[REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu Roh

Mirip seperti film-film buatan Disney

Barangkali 21 September 2021 lalu merupakan waktu yang ditunggu-tunggu bagi gamer penggemar kisah fantasi layaknya film-film Disney. Pasalnya, ada sebuah judul game keren yang dirilis oleh Ember Lab untuk platform Windows (PC), PS4, dan PS5. Karya berjudul Kena: Bridge of Spirits tersebut memang cukup lama mendapatkan perhatian dari gamer di dunia, baik itu PC maupun konsol.

Yup, tentu saja penulis pun sangat penasaran dengan game fantasi ini. Sang developer sendiri masih tampak hijau. Boleh dikatakan bahwa hanya karya Kena: Bridge of Spirits inilah yang paling diantisipasi oleh gamer di seluruh dunia. Bahkan, game ini juga sempat mengalami beberapa kali penundaan yang membuat banyak orang ragu akan eksistensi dan kualitasnya.

Well, seperti apa game ini di mata penulis? Apakah penantian sekian lama mampu dibayar lunas dengan ekspektasi tinggi? Yuk, simak saja review Kena: Bridge of Spirits berikut ini.

1. Memahami rumitnya kehidupan di dunia roh

[REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu RohKarakter utama dalam Kena: Bridge of Spirits bernama Kena. (dok. Ember Lab/Kena: Bridge of Spirits)

Ada banyak game petualangan dan RPG yang memasukkan cerita utama tentang dunia roh atau orang yang sudah meninggal. Akan tetapi, Kena: Bridge of Spirits ada pada level yang berbeda. Ya, game ini memang betul-betul memusatkan hubungan antara roh orang meninggal dengan dunia nyata dan kita diwajibkan menjadi jembatan atau penghubungnya. Kamu akan dituntut untuk memahami dunia roh, di samping duniamu sendiri.

Kena adalah seorang pemandu roh yang masih muda. Dalam perjalanannya mencari Kuil Gunung Suci (Mountain Shrine), ia mampir di suatu desa yang aneh dan juga dalam kondisi menyedihkan. Rupanya, keadaan menyedihkan dari desa tersebut berhubungan dengan kondisi roh dari orang-orang yang masih terikat dengan tugasnya di dunia nyata. Nah, uniknya, keterikatan mereka juga berkaitan dengan Kuil Gunung Suci yang kita cari selama ini.

Jika memainkannya secara langsung, kamu akan segera paham bahwa Kena: Bridge of Spirits bukanlah game dengan cerita yang simpel. Sebaliknya, ia hadir dengan segudang pengetahuan mengenai roh dan kaitannya dengan dunia nyata. Hal macam itulah yang wajib kita pelajari, pahami, dan kuasai karena esensi dari game ini adalah menugaskan kita sebagai pemandu roh.

Sebagai pemandu atau penolong roh, kita tentu akan bertugas untuk mengembalikan mereka ke alam yang seharusnya. Namun, semua usaha kita bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Ada begitu banyak rintangan, halangan, bahkan entitas jahat yang harus kita hadapi. Secara umum, memainkan Kena: Bridge of Spirits terasa cukup menantang dengan kesulitan di atas rata-rata.

Mampukah Kena menyelesaikan semua tugasnya? Jawaban apa saja yang bakal kita dapatkan di Kuil Gunung Suci? Well, semuanya akan terjawab jika kamu memainkan dan menamatkan game ini. Sekali lagi, tingkat kesulitan dalam game ini bisa dianggap berada di atas rata-rata. Memang tidak sesulit Demon's Souls, tapi bagi penulis, tetap saja petualangan Kena meminta pengorbanan lebih dari komitmen kita.

2. Gameplay dengan sensasi menyenangkan sekaligus menantang

[REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu RohKena: Bridge of Spirits memiliki gameplay yang asyik sekaligus menantang. (dok. Ember Lab/Kena: Bridge of Spirits)

Kena: Bridge of Spirits merupakan aksi petualangan yang dimainkan dari sudut pandang orang ketiga. Dalam game ini, kita akan mengontrol Kena dan terlibat langsung dengan aksi, petualangan, pemecahan puzzle, dan pertempuran. Sebagai pemandu roh, kita juga dilengkapi dengan item penting, yakni busur yang bisa digunakan sebagai senjata ataupun memecahkan teka-teki.

Satu hal yang harus diperhatikan adalah kemampuan kita dalam berinteraksi dengan dunia roh dan dunia nyata secara bersamaan. Oh, ya, kamu juga akan ditugaskan untuk mengumpulkan berbagai macam roh kecil yang dinamakan Rot. Mereka bisa dijadikan bala bantuan di saat kamu membutuhkan sesuatu, seperti memindahkan objek dan mengalihkan konsentrasi musuh.

Banyak gamer beranggapan bahwa memainkan game ini di PS5 akan terasa lebih mengasyikkan. Bukan tanpa sebab, fitur DualSense dan Adaptive Trigger yang ada pada kontrol PS5 akan memaksimalkan sensasi seru di dunia yang sedang dijelajahi oleh Kena. Namun, bukan berarti kontrol di PC dinilai buruk. Bagi penulis, memainkannya di platform PC juga terasa menyenangkan sekaligus menantang.

Ember Lab tidak memasukkan unsur RPG secara intens di sini. Bahkan, bisa penulis katakan bahwa game ini memang murni berjalan dalam tema aksi petualangan yang lekat dengan daya juang sang protagonis. Meskipun ada tingkatan skill yang bisa diraih, jelas bahwa Kena: Bridge of Spirits tidak menitikberatkan permainan pada sistem role-playing. Meskipun begitu, memainkan game ini tidak semudah yang dibayangkan.

Entah itu puzzle atau battle, semuanya memiliki porsi yang sama sulitnya. Well, cobalah berpikiran logis pada saat memainkan game ini. Kesulitan-kesulitan yang bakal kamu hadapi sebetulnya bukanlah kesulitan tingkat dewa layaknya Dark Souls, Sekiro, ataupun Nioh 2. Kendati demikian, tetap saja mekanisme dalam game arahan Mike Grier ini tidak akan cocok buat kamu yang mudah menyerah.

Baca Juga: [REVIEW] Valheim—Bangun Kejayaan Epik di Dunia Viking

3. Di luar dugaan, visual tampil dengan kualitas kelas atas

[REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu RohKena: Bridge of Spirits tampil dengan grafis kelas atas. (dok. Ember Lab/Kena: Bridge of Spirits)

Ini berada di atas ekspektasi penulis. Ya, tampilan visual yang digarap oleh Ember Lab rupanya mampu bersaing dengan game AAA kelas atas. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan fakta bahwa developer cukup dipandang sebelah mata pada awalnya. Pergerakan Kena dan semua pemandangan yang ada dalam game ini bisa disajikan dengan luar biasa, setidaknya di mata penulis.

Dengan Unreal Engine 4, Kena: Bridge of Spirits mampu hadir dengan nuansa film-film animasi buatan Disney atau Pixar. Ini bukanlah anggapan lebai dari penulis, lho. Kamu bisa buktikan sendiri dengan memainkan game ini di layar 4K. Kamu pasti akan berdecak kagum manakala melihat keindahan desa atau hutan yang dipenuhi dengan roh-roh orang mati.

Satu hal yang penulis suka adalah cara developer dalam mengaplikasikan efek pencahayaan dan cuaca yang tampak nyata dan berkelas. Suasana misterius yang dimunculkan dalam dunia Kena juga sangat intens dan lekat dengan sihir. Namun, alih-alih terkesan mencekam, penulis justru merasakan permainan yang menantang dan mengasyikkan untuk diikuti.

4. Kualitas audio juga tampil luar biasa

[REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu RohKena: Bridge of Spirits menampilkan audio yang luar biasa. (dok. Ember Lab/Kena: Bridge of Spirits)

Klimaks dalam memainkan Kena: Bridge of Spirits justru akan dirasakan dari sisi audionya. Bagi penulis, audio dan semua suara yang ada dalam game ini terdengar legit dan jempolan. Yang paling menarik apalagi kalau bukan musik dari gamelan Bali yang terkenal. Ya, alunan musikal dalam game ini memang sangat kental dengan tema Asia dan Bali.

Bahkan, Sanggar Cudamani Bali dipilih oleh developer untuk menjadi salah satu pengisi OST dalam Kena: Bridge of Spirits. Bagaimana hasilnya? Mulai dari pengisi suara hingga sistem musikalnya, semuanya bekerja dengan sempurna dan nyaris tak ada celah bagi penulis untuk melancarkan kritik. Kalau boleh jujur, hanya ada segelintir game kelas atas yang memiliki kualitas audio sempurna di telinga penulis dan game ini menjadi salah satunya.

Jika menggunakan headset, kamu akan intens mendengar alunan musik berkombinasi gamelan Bali. Nyanyiannya pun merupakan kombinasi tema tradisional dan modern untuk menghidupkan kisah Kena di tengah dunia yang juga bersifat dualisme. Tak lupa, penulis juga memberikan apresiasi pada Dewa Ayu Dewi Larassanti sebagai pengisi suara dari Kena yang dapat menuntaskan tugasnya dengan sangat baik.

Segala hal yang berkaitan dengan audio dalam petualangan Kena membuktikan bahwa seniman asal negara kita pun sudah dipercaya di tingkat internasional. Nah, sebagai gamer Indonesia, tentunya kamu juga penasaran bagaimana kerennya kualitas audio yang disajikan dalam Kena: Bridge of Spirits ini, bukan?

5. Mampu melebihi ekspektasi

[REVIEW] Kena: Bridge of Spirits—Kisah Fantasi sang Pemandu RohKena: Bridge of Spirits mampu hadir di atas ekspektasi. (dok. Ember Lab/Kena: Bridge of Spirits)

Kena: Bridge of Spirits telah membuktikan bahwa developer yang terkesan "biasa-biasa" saja mampu menghasilkan karya yang luar biasa. Yup, game ini tampil dengan plot yang dalam, grafis visual ciamik, gameplay menantang, dan audio memukau. Semuanya menjadi kelebihan tersendiri dan memang sulit untuk menemukan kekurangannya.

Jika pun dipaksa untuk menemukan kekurangan dalam game ini, mungkin kisah yang terkesan antiklimaks dan mekanisme permainan yang cukup sulit jadi poin yang wajib diperhatikan. Jika karakter yang dimainkan tewas di tengah misi, kita akan mengulang dari checkpoint yang jaraknya cukup jauh dan melelahkan. Akan tetapi, bagi penulis pribadi, hal-hal seperti itu bukan mutlak menjadi kekurangan dalam sebuah game.

Kembali lagi, meskipun tampil dengan animasi yang terkesan imut, gameplay dalam game ini bukanlah mekanisme yang mudah untuk dimainkan. Sebaliknya, kalau tidak menyukai petualangan yang sulit dan menantang, ada baiknya kamu tidak memainkan game ini. So, skor sempurna 5/5 pantas penulis berikan kepada Kena: Bridge of Spirits. Jika penasaran dengan keindahan dunia Kena, segera mainkan saja game ini sampai tamat.

Baca Juga: [REVIEW] Far Cry 6—Memikat, tapi Minim Inovasi

https://www.youtube.com/embed/-vZkt4fCkOc
Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya