Kenapa Samsung Galaxy Z Fold 7 Tak Dapat Upgrade Baterai?

- Mayoritas pengguna Z Flip mengeluhkan daya tahan baterai
- Fokus utama Samsung lebih kepada balapan menjadi foldable tertipis dan teringan
- Samsung lebih berhati-hati dalam bereksperimen dengan teknologi baru
Samsung baru saja merilis dua smartphone flagship terbarunya, yaitu Galaxy Z Flip 7 dan Galaxy Z Fold 7 pada 9 Juli 2025. Keduanya hadir dengan berbagai peningkatan menarik, mulai dari ukuran layar yang lebih besar, bodi perangkat yang lebih ramping, hingga peningkatan spesifikasi kamera. Namun, jika menilik lebih dalam pada informasi spesifikasinya, ada satu hal yang menjadi sorotan para pengguna seri Galaxy Z Fold. Apa itu? Yap, Samsung Galaxy Z Fold 7 tak dapat upgrade baterai sama sekali.
Seperti diketahui, Galaxy Z Flip 7 mengalami peningkatan kapasitas baterai dari 4.000 mAh pada Z Flip 6 menjadi 4.300 mAh. Sebaliknya, Galaxy Z Fold 7 justru tetap menggunakan baterai berkapasitas 4.400 mAh. Angka ini sama persis seperti pendahulunya, Galaxy Z Fold 6. Jika menilik ke belakang, seri Z Fold memang belum mendapat peningkatan kapasitas baterai sejak Galaxy Z Fold 3 yang dirilis pada 2021. Lantas, apa alasan di balik keputusan Samsung untuk tidak meningkatkan kapasitas baterai pada seri Fold? Apakah desain bodi yang lebih ramping menjadi prioritas utama dalam peluncuran kali ini? Mari kita simak penjelasannya lebih lanjut.
1. Mayoritas pengguna Z Flip mengeluhkan daya tahan baterai

Salah satu alasan utama Samsung meningkatkan kapasitas baterai pada Galaxy Z Flip 7 adalah banyaknya keluhan dari pengguna sebelumnya terkait daya tahan baterai. Jika menengok ke belakang, model Galaxy Z Flip 4 dan Z Flip 5 hanya dibekali baterai 3.700 mAh. Kapasitas tersebut dinilai kurang memadai untuk menunjang aktivitas harian yang intens. Kini, Galaxy Z Flip 7 hadir dibekali baterai berkapasitas 4.300 mAh atau sekitar 600 mAh lebih besar dari dua pendahulunya.
SamMobile mencatat bahwa pengguna seri Galaxy Z Flip memang mendambakan baterai yang lebih besar. Melalui desain clamshell dan layar sekunder yang semakin besar, kebutuhan akan baterai berkapasitas lebih besar pun menjadi semakin penting. Samsung pun menyadari bahwa tanpa peningkatan di aspek ini, pengalaman pengguna bisa terganggu secara signifikan. Samsung tampaknya memahami bahwa aspirasi pengguna setianya adalah hal yang tak bisa diabaikan.
Segmentasi pengguna Z Flip berbeda dengan pengguna Z Fold. Seri Flip lebih digemari oleh segmen pengguna aktif yang menginginkan perangkat praktis, tetapi andal untuk digunakan seharian. Peningkatan baterai ini menjadi bukti bahwa Samsung mendengarkan kebutuhan pasar dan menyesuaikan fitur sesuai karakteristik pengguna masing-masing seri.
Sementara itu, prioritas utama pengguna seri Galaxy Z Fold cenderung berbeda. Mereka lebih menekankan pada bobot yang ringan dan desain yang tipis agar perangkat nyaman digunakan dan mudah dibawa ke mana-mana. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas pengguna Fold bukan pada baterainya, tetapi lebih ke kenyamanan penggunaan dan perangkatnya bisa dibawa kemana-mana tanpa repot.
2. Fokus utama Samsung lebih kepada balapan menjadi foldable tertipis dan teringan

Samsung saat ini berada di tengah persaingan ketat dengan berbagai produsen lain yang semakin agresif merambah pasar smartphone lipat. Tren yang berkembang menunjukkan bahwa desain yang tipis dan ringan kini semakin diminati. Dalam konteks inilah Samsung menetapkan desain ultra-tipis dan bobot ringan sebagai prioritas utama dalam pengembangan Galaxy Z Fold 7. Bahkan, jika nantinya harus mengorbankan potensi peningkatan kapasitas baterai yang ada di dalamnya.
Tak ingin sekadar menjadi pengikut tren, Samsung memanfaatkan momentum lewat peluncuran Galaxy Z Fold 7 yang kini dinobatkan sebagai smartphone lipat bergaya buku (book-style foldable) paling ringan di dunia sekaligus salah satu yang paling tipis menurut SamMobile. Galaxy Z Flip 7 merupakan Galaxy Z Flip paling tipis karena memiliki berat 188 gram dan ukurannya hanya 13,7 mm saat dilipat. Untuk mendapatkan pencapaian tersebut, Samsung harus mengorbankan peluang untuk menyematkan baterai berkapasitas lebih besar. Ini lantaran kapasitas baterai yang besar akan berdampak langsung pada ketebalan dan bobot perangkat.
Kompromi ini mencerminkan bahwa perusahaan lebih memilih membangun citra sebagai inovator desain dibanding sekadar menambah angka miliampere-hour (mAh) dalam uraian spesifikasi teknis. Daya tarik desain yang elegan dan portabel tentu lebih relevan untuk menggaet perhatian konsumen premium dan profesional yang menjadi target utama seri Z Fold. Meski demikian, walaupun desain tetap jadi yang terdepan, fungsi perangkat sejatinya tidak boleh dilupakan.
3. Samsung lebih berhati-hati dalam bereksperimen dengan teknologi baru

Samsung saat ini masih menggunakan teknologi baterai konvensional. Untuk meningkatkan kapasitas tanpa menambah ukuran fisik, perusahaan perlu beralih ke baterai berbasis silicon carbon anode yang menawarkan densitas energi lebih tinggi. Namun, langkah ini belum diambil karena Samsung memilih berhati-hati pasca insiden besar Galaxy Note 7 pada tahun 2016 yang menyebabkan ledakan baterai dan menimbulkan krisis kepercayaan publik.
Kejadian tersebut menjadi titik balik yang membuat Samsung menerapkan pendekatan konservatif terhadap inovasi teknologi, terutama dalam hal baterai. Keamanan dan stabilitas perangkat kini menjadi prioritas utama dibanding sekadar mengejar spesifikasi tinggi. Di saat industri lain mulai melirik silicon carbon anode sebagai solusi ideal untuk menghadirkan baterai lebih besar tanpa menambah ketebalan, Samsung masih memilih menunggu hingga teknologi ini benar-benar terbukti aman dan stabil untuk penggunaan jangka panjang.
Di sisi lain, para pesaing seperti HONOR dan vivo sudah berani melangkah lebih jauh. HONOR Magic V5 hadir dibekali baterai 5.820mAh, sedangkan vivo X Fold 5 bahkan menembus angka 6.000mAh. Kedua smartphone ini tetap menawarkan kamera yang kompetitif serta layar cover yang lebar. Hal ini mirip dengan pendekatan desain Galaxy Z Fold. Meski mengusung kapasitas baterai paling kecil di antara kedua pesaingnya (4.400 mAh), Samsung tetap unggul dalam hal ketahanan jangka panjang, di mana siklus pengisian daya perangkat mereka menunjukkan potensi daya tahan yang lebih stabil dalam pemakaian bertahun-tahun.
Jika dilihat dari karakteristik perangkat, justru lini Fold yang lebih membutuhkan kapasitas baterai besar dibandingkan seri Flip. Perangkat Flip memiliki layar cover kecil yang hemat daya, sementara Fold mengandalkan layar luar seukuran smartphone dan layar dalam sebesar tablet. Kombinasi ini tentu saja menuntut konsumsi daya tinggi. Untungnya, Samsung tidak melakukan pendekatan ekstrem seperti Galaxy S25 Edge yang memangkas kapasitas baterai demi desain tipis. Artinya, Samsung masih menjaga batas minimum yang masuk akal untuk mendukung kenyamanan penggunaan.
4. Tidak ada jaminan pengguna seri Fold tak ingin baterai lebih besar

Meskipun Samsung mengklaim bahwa pengguna Z Fold lebih menginginkan peningkatan pada aspek kamera, bobot, dan desain, tidak berarti mereka tidak mengharapkan baterai yang lebih besar. Pengguna yang memakai Galaxy Z Fold untuk kebutuhan multitasking tentu menginginkan daya tahan baterai yang lebih baik. Apalagi dengan konsumsi daya yang tinggi akibat layar besar dan aktivitas intensif. Baterai berkapasitas besar tetap menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan.
Keputusan Samsung untuk mempertahankan kapasitas baterai Z Fold 7 tampaknya merupakan bentuk kompromi. Demi menghadirkan desain yang lebih ramping dan ringan, Samsung harus rela menahan diri untuk tidak menyematkan baterai lebih besar. Galaxy Z Fold 7 memang hadir lebih tipis, tetapi tidak lebih awet. Sebaliknya, Galaxy Z Flip 7 justru mendapat peningkatan kapasitas baterai. Ini mencerminkan prioritas Samsung yang berbeda pada masing-masing seri. Walau masih tertinggal dari beberapa pesaing asal China yang mampu menyatukan desain tipis dan baterai besar, Samsung mulai menunjukkan upaya untuk mengejar ketertinggalan di aspek desain.
Kebutuhan akan daya tahan baterai adalah kebutuhan universal di semua segmen pengguna. Oleh karena itu, meskipun pendekatan Samsung dalam menjaga desain tetap ramping dapat dimengerti, absennya peningkatan baterai tetap menjadi kritik yang sah. Dalam dunia perangkat premium, ekspektasi pun juga premium. Samsung perlu menjaga keseimbangan antara inovasi visual dan kekuatan fungsional di dalam perangkat.
Menimbang semua faktor tersebut, Samsung tampaknya menyusun langkah hati-hati untuk masa depan seri Fold. Perusahaan mulai mengeksplorasi transisi ke teknologi silicon carbon anode atau mengandalkan efisiensi daya dari prosesor generasi mendatang. Namun, Samsung tampaknya memilih untuk bermain aman yakni menjaga ketipisan perangkat demi mempertahankan predikat sebagai salah satu foldable paling ringan dan ramping sejauh ini.
Keputusan Samsung Galaxy Z Fold 7 tak dapat upgrade baterai mencerminkan strategi yang mempertimbangkan aspek desain, kebutuhan pasar, dan risiko teknologi. Meski terasa mengecewakan bagi sebagian pengguna, langkah ini menunjukkan bahwa Samsung sedang merancang evolusi smartphone lipat secara bertahap dan hati-hati. Apakah Z Fold 8 akan membawa peningkatan kapasitas baterai? Bisa jadi. Namun, semuanya bergantung pada kesiapan teknologi baterai generasi selanjutnya yang benar-benar matang dan aman digunakan.