saat ini

Editorial Team

Tonton lebih seru di