[REVIEW] Into the Pit—Begitu Mudah dan Mengasyikkan

Merasakan memberondong musuh dengan peluru sihir

Ada sebuah game murah di Steam yang dijual seharga Rp95.999 dan baru saja dirilis pada 19 Oktober 2021 lalu. Yup, game tersebut berjudul Into the Pit garapan Nullpointer Games dan dijual di bawah distributor Humble Games. Game ini merupakan karya indie yang diperuntukkan bagi pengguna Windows (PC) dan konsol Xbox One.

Apakah Into the Pit sanggup mengangkat nama developer ke atas panggung persaingan dalam dunia game? Sebaiknya kamu simak review Into the Pit dari penulis untuk game dengan mekanisme atraktif ini.

1. Kisah pemburu sihir dalam menghadapi portal iblis

[REVIEW] Into the Pit—Begitu Mudah dan MengasyikkanPemain memburu kekuatan sihir dalam Into the Pit. (dok. Nullpointer Games/Into the Pit)

Plot yang mengangkat kisah tentang sihir dan dunia mistis mungkin masih begitu digandrungi oleh banyak gamer di dunia. Setidaknya, ada begitu banyak elemen sihir yang dihadirkan dalam game berbasis RPG dan hack and slash. Kisah yang ditampilkan dalam Into the Pit juga demikian. Ia sejalan dengan kisah-kisah pemburu iblis lainnya.

Di sini, kamu akan bertugas sebagai pemburu sihir yang memiliki kekuatan mistis karena memang karaktermu merupakan keturunan dari keluarga yang berprofesi sebagai pemburu tukang sihir. Pada suatu waktu, kamu mendengar mengenai desas-desus adanya portal iblis yang menyebabkan banyak wilayah mengalami kegelapan.

Tak sampai di situ, karakter kita dan sepupunya yang bernama Luridia ditugaskan untuk menyelidiki sebuah desa yang diduga dikuasai oleh kekuatan sihir jahat. Nah, dari sini, petualanganmu akan dimulai secara intens. Pemain dituntut untuk menyelidiki sekaligus mengatasi kekuatan jahat yang entah dari mana datangnya.

2. Mekanisme permainan yang cukup mudah

[REVIEW] Into the Pit—Begitu Mudah dan MengasyikkanPemain menembaki musuh dengan sihir dalam Into the Pit. (dok. Nullpointer Games/Into the Pit)

Bisa dikatakan bahwa Into the Pit termasuk ke dalam game berjenis first-person shooter (FPS) yang dikombinasikan dengan roguelike, yakni mekanisme permainan yang menyuntikkan unsur kematian permanen pada karakter. Yup, jika karaktermu tewas di tengah jalan, kamu akan mengulangnya dari awal atau melalui checkpoint yang jaraknya cukup jauh.

Apakah mekanisme seperti ini bisa membuat frustrasi layaknya serial game berjudul Dark Souls? Sayangnya, game ini bisa dijalankan dengan begitu mudah dan nyaris tanpa tantangan sama sekali. AI musuh tampak begitu noob dan kekuatannya terlihat sangat tidak seimbang dengan karakter utama. Kamu bisa dengan asyik memberondong musuh-musuhmu dengan kekuatan mistis yang kamu miliki.

Lalu, poin selanjutnya adalah mekanisme permainan yang cukup repetitif. Artinya, selain konsep yang selalu berulang, pemain dapat menamatkan game ini dengan waktu yang cukup pendek. Selain itu, variasi serangannya pun kurang beragam. Baik itu serangan dari karakter maupun musuh, semuanya terlihat sangat sederhana dan sulit menemukan di mana letak variasinya.

Bagaimana dengan kemampuan bosnya? Sepertinya penulis merasakan hal yang sama mudahnya. Dengan beberapa kali serangan taktis, karakter bos akan kebingungan dan itu kesempatan kita untuk merobohkannya. Pada intinya, bertualang dalam dunia Into the Pit dirasa mudah dan mengasyikkan meskipun ada perasaan jenuh di sana.

Baca Juga: [REVIEW] Far Cry 6—Memikat, tapi Minim Inovasi

3. Tampilan visual masih terlihat kaku

[REVIEW] Into the Pit—Begitu Mudah dan MengasyikkanInto the Pit punya tampilan visual bergaya retro. (dok. Nullpointer Games/Into the Pit)

Jelas bahwa Into the Pit menampilkan gaya visual retro yang terkesan kotak-kotak. Namun, terlepas dari itu, penulis masih merasakan bahwa kualitas grafisnya cukup kaku. Hampir semua bangunan dan objek yang ada digambarkan secara nyaris sama. Dunia bawah tanah juga tidak bisa direpresentasikan dengan cukup baik, alih-alih tampil menyeramkan.

Namun, kabar baiknya, developer menyertakan begitu banyak warna atraktif pada saat sistem pertarungan berlangsung. Kamu akan melihat bagaimana cahaya peluru bisa dilontarkan dengan warna yang begitu pekat. Jadi, game ini sepertinya memang fokus dalam aksi menembak musuh dengan lontaran peluru cahaya yang begitu masif.

4. Gaya audio yang terkesan FPS banget

[REVIEW] Into the Pit—Begitu Mudah dan MengasyikkanInto the Pit menawarkan gaya audio yang unik. (dok. Nullpointer Games/Into the Pit)

Into the Pit hadir dengan gaya audio yang unik dan terkesan FPS banget. Di saat menembak musuh-musuhmu, suara justru akan terdengar layaknya kamu menembak dengan senapan mesin. Tak jauh berbeda dengan game FPS yang memakai senjata modern, tembakan sihir dalam game ini juga digambarkan demikian.

Musiknya mengombinasikan unsur horor dan retro yang cukup kental. Di saat kita memasuki sebuah zona tertentu yang misterius, musik akan mengalun cukup creepy. Nah, begitu kita menghadapi gerombolan iblis, musik akan dengan cepat beralih ke mode retro yang cukup konsisten. Memainkan Into the Pit akan membawa kita pada alunan audio yang bercabang dan bersifat dualisme.

5. Membawa konsep kreatif yang kurang dimaksimalkan

[REVIEW] Into the Pit—Begitu Mudah dan MengasyikkanBangunan tua dalam Into the Pit tidak tampak menyeramkan. (dok. Nullpointer Games/Into the Pit)

Sebetulnya game ini sudah hadir dengan konsep yang unik sekaligus kreatif. Penulis suka dengan ide cerita mengenai portal iblis, kekuatan sihir, dan gaya karakter yang bisa melontarkan begitu banyak peluru mistis dari kedua tangannya. Akan tetapi, ada banyak kekurangan yang penulis rasakan saat memainkan Into the Pit selama beberapa jam.

Pertama, plot utama tidak mampu dikembangkan secara mendalam oleh developer. Kedua, AI musuh yang begitu bodoh dan sangat mudah untuk dikalahkan meskipun hanya menggunakan serangan kecil. Lalu, ketiga, minimnya variasi gerakan atau serangan dari semua karakter dalam game ini, termasuk musuh-musuh kita. Terakhir, kualitas visual dan audio yang terkesan tanggung untuk dinikmati.

Jadi, bagaimana kesimpulannya? Well, penulis memberikan skor 3/5 untuk Into the Pit. Bisa dikatakan bahwa dengan begitu banyaknya kekurangan, game ini masih tampil lumayan karena mekanisme memberondong iblis yang dinilai mengasyikkan. Nah, dengan harganya yang cukup murah, rasanya game ini masih layak untuk dibeli dan dimainkan di akhir pekan.

https://www.youtube.com/embed/VL33PBQz9aw

Baca Juga: [REVIEW] Aragami 2—Tidak Sebaik yang Dibayangkan

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya