TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Masalah Besar yang Industri Video Game Tidak Ingin Perbaiki

Meninggikan uang, merendahkan konten

destructoid.com

Hanya karena segalanya sesuatunya berjalan dengan baik, bukan berarti bahwa industri video game tidak memiliki masalah yang harus diperhatikan. Industri video game telah tumbuh menjadi ‘ladang kreativitas’ yang besar dan lebih baik. Namun, bersamaan dengan itu pula, video game dijadikan mesin ATM bagi korporat untuk mendulang keuntungan sebanyak mungkin dari para konsumen.

Bagian terburuknya, uang berakhir menjadi fokus utama bagi mereka dan melupakan tugas mereka untuk membuat game yang seharusnya mereka buat. Disini IDN Times telah merangkum ulasan terkait 5 masalah besar yang industri video game tidak ingin perbaiki. Berikut ulasannya.

1. Microtransactions menghancurkan segalanya

usgamer.net

Microtransaction mungkin menjadi wajar dan bisa diterima jika penerapannya dilakukan kepada game-game berbasis free-to-play. Sayangnya, yang menjadi fakta umum saat ini adalah game-game dengan harga penuh mulai menyuntikkan microtransactions ‘tidak sehat’ sebagai bagian dari permainan mereka.

Salah satu contoh terburuk datang dari Star Wars Battlefront II yang langsung dihujani oleh caci makian terkait microtransactions busuk yang diterapkan didalamnya. Melalui kasus yang sempat menimpa Battlefront II ini, harusnya di masa depan, para publisher bisa lebih bijak dalam mengimplementasikan microtransaction kedalam game mereka.

Baca Juga: 7 Alasan Utama Kamu Betah Berjam-jam Main Video Game dengan Genre RPG

2. Always-online DRM di game single-player

gamerant.com

Always-online DRM pada dasarnya merupakan sistem keamanan dimana suatu game tidak dapat dimainkan jika tidak terkoneksi dengan internet. Ini menjadi sangat masuk akal jika yang menggunakannya merupakan game dengan fokus multiplayer saja. Akan tetapi, sistem ini rupanya perlahan-lahan mulai digunakan untuk game dengan fokus single-player seperti Metal Gear Survive.

Masalah terbesar dari always-online DRM adalah fakta bahwa suatu game seakan diberikan sebuah ‘timer’, yang mana jika server game tersebut padam maka pemain benar-benar tidak dapat memainkan game tersebut, tak peduli jika game tersebut sejatinya merupakan game single-player.

3. Menetapkan siklus rilis tahunan

windowscentral.com

Rilis tahunan selalu menjadi siklus yang difavoritkan oleh para publisher karena lewat siklus itulah, mereka bisa mendapatkan keuntungan yang luar biasa dari ‘usaha’ yang sedikit. Kenapa bisa demikian? game-game yang dirilis tahunan selalu dijual dengan harga penuh di tiap tahunnya, namun perbedaan konten yang ditawarkan begitu kecil jika dibandingkan dengan game di tahun sebelumnya.

Menjual franchise seperti ini berpotensi menghasilkan stagnansi yang berlebihan sehingga menciptakan suatu kejenuhan bagi para konsumen. Jika publisher tidak ingin kehilangan penggemar mereka, mungkin memberikan jeda di siklus perilisan franchise mereka menjadi solusi terbaik.

4. Game Remastered sebenarnya tidak perlu

wccftech.com

Tak peduli sebagus apapun konten, gameplay atau cerita yang ditawarkan, video game pada dasarnya tidak benar-benar memerlukan versi remastered, terutama jika perbedaan yang diberikan sangatlah minimal. Alasan kenapa developer gemar melakukan hal ini adalah fakta bawha biaya yang harus dikeluarkan untuk produksinya, tidak terlalu besar.

Selain itu, tidak ada kerugian yang bisa mereka dapatkan, jikalau pada akhirnya remastered yang dibuat berakhir sepi pembeli. Pada akhirnya, remastered menjadi mesin fotokopi keuntungan bagi para publisher diluar sana, sekaligus menampilkan gambaran bahwa kreativitas yang mereka miliki, perlahan mulai berkurang.

Baca Juga: Punya Potensi Besar, 6 Video Game Ini Malah Gagal Bersinar di 2018

Verified Writer

Arif Gunawan

Noob Tech Writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya