[REVIEW] Ghostwire: Tokyo—Kisah Supernatural dengan Mekanisme Hibrida

Berinteraksi dengan roh dan hantu tidak selamanya menakutkan

Apa yang akan kamu bayangkan mengenai hantu atau roh versi Jepang? Apakah macam sosok Kayako di serial Ju-On? Atau mungkin Sadako dalam karya The Ring yang terkenal itu? Well, untungnya, dalam game Ghostwire: Tokyo, kita akan mengerti bahwa konsep hantu di Jepang itu tak melulu digambarkan sebagai sosok layaknya dalam film.

Ya, setelah lama ditunggu, akhirnya game ini resmi dirilis di Steam hari ini dengan harga Rp494.900. Sebetulnya, untuk versi PS5-nya, pihak Bethesda Softworks sudah menjualnya di PS Store sejak 24 Maret 2022 kemarin. Namun, versi PC rupanya dirilis lebih lambat 1 hari ketimbang versi konsolnya.

Nah, bagaimana kesan dan ulasan penulis terhadap game ini? Mampukah ia mendapatkan skor sempurna? Yuk, simak review singkat dari game Ghostwire: Tokyo di bawah ini.

1. Plot dan kisah supernatural yang tak begitu dalam

[REVIEW] Ghostwire: Tokyo—Kisah Supernatural dengan Mekanisme HibridaPlot yang dihadirkan dalam game Ghostwire: Tokyo tidak begitu dalam. (dok. Tango Gameworks/Ghostwire: Tokyo)

Di sini, kamu akan berperan sebagai Akito Izuki, orang biasa yang kebetulan tengah berada di Distrik Shibuya untuk menjenguk adiknya yang tengah dirawat di rumah sakit. Sayangnya, Akito harus meninggal dunia karena mobil yang ia tumpangi mengalami kecelakaan fatal. Alih-alih menuju ke dunia lain, Akito malah harus menjalani hari-harinya di dunia nyata.

Yup, dengan bantuan beberapa mantra atau roh, Akito bisa dibangkitkan kembali dari kematian. Sebetulnya, penulis sudah merasakan bahwa plot atau kisah supernatural yang akan disampaikan dalam game ini bakal bersifat repetitif. Benar saja, alih-alih mengedepankan elemen supernatural yang padat dan menyeramkan, Ghostwire: Tokyo justru berjalan linier dengan kisah aksi yang begitu kental.

Penulis pun seolah merasa déjà vu dengan game horor berjudul Resident Evil 6. Pasalnya, elemen-elemen horor yang seharusnya bisa dituangkan dengan maksimal malah terasa kabur karena aksi-aksi memukau dari semua karakternya. Nah, dalam game ini juga demikian. Kita bisa melakukan aksi-aksi yang mengasyikkan dalam berburu hantu di Jepang.

Bahkan, ada beberapa gerakan bela diri karate di sini. Ya, itu sebabnya penulis menyatakan bahwa game ini merupakan hibrida alias gabungan antara aksi bela diri dengan ilmu sihir—atau apa saja yang berkaitan dengan roh. Kembali ke plot utama, seisi kota dipenuhi dengan kabut misterius yang sebetulnya juga tak terjadi secara alami. Jelas ada sosok misterius di balik kejadian aneh ini.

Kekuatan sihir yang dapat kita kendalikan di sini dinamakan Ethereal Weaving. Kemampuan ini merupakan pemberian dari sosok yang bernama KK, karakter berupa bayangan dan dapat memasuki tubuh Akito. Oke, sudah mengerti garis besar plot dan latar ceritanya, bukan? Pada intinya, hubungan spiritual antara Akito dan KK menjadi benang merah dalam game ini.

Saat KK ingin membalas dendam pada sang penjahat utama, di lain sisi, Akito gak punya urusan dengan semua hantu di dunia nyata. Akito sendiri hanya ingin menyelamatkan adiknya yang kebetulan diculik oleh antagonis utama dengan topeng cukup mengerikan. Selama penulis memainkannya, sebagian besar narasi cerita memang hanya menitikberatkan pada kisah Akito dan KK saja.

Jadi, jika kamu mengharapkan game ini layaknya Silent Hill atapun The Evil Within, mungkin ada baiknya tidak berekspektasi berlebihan. Meskipun ada beberapa kisah yang menggugah pemain, tetap saja semua narasinya agak terkesan membosankan di mata penulis. Apa ada plot twist dalam game ini? Siapa dan apa rencana jahat sesungguhnya dari antagonis utama? Jika penasaran, kamu bisa membelinya di Steam atau PlayStation Store.

2. Mekanisme permainan yang mudah diadaptasi

[REVIEW] Ghostwire: Tokyo—Kisah Supernatural dengan Mekanisme HibridaGhostwire: Tokyo punya gameplay cukup seru dan mudah dimainkan. (dok. Tango Gameworks/Ghostwire: Tokyo)

Di atas, penulis menyatakan bahwa berinteraksi dengan roh atau hantu tak selamanya menakutkan. Ada alasan kuat kenapa penulis menyatakan hal ini. Pertama, sistem hibrida yang disuntikkan oleh Tango Gameworks sudah terasa cukup seru untuk dijalankan. Kamu akan berburu dan berinteraksi dengan banyak hantu menggunakan ilmu sihir dan keahlian bela diri konvensional.

Kedua, Ghostwire: Tokyo memiliki mekanisme permainan yang sangat mudah diadaptasi bagi siapa saja. Tak peduli apakah kamu benar-benar veteran dalam dunia game atau tidak, memainkan game ini tetap akan terasa ringan dan mengasyikkan. Masih ada beberapa kesulitan tertentu di dalamnya. Namun, secara umum, ia masih hadir dalam tingkatan yang masuk akal bagi gamer mana pun.

Mungkin kedua alasan tersebut yang membuat game ini justru unggul dalam hal gameplay ketimbang cerita utamanya. Untuk kekuatan sihir, misalnya, kita akan ditugaskan mengucapkan mantra dan gerakan kombinasi dari tangan. Ya, tentunya kamu tahu sosok penting dalam dunia Marvel yang memiliki kekuatan sihir, bukan? Akito di sini mirip seperti sosok tersebut dan penulis tidak tahu apakah hal ini disengaja atau tidak.

Kalau kalian cukup familier dengan mekanisme FPS, menjalankan game ini gak akan membuat pusing. Karya yang diarahkan oleh Kenji Kimura ini merupakan game aksi dengan sudut pandang orang pertama sehingga elemen aksi bisa dilakukan lebih maksimal dan luas sesuai bentang layar TV kita. Lalu, bagaimana dengan peningkatan kemampuan dari Akito?

Upgrade masih ditawarkan dalam game ini meskipun belum sekompleks RPG besar lainnya. Ada pohon skill yang masih bisa kita amati sebagai proses peningkatan kemampuan kita, seperti health, damage, dan speed. Sejauh yang penulis alami, peningkatan yang ada hanya berdampak tidak begitu maksimal terhadap keseluruhan kemampuan dari sihir Akito.

Ada juga variasi dari beberapa serangan yang cukup mematikan. Namun, kombinasi gerakan dan jurus yang ditampilkan sepertinya masih terlihat monoton dan itu-itu saja. Musuh-musuh yang hadir juga sepertinya sangat linier sekali, seolah-olah memang sudah didesain seperti itu dari awalnya. Tak ada perubahan dalam variasi animasi atau pun gerakan khusus yang ditampilkan oleh lawan-lawan dari Akito.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Game Terbaik Maret 2022, Wajib Dimainkan!

3. Tampilan visual dan audio apik dengan sistem open world yang sempit

[REVIEW] Ghostwire: Tokyo—Kisah Supernatural dengan Mekanisme HibridaTampilan game Ghostwire: Tokyo sudah cukup bagus meskipun tidak luas. (dok. Tango Gameworks/Ghostwire: Tokyo)

Biasanya game sekelas AAA memang akan menyajikan tampilan open world yang luas dan masif. Namun, jika mengharapkan hal yang sama dengan Ghostwire: Tokyo, lagi-lagi ekspektasimu harap dijaga agar jangan terlalu tinggi. Pasalnya, game ini tidak akan menampilkan mekanisme dunia terbuka yang luas layaknya game-game sejenis.

Akan tetapi, dampak dari sempitnya map dalam game ini seolah dibayar lunas dengan kualitas grafik dari Distrik Shibuya yang konon sudah sesuai dengan aslinya. Detail dan ornamen lingkungan kota juga dibuat dengan baik dan penuh warna meskipun tetap ada unsur dark-nya. Uniknya, masing-masing zona di distrik ini akan membawa kita pada pengalaman visualisasi yang berbeda pula.

Tampilan yang segar dan apik ini tentunya wajib disesuaikan dengan spesifikasi PC milikmu. Menurut developer, RAM 16 GB, VGA setara GTX 1080, dan prosesor Core i7 kelas menengah adalah perangkat keras yang wajib ada untuk menjalankan game ini dengan mulus. Jangan lupakan juga ruang simpan sebanyak 25 GB untuk menampung file dari Ghostwire: Tokyo.

Bagaimana dengan audionya? Bagi penulis, suara dan audio yang ada di sini sudah terdengar bagus meskipun belum istimewa. Ada beberapa percakapan antara Akito dan KK yang terdengar agak kaku. Namun, pada saat aksi berburu hantu berlangsung, audio terdengar padat dan kaya akan suara. So, secara keseluruhan, ia sudah tampil ramai kendati tidak sampai pada taraf impresif.

4. Lakukan misi sampingan yang unik dan aneh

[REVIEW] Ghostwire: Tokyo—Kisah Supernatural dengan Mekanisme HibridaGhostwire: Tokyo punya segudang misi unik yang bisa kita mainkan. (dok. Tango Gameworks/Ghostwire: Tokyo)

Ketimbang terlalu fokus pada jalan cerita utama yang dangkal, penulis lebih menyukai melakukan berbagai misi sampingan yang terkesan unik dan aneh. Jumlah misi sampingan yang disuntikkan dalam game ini juga begitu banyak. Setidaknya, hal ini akan mengobati rasa jenuh kita terhadap plot utama.

Nah, salah satu misi sampingan di sini adalah berburu berbagai macam hantu langka. Yup, ada banyak sekali jenis hantu yang aneh di sini, mulai dari yang lucu, gak jelas, sampai hantu bertampang menyeramkan—meskipun tidak selalu menakutkan. Hal ini tak lepas dari desain hantu Jepang itu sendiri yang cukup unik dan beragam. Dalam game ini, mengincar Yokai adalah sebuah keasyikan tersendiri.

Yokai sendiri merupakan makhluk halus yang dipercaya dalam legenda atau mitos rakyat Jepang. kamu bisa menemukan Amewarashi (penunggu rumah biasa) sampai Kuchisake alias hantu buruk rupa yang penampakannya cukup mengerikan dengan bibir yang sobek. Selain berburu hantu, kita dapat menolong dan berinteraksi dengan NPC yang mungkin akan menawarkan pekerjaan sampingan.

Sayangnya, mekanisme permainan dalam setiap misi sampingannya terlalu mudah untuk dimainkan. Serangan beberapa roh atau hantu yang ada terkesan lemah, terutama hantu murid tanpa kepala. Hanya dengan beberapa mantra sihir, mereka dapat dengan mudah dihancurkan tanpa perlawanan berarti. So, kapan lagi bisa berburu hantu dengan cara yang mudah dan mengasyikkan? Itu hanya ada dalam game Ghostwire: Tokyo!

5. Seru dalam aksi, tapi tidak dengan kisah supernaturalnya

[REVIEW] Ghostwire: Tokyo—Kisah Supernatural dengan Mekanisme Hibridasosok antagonis dalam game Ghostwire: Tokyo (dok. Tango Gameworks/Ghostwire: Tokyo)

Aksi yang ditampilkan dalam game ini tergolong seru untuk dimainkan. Namun, bagi penulis yang mengedepankan plot dan juga narasi cerita berbobot, Ghostwire: Tokyo justru terasa kurang sentuhan akan ide. Beberapa kali penulis merasa bahwa cerita utama yang dihadirkan begitu repetitif—yang untungnya bisa diimbangi dengan misi sampingan unik dan aneh.

Meskipun tidak luas, developer sudah mampu membuat dunia dalam game ini terasa nyata layaknya dunia asli. Interaksi kita dengan lingkungan juga dibuat hidup dan penuh warna kendati tidak semuanya seperti itu. Kisah dan hubungan antara Akito dan KK menjadi benang merah yang sangat dominan dalam game ini. Lagi-lagi, hal tersebut bisa menimbulkan perasaan jenuh bagi pemain.

Nah, beruntung, misi sampingannya tidak begitu buruk. Mereka sudah hadir dengan cara yang unik dan mengasyikkan. Game ini pun bisa dinikmati oleh gamer pemula yang mungkin menginginkan mekanisme adaptif di setiap misinya. Menumpas dan berburu hantu di Distrik Shibuya lebih condong terasa mengasyikkan, alih-alih menyeramkan.

Skor 3,5/5 penulis berikan untuk Ghostwire: Tokyo. Game ini bisa kamu mainkan yang begitu mendambakan keseruan dalam hal aksi. Mantra sihir dengan kombinasi gerakan-gerakan lugas ala bela diri juga bakal meninggalkan kesan yang unik di benak pemain. So, sudah siapkah kalian untuk berburu hantu Jepang?

https://www.youtube.com/embed/wPTX1I2pKeA

Baca Juga: [REVIEW] ELDEN RING—Kisah Mitos yang Dieksekusi dengan Manis

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya