[REVIEW] Gotham Knights—Harapan Terakhir setelah Kematian Batman

Apa cukup layak untuk dikoleksi?

Warner Bros. kembali merilis game besar buatan WB Games Montreal pada 22 Oktober 2022 berjudul Gotham Knights. Ya, serial ini menjadi salah satu karya Warner Bros. yang berhubungan langsung dengan semesta Batman. Namun, jangan harap di sini bercerita tentang petualangan Batman dalam menghajar musuh-musuhnya.

Game ini juga sempat menjadi salah satu karya WB Games Montreal yang paling diantisipasi sejak Batman: Arkham Knight yang sudah dirilis pada 2015 lalu. Well, bagi salah satu gamer yang mengikuti kisah Bruce Wayne sejak Batman: Arkham Asylum, tentu penulis pun juga menunggu dan sangat penasaran bagaimana game ini secara keseluruhan.

Nah, sebelum membeli dan memainkannya, kamu wajib simak ulasan atau review Gotham Knights ini. Bagaimana kisahnya? Apa yang membedakan dengan semesta Batman lainnya? Yuk, dibaca!

1. Warisan Batman yang begitu berat untuk dijalankan

[REVIEW] Gotham Knights—Harapan Terakhir setelah Kematian BatmanKota Gotham dalam game Gotham Knights masih sama kelamnya. (dok. Warner Bros./Gotham Knights)

Menurutmu, jika Bruce Wayne meninggal dunia, apa warisan terberat yang wajib dijalankan oleh orang-orang di sekitarnya? Yup, wasiat itu adalah Kota Gotham yang masih dipenuhi oleh penjahat kelas kakap yang membuatnya menjadi salah satu kota paling buruk di dunia DC. Sayangnya, hal itu juga yang dipaparkan dalam game ini.

Dikisahkan bahwa Batman telah tewas saat ia bertarung dengan Ra's al Ghul yang menghancurkan Batcave (markas Batman). Kematian Batman atau Bruce Wayne jelas menjadi antiklimaks tersendiri dalam semesta DC apa pun bentuknya, mulai dari komik, anime, maupun permainan videonya.

Nah, sampai di sini, kamu mungkin bertanya-tanya, siapa yang bakal meneruskan perjuangan Batman yang berat itu? Jawabannya ada dalam game ini, yakni Robin, Nightwing, Batgirl, dan Red Hood. Empat pejuang tersebut adalah karakter yang selama ini menjadi pendamping dari Batman yang tentunya tidak sehebat Batman.

Oh, ya, James Gordon yang selama ini hadir sebagai detektif dan polisi antikorup di Gotham juga dikisahkan sudah meninggal. Jadi, kamu bisa bayangkan betapa kacaunya Kota Gotham saat Bruce Wayne dan James Gordon tidak ada lagi untuk memberantas kejahatan di sana. Ya, Gotham tetaplah kota suram yang entah kenapa masih ada manusia yang rela tinggal di sana.

Sebetulnya, plot dan narasi yang disuntikkan oleh developer kali ini agak terkesan dipaksakan, setidaknya di mata penulis. Pertama, Batman sudah tiada saat tugasnya belum selesai sama sekali. Kedua, narasi kematian superhero macam ini bisa membuat kisah yang blunder dan mungkin dibenci oleh penggemar. Lalu, belum lagi jika kita betul-betul membandingkannya dengan serial Arkham yang pernah sukses sebelumnya.

Oke, memang Gotham Knights tidak ada hubungannya sama sekali dengan game terdahulunya. Kita tahu bahwa Batman: Arkham Asylum, Batman: Arkham City, Batman: Arkham Origins, dan Batman: Arkham Knight adalah paket waralaba sukses yang murni menceritakan tentang petualangan Bruce Wayne ketika menjadi manusia kelelawar.

Akan tetapi, Gotham Knights seolah diatur dan dibuat dalam kapasitas cerita Batman utuh layaknya serial Arkham sebelumnya. Artinya, game ini adalah permainan tentang Batman, tapi tanpa Batman di dalamnya. Belum lagi kedalaman cerita yang dibuat secara dangkal dan tidak detail, ini membuat kita bertanya-tanya dari manakah datangnya keempat kesatria baru ini?

Kalau bagi penggemar Batman, sih, pasti tahu secara detail siapa itu Robin, Nightwing, Batgirl, dan Red Hood. Namun, bagi pemain baru dalam semesta Batman, jelas akan kesulitan mencerna apa yang akan developer sampaikan dalam Gotham Knights. Nah, salah satu yang cukup mengganjal justru ada pada akhir cerita yang malah membuat game ini masuk ke persimpangan antara plot twist baru dan pengulangan premis antiklimaks.

2. Mekanisme permainan tidak solid

[REVIEW] Gotham Knights—Harapan Terakhir setelah Kematian BatmanRed Hood atau Jason Todd adalah karakter yang paling penulis sukai untuk dimainkan pada game Gotham Knights (dok. Warner Bros./Gotham Knights)

Di antara keempat karakter yang ada, penulis lebih suka memainkan Red Hood karena kekuatan dan kemampuannya di atas kesatria lainnya. Meskipun Jason Todd di sini digambarkan cukup berbeda dengan versi komiknya, memainkan Red Hood tetap terasa mengasyikkan karena ia tidak bertele-tele dan langsung menghabisi musuh-musuhnya.

Akan tetapi, pada dasarnya, memainkan empat karakter dalam Gotham Knights tetaplah memiliki benang merah dan ending yang sama. Tak peduli apakah kamu memainkan Robin, Nightwing, Batgirl, atau Red Hood, semuanya sama saja, kecuali beberapa gerakan pertarungan yang memang dibuat sedikit berbeda.

Robin, contohnya, dengan aksi stealth dan pertarungan jarak dekat menggunakan tongkat, itu tidak lebih mengasyikkan jika dibandingkan dengan Batgirl yang punya kemampuan satu lawan satu. Begitu juga dengan Nightwing dan Red Hood, keduanya memiliki gerakan dan kombo yang jelas berbeda, tapi hanya memunculkan aura gameplay yang sama.

Kamu akan merasakan ketika game ini sudah dimainkan selama lebih dari 10 jam. Semuanya terasa repetitif dan jauh dari game Batman yang seharusnya. Pertarungan yang selalu menampilkan gerakan-gerakan kaku juga sering ada di sini. Jika di serial Arkham, gamer dapat menghindari serangan lawan dengan begitu luwesnya. Cara ini tidak ditemukan di sini.

Alih-alih bisa bergerak akrobatik dengan gaya bela diri yang tangguh layaknya Bruce Wayne, keempat kesatria muda ini malah lebih suka menjadi bantalan empuk bagi pukulan lawan. Desain dan gaya pertarungan juga dibuat kurang memukau dan lebih menonjolkan sisi grafik ketimbang gameplay-nya.

Map atau peta kota di dalam game ini juga cukup luas, tapi tidak bisa dikembangkan sebagai wilayah yang interaktif. Untungnya, mekanisme open world yang disertakan oleh WB Games Montreal sudah cukup lugas sejak awal dimainkan. Namun, tetap saja, Gotham Knights jelas sangat berbeda dengan Batman: Arkham Knight.

Bagi penulis yang sudah mengikuti kisah Batman pada seri-seri sebelumnya, opsi stealth atau bertarung dengan sembunyi-sembunyi dalam Gotham Knights masih dirasa sangat kurang. Pasalnya, zona untuk dijadikan tempat bersembunyi memang tidak sebanyak di serial Arkham. Itu sebabnya, menggunakan Red Hood lebih cocok ketika kamu terpaksa mengaplikasikan gaya pertarungan frontal.

Jadi, harus diakui bahwa mekanisme gameplay yang dihadirkan oleh developer masih jauh dari kata solid. Entah mau dibawa ke arah mana gaya pertarungan dan desain lingkungan Kota Gotham dalam game ini. Yang jelas, jika berharap bahwa game ini sanggup mengimplementasikan semua hal yang ada dalam serial Arkham, sebaiknya turunkan lagi ekspektasimu itu.

Baca Juga: [REVIEW] A Plague Tale: Requiem—Lebih Matang dan Penuh Adegan Brutal

3. Musuh-musuh dengan AI cukup lemah

[REVIEW] Gotham Knights—Harapan Terakhir setelah Kematian BatmanMenjatuhkan musuh dalam game Gotham Knights cukup mudah. (dok. Warner Bros./Gotham Knights)

Setelah kematian Batman, kelompok kriminal dari perkumpulan kuno mulai menancapkan kekuasaannya di Gotham. Court of Owls adalah salah satu kelompok kriminal terbesar dan sudah ada sejak zaman kuno yang ingin menguasai Kota Gotham seutuhnya. Sayangnya, perkumpulan kriminal yang seharusnya hebat ini malah dipenuhi dengan AI lemah.

Harapan penulis sebelumnya, sih, perkumpulan kriminal rahasia ini bisa cukup tangguh dan memberi perlawanan mematikan bagi kesatria Gotham yang memiliki skill gak seberapa. Namun, apa yang terjadi? Hampir semua pasukan dan sosok kriminal dalam game ini bisa dengan mudah dirobohkan menggunakan sedikit jurus dan kemampuan gadget kita.

Pertanyaannya, itu kumpulan kriminal rahasia ngapain aja selama ratusan tahun? Skill lemah, AI lemot, kekuasaan gak menakutkan, dan pengaruhnya di Kota Gotham yang juga gak kuat sama sekali. Jadi, bisa dibayangkan, melawan musuh-musuh dalam Gotham Knights akan terlalu mudah bagi gamer yang pernah menamatkan serial Arkham sebelumnya.

Ditambah lagi, seperti diuraikan di atas, mekanisme gameplay yang ada dalam game ini masih terasa agak kaku dan repetitif. Oh, ya, sebagai game RPG yang seharusnya kental dengan kisah yang kompleks, Gotham Knights justru lebih banyak berkutat pada aksi penyelidikan pada dua atau tiga karakter antagonis untuk melanjutkan plot cerita utama yang ada.

Misalnya, kita akan ditugaskan untuk menyelidiki berbagai kelompok kriminal yang dipimpin oleh Mr. Freeze dan Harley Queen hanya untuk mengumpulkan petunjuk. Sayangnya, metode yang diterapkan pun juga terasa sangat linier dan repetitif. Jadi, bagi penulis, game ini masih jauh dari RPG yang seharusnya punya untaian jalan cerita kompleks dan dalam.

Kalau hanya mencari pertarungan ringan untuk menghabiskan waktu di akhir pekan, game ini masih bisa diandalkan. Namun, jika kamu suka dengan narasi RPG yang berat dan kompleks, sebaiknya tidak perlu memainkan Gotham Knights. Sekali lagi, game ini sangat dominan pada kisah aksinya ketimbang RPG yang seharusnya bernarasi brilian.

Satu lagi, kalau suka dengan multiplayer, kamu bisa melakukannya dalam game ini. Hal itu mungkin yang akan jadi salah satu kelebihannya. Memberantas dan menghajar para kriminal di Kota Gotham akan lebih mengasyikkan jika dilakukan bersama teman-teman selama koneksi internetmu lancar.

4. Grafik dan audionya cukup bagus, tapi ada batu sandungannya

[REVIEW] Gotham Knights—Harapan Terakhir setelah Kematian BatmanGotham Knights memiliki kualitas grafik dan audio yang bagus, tapi tetap dirasa gak maksimal. (dok. Warner Bros./Gotham Knights)

Karena dirilis untuk konsol PS5, Xbox Series X, dan Microsoft Windows (PC), Gotham Knights memang sudah selayaknya memiliki tampilan yang mewah dan memanjakan mata. Sayangnya, ada begitu banyak bug dan eror yang terjadi berkenaan dengan tampilan visualnya. Bahkan, hal ini akan memengaruhi angka fps secara signifikan.

Memainkannya di spesifikasi PC yang lebih dari cukup, penulis merasa bahwa pergerakan karakter dalam game ini kurang halus. Setelah diselidiki, tampilan angka fps tidak pernah stabil pada 60 fps. Jangankan pada 60 fps, untuk bertahan antara 40 sampai 50 fps saja masih dirasa sulit dan sering ambruk ke 30 fps.

Memang, sih, 30 fps bukanlah angka yang buruk. Namun, untuk sekelas game PS5 dan Xbox Series X, game ini jelas akan kalah telak manakala disandingkan dengan banyak game modern lainnya. Tak usah jauh-jauh membandingkannya dengan Marvel's Spider-Man Remastered atau Horizon Forbidden West yang sukses menampilkan grafik memukau, disandingkan dengan Batman: Arkham Knight saja jelas masih cukup jauh.

Jika menggunakan PC, spesifikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan Gotham Knights adalah RAM 16 GB, VGA setara RTX 3060 atau di atasnya, dan prosesor Intel Core i7-10700. Namun, perlu diingat, game ini mungkin masih berisi banyak bug mengganggu yang akan membuat tampilannya tidak stabil. Kita lihat saja bagaimana perbaikan yang bakal dilakukan oleh developer ke depannya.

Bagaimana dengan audionya? Di telinga penulis, suara dan audio di game ini sudah terdengar cukup bagus dan gak berlebihan. Hanya saja, ia kurang maksimal direpresentasikan sebagai game modern. Beberapa kali penulis juga mendengarkan audio yang lemah dan percakapan yang terlalu datar.

Untuk mengatasinya, sih, gunakan saja headset yang berkualitas baik. Bisa dikatakan Gotham Knights memiliki audio yang bergaya khas DC banget dan bisa membangkitkan suasana intens mengenai kisah superhero tersebut. Namun, sekali lagi, jangan lambungkan ekspektasimu setinggi mungkin, ya.

5. Masih terlalu lemah untuk berdiri di atas platform besar

[REVIEW] Gotham Knights—Harapan Terakhir setelah Kematian BatmanGotham Knights masih terlalu lemah untuk menjadi game yang megah dan eksploratif. (dok. Warner Bros./Gotham Knights)

Steam menjual game Gotham Knights seharga Rp700 ribuan untuk versi standar dan Rp999 ribu untuk paket Deluxe Edition. Bagi penulis, harganya masih cukup mahal mengingat ia tidak dinilai mampu berdiri megah di atas platform besar. Ya, seharusnya, game PC berspesifikasi tinggi yang juga dirilis di PS5 dan Xbox Series X wajib hadir dengan narasi yang lebih baik.

Sayangnya, di sini, narasi dan keseluruhan plot cerita yang dihadirkan malah tampak terlalu simpel dan jauh dari kesan RPG sesungguhnya. Belum lagi kalau kita menjalankan aksi pertarungannya yang cukup kaku dan kacau, mau gak mau kita tidak akan menyamakan game ini dengan serial Arkham sebelumnya meski memang bukan.

Kota Gotham yang digambarkan sebetulnya sudah cukup baik, tapi rupanya banyak hal repetitif di dalamnya. Tidak banyak yang bisa kita lakukan di kota sebesar itu. Kembali lagi, gamer hanya dihadapkan pada kisah baku hantam yang sayangnya juga tidak dieksekusi dengan baik oleh pengembang.

Grafik yang seharusnya menjadi andalan juga berujung pada bug dan penurunan performa. Sebetulnya, bermain pada angka 30 fps atau sedikit di atasnya bukanlah hal buruk. Namun, pengalaman gaming macam ini tentu tidak dijadikan tujuan bagi gamer pemilik PS5, Xbox Series X, dan PC berspesifikasi tinggi. Untungnya, masih ada audio yang cukup bagus untuk didengarkan.

So, bagaimana, nih, kesimpulannya? Skor 2,5/5 penulis berikan untuk game aksi RPG berjudul Gotham Knights ini. Penilaian ini mungkin bisa berbeda dengan selera gamer lainnya. Namun, sebagai penggemar game Batman di serial Arkham, penulis masih merasa bahwa Gotham Knights terlalu banyak kelemahan. Nah, semoga ulasan atau review Gotham Knights kali ini bisa kamu jadikan masukan sebelum memainkannya, ya.

https://www.youtube.com/embed/fxAWEgLzbic

Baca Juga: Apa Itu Game AAA? Simak 5 Klasifikasi Game yang Wajib Kamu Tahu

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya