[REVIEW] Senua’s Saga: Hellblade II—Kembalinya sang Pembunuh Raksasa

Meski antiklimaks, ia punya narasi yang lebih dalam dan luas

Intinya Sih...

  • Gameplay masih terasa solid meski ada beberapa bagian yang membuat kita frustrasi.
  • Tampilan grafik Unreal Engine 5 memanjakan mata.
  • Meski berbobot, narasi yang dituangkan oleh developer masih terkesan singkat.

Ketika memainkan Hellblade: Senua's Sacrifice pada 2017 lalu, penulis sempat merasa bahwa game ini menjadi salah satu karya underdog alias tidak diunggulkan oleh gamer. Padahal, ia memiliki segala aspek di atas rata-rata. Bahkan, dengan perasaan sedikit skeptis dari penulis, game yang satu ini justru menyabet beberapa penghargaan bergengsi, seperti Game Aksi Terbaik versi The Independent Game Developers' Association.

Tak cukup sampai di situ, Hellblade: Senua's Sacrifice juga mampu menjadi nominasi dalam Game of the Year 2017, yang kala itu bersaing dengan The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Resident Evil 7: Biohazard, dan Horizon Zero Dawn. Nah, kali ini, Ninja Theory bersama Xbox Game Studios kembali merilis sekuelnya yang berjudul Senua’s Saga: Hellblade II. Tentu jika sudah memainkan game pertamanya, kamu wajib meneruskan kisah Senua dalam game ini.

Jadi, bagaimana Senua’s Saga: Hellblade II di mata penulis? Apakah ia bisa menjadi penerus yang layak bagi game pertamanya yang telanjur punya nilai sebagai karya yang berkarisma? Kamu bisa simak review Senua’s Saga: Hellblade II ini sebelum membelinya.

1. Pengalaman impresif Senua di Dataran Tinggi Islandia yang luas

[REVIEW] Senua’s Saga: Hellblade II—Kembalinya sang Pembunuh RaksasaSenua’s Saga: Hellblade II berkisah pada petualangan Senua yang lebih impresif. (dok. Ninja Theory/Senua’s Saga: Hellblade II)

Narasi yang disuntikkan oleh Ninja Theory kali ini masih bisa dikatakan megah, luas, tapi juga terkesan kelam. Masih satu lingkaran dengan dunia Nordik, kali ini developer memberikan Senua kesempatan untuk bertualang di Dataran Tinggi Islandia yang sangat luas, indah, tapi juga mematikan. Sekadar informasi, dengan latar abad ke-9 di wilayah Islandia, developer ingin memberikan konsep yang jelas mengenai sejarah di sana.

Meski fiktif, tentu developer juga tidak sembarangan memasukkan beberapa unsur yang bersinggungan dengan sejarah bangsa Nordik pada masa lalu. Well, terlepas dari ganasnya alam pada masa itu, kelompok manusia Nordik dan Celtic sebetulnya sudah menetap di sana dan mereka terbiasa dengan kehidupan layaknya manusia modern, seperti berdagang atau malah berperang.

Penulis merasa bahwa Senua’s Saga: Hellblade II memiliki cerita dan premis yang lebih menarik untuk diikuti. Ia bukan sekadar bersandar pada kisah naratif yang linier seperti Hellblade: Senua's Sacrifice. Lebih dari itu, developer terkesan ingin memasukkan banyak unsur yang gelap dan menantang dalam keseluruhan cerita Senua’s Saga: Hellblade II.

Di sini, Senua harus mencari jawaban mengenai banyak hal, termasuk kejadian misterius yang membawanya ke wilayah luas yang terpencil di dunia Viking. Jika kamu merupakan gamer yang tidak menyukai alur narasi berat dan melibatkan unsur psikologis, mungkin game ini akan terasa menyiksa ketika dimainkan. Seperti yang penulis tekankan sejak awal, game ini berjalan pada narasi yang kompleks dan gelap.

Apa yang dihadapi Senua dalam alam pikirannya juga jauh lebih terlihat nyata ketimbang pengalamannya pada game yang pertama. Ia memang sudah dianggap sebagai pembunuh monster dan raksasa. Namun, pada judul keduanya ini, petualangan Senua betul-betul tidak akan mudah karena alam kesadarannya mampu membentuk dunia yang lebih hebat dan mematikan.

Well, seperti pada game pertamanya, semua kisah dengan narasi megah dan gelap yang dialami oleh Senua adalah waham atau delusi yang dialami oleh Senua sendiri. Akan tetapi, tidak seperti kisahnya dalam game pertama, developer di sini justru akan membiarkan pikiran kita terbelah menjadi dua. Jika kamu menganggap bahwa pengalaman epik tersebut adalah sebuah kenyataan di dunia Senua, itu juga tak masalah.

Di sisi lain, jika kamu menganggap bahwa Senua belum betul-betul sembuh dari skizofrenia—yang kita tahu bahwa penyakit mental ini nyaris mustahil disembuhkan—itu pun dapat dimasukkan sebagai jawaban klimaks untuk game ini. Penulis tetap menganggap bahwa apa yang terjadi dan dialami oleh Senua merupakan hasil dari imajinasi dan konsep delusi yang ia ciptakan sendiri.

Nah, di sini menariknya. Senua tetap akan menjadi sang pembunuh raksasa yang legendaris. Ia bahkan juga ditemani oleh beberapa karakter lain yang memiliki misi yang sama dengan dirinya. Sayangnya, dengan segala macam kompleksitas dan kerumitan di dunia Viking yang indah, keseluruhan cerita dalam game ini justru terasa singkat. Petualangan megah Senua pada abad ke-9 juga terasa antiklimaks ketika kita dihadapkan pada misi-misi yang sebetulnya tidak berbasis pada RPG.

So, petualangan besar Senua masih wajib kamu coba dalam game ini. Jelas kisahnya lebih menantang jika dibandingkan Hellblade: Senua's Sacrifice. Hanya saja, sebaiknya kamu juga tidak berekspektasi terlalu tinggi mengenai narasi dalam Senua’s Saga: Hellblade II. Meski dalam dan luas, ia masih terkesan antiklimaks, terutama jika kamu merupakan gamer veteran yang sudah melanglang buana pada game berat.

 

2. Pertarungan epik dengan mekanisme berbobot

[REVIEW] Senua’s Saga: Hellblade II—Kembalinya sang Pembunuh RaksasaGameplay pada game Senua’s Saga: Hellblade II terasa mulus dan adiktif. (dok. Ninja Theory/Senua’s Saga: Hellblade II)

Salah satu kelebihan Senua’s Saga: Hellblade II ialah mekanisme gameplay yang mulus dan adiktif. Sebagai contoh, ketika adegan pertarungan, pergerakan Senua di sini dapat dikendalikan nyaris tanpa kesulitan. Ketika dihadapkan pada sosok lawan yang bahkan lebih kuat dan menakutkan, melakukan tangkisan, serangan, hingga menghindari tebasan musuh terasa ringkas serta gak bertele-tele.

Memang ada beberapa gameplay yang agak menjengkelkan, misalnya ketika Senua tidak merespons perintah kita untuk melakukan tangkisan atau serangan balik. Selebihnya, ia masih dikategorikan adaptif, bahkan adiktif. Oh, ya, untuk menavigasi dan mengerti akan apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita, Senua masih tetap menerima berbagai macam suara dari dalam otaknya.

Hal inilah yang membuktikan bahwa narasi yang Senua pijak masih seputar penyakit mentalnya. Uniknya, dengan beberapa suara di benak Senua dan serpihan petunjuk yang ada, kita diizinkan untuk memecahkan teka-teki yang sedikit lebih menantang. Ini jika dibanding dengan game pertama.

Akan tetapi, lagi-lagi penulis merasa bahwa gameplay dalam Senua’s Saga: Hellblade II terasa antiklimaks. Mayoritas petualangan Senua hanya berjalan menyusuri wilayah yang sepi atau lebih sering juga kita berkutat pada keluar masuk gua. Well, cara-cara seperti ini malah akan menciptakan persepsi yang repetitif mengingat konsep yang sama sudah dilakukan developer pada karya sebelumnya.

Sayangnya lagi, ketika gameplay yang sudah adiktif ini disandingkan dengan narasi gelap ala Ninja Theory, seharusnya ia mampu tampil sebagai satu kesatuan yang utuh dan jauh dari kesan repetitif. Well, mungkin ini akan menjadi PR bagi developer untuk menyandingkan gameplay dan narasi secara adil. Dengan begitu, game terasa utuh dan tentunya jauh dari kesan membosankan.

Baca Juga: [REVIEW] Little Kitty, Big City—Bagaimana Rasanya Jadi Kucing?

3. Grafik dan audio jadi juaranya

[REVIEW] Senua’s Saga: Hellblade II—Kembalinya sang Pembunuh RaksasaSenua’s Saga: Hellblade II menampilkan grafik dan audio jempolan. (dok. Ninja Theory/Senua’s Saga: Hellblade II)

Berkat Unreal Engine 5, Senua’s Saga: Hellblade II sudah menampilkan grafik dan tampilan yang memanjakan mata. Detail lingkungan yang indah sekaligus kelam sanggup digambarkan dengan baik oleh developer. Salah satu yang penulis kagumi dari grafiknya ialah sistem pencahayaan yang keren dan indah dipandang mata. Jika kartu grafik di PC-mu sanggup menjalankan resolusi 4K, itu akan jauh lebih mantap lagi.

Begitu juga dengan audionya, ia sama-sama jempolan. Developer mampu meracik detail suara yang ciamik dan jauh dari kesan kaku. Mendengarkan audio game ini dari headset pun tak kalah memesona. Bisa dibilang bahwa pengembang masih menyuntikkan beberapa hal teknis terbaik berkenaan dengan audio pada game ini, sama dengan judul pertamanya.

Lalu, apa yang menjadi kelemahan dan batu sandungan pada poin ini? Ya, spesifikasi yang diminta oleh developer juga gak main-main. PC-mu membutuhkan VGA sekelas RTX 3060 Ti atau RTX 3080, prosesor Intel i7 Generasi 10 atau di atasnya, RAM 24 GB, dan kapasitas penyimpanan sebesar 80 GB. Tak cukup sampai di situ, untuk menjalankannya dengan tampilan terbaik, game ini wajib ditampilkan pada monitor 2K atau 4K.

Rakusnya sumber daya yang diminta oleh developer ini sempat mendapat kritik keras dari gamer di dunia. Pasalnya, memainkannya pada tampilan FHD dan 2K, misalnya, akan terlihat sangat kentara perbedaannya. Semoga saja game ini tidak menjadi seperti Alan Wake 2 yang memang memiliki tampilan bagus, tapi rakus sumber daya dari kartu grafik.

4. Digarap dengan level AAA

[REVIEW] Senua’s Saga: Hellblade II—Kembalinya sang Pembunuh RaksasaSenua’s Saga: Hellblade II dibuat setara dengan level AAA. (dok. Ninja Theory/Senua’s Saga: Hellblade II)

Pada 2018 lalu, Ninja Theory diakuisisi oleh Microsoft. Hal itu membuat mereka mampu membuat lebih banyak lagi game bagus berlevel AAA. Tameem Antoniades selaku Direktur Ninja Theory sekaligus sutradara Hellblade: Senua's Sacrifice menyatakan bahwa ia ingin lebih bebas lagi dalam berkreasi dan tidak terbebani dengan berbagai syarat dari produsen mesin game AAA.

Well, setidaknya karya terbaru mereka yang dirilis pada 21 Mei 2024 ini juga menjadi anak emas karena digarap dengan serius berlevel AAA. Meski tidak terang-terangan mengenai bujet pembuatannya, developer sudah tampak lepas dalam menciptakan Senua’s Saga: Hellblade II. Karakteristik PC kelas atas yang mampu menjalankan game berat sepertinya menjadi market utama dari tim pengembang bersama Microsoft.

Setidaknya, hal ini membuktikan satu hal. Ya, untuk saat ini, developer masih belum memutuskan apakah Senua’s Saga: Hellblade II bakal dirilis di konsol PS5 atau tidak. Hal itu berkaitan erat dengan performa maksimal PS5 yang memang tidak setinggi PC dan Xbox Series X.

Di samping itu, Senua’s Saga: Hellblade II juga diproduseri oleh Rupert Brooker, orang yang sama dengan sosok yang terlibat aktif dalam pembuatan Hellblade: Senua's Sacrifice. Begitu juga dengan komposer dan sutradara, keduanya masih dipercayakan pada orang yang sama, yakni David Garcia dan Tameem Antoniades.

5. Jika sudah siap, kamu bisa membelinya di Steam atau Xbox

[REVIEW] Senua’s Saga: Hellblade II—Kembalinya sang Pembunuh RaksasaUntuk saat ini, Senua’s Saga: Hellblade II tidak dirilis di konsol PS5. (dok. Ninja Theory/Senua’s Saga: Hellblade II)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum kamu membeli game ini. Pertama, harga yang dirilis oleh developer dan penerbit untuk Senua’s Saga: Hellblade II masih cukup tinggi, yakni Rp745 ribu. Kedua, game ini meminta spesifikasi yang lumayan tinggi. Tentunya ini dengan dalih tampilan Unreal Engine 5 yang saat ini masih rakus sumber daya. Berikutnya, pemilik konsol PS5 sepertinya masih belum bisa menikmati game ini dalam waktu dekat.

Jadi, ada beberapa kelebihan utama game ini yang harus diketahui jika kamu sudah ingin memainkannya:

  • Narasi kompleks, dalam, dan luas yang menjadi penghubung dunia imajinasi dan realitas dari Senua.
  • Gameplay masih terasa solid meski ada beberapa bagian yang membuat kita frustrasi.
  • Tampilan grafik Unreal Engine 5 memanjakan mata.
  • Audio terdengar kaya dan mantap di telinga.
  • Senua masih terlihat keren karena keterampilannya dalam bertarung dan menjadi penyintas di dunia yang penuh raksasa.

Namun, game ini bukannya tanpa kekurangan. Kamu juga wajib mempertimbangkan:

  • Meski berbobot, narasi yang dituangkan oleh developer masih terkesan singkat.
  • Gameplay pada satu titik akan terasa antiklimaks.
  • Dengan tampilan ciamik, game ini meminta spesifikasi PC yang cukup tinggi, bahkan akan lebih maksimal ketika dimainkan pada resolusi 2K atau 4K.
  • Pada beberapa titik, petualangan Senua akan terasa repetitif jika dibandingkan dengan game pertamanya.

So, menurut penulis, game Senua’s Saga: Hellblade II wajib kamu mainkan jika pernah menamatkan judul pertamanya dan memang sudah siap dengan spesifikasi yang diminta. Skor 4/5 penulis berikan untuk game petualangan ini. Nah, apa kamu sudah siap bertualang di alam pikiran Senua ala horor psikologis?

Baca Juga: [REVIEW] Solo Leveling:ARISE—Visual Memukau, tapi Gameplay Repetitif

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Hobi menulis tema sains, kesehatan, teknologi, dan game

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya