[REVIEW] Werewolf: The Apocalypse – Earthblood—Jauh dari Ekspektasi

Tak segarang yang dibayangkan #IDNTimesTech

Secara khusus, game bertema manusia serigala memang jarang dibuat. Andaipun ada, biasanya tokoh werewolf tersebut hanya menjadi pelengkap atau karakter figuran dalam role-playing game (RPG). Nah, Cyanide pernah membuat dan mengembangkan sebuah game khusus tentang manusia serigala berjudul Werewolf: The Apocalypse – Earthblood pada 4 Februari 2021.

Bagaimana penilaian game ini secara umum? Sebagai penggemar cerita-cerita fiksi macam vampir dan manusia serigala, penulis punya sedikit ulasan tentang game ini. Kalau kamu penasaran dengan ulasannya, simak artikel berikut, ya.

1. Plot cerita yang campur aduk

[REVIEW] Werewolf: The Apocalypse – Earthblood—Jauh dari EkspektasiWerewolf: The Apocalypse - Earthblood (dok. Cyanide/Werewolf: The Apocalypse - Earthblood)

Secara umum, plot cerita yang ingin dihadirkan oleh Cyanide sebetulnya sudah cukup apik dan kreatif. Sayangnya, ada bagian-bagian utama dalam cerita yang justru terkesan dipaksakan hingga membentuk plot yang campur aduk. Di tengah banyak game dengan judul besar, Werewolf: The Apocalypse – Earthblood justru dirasa kebablasan dalam merangkai cerita hingga berdampak cukup fatal.

Kamu akan memerankan protagonis utama bernama Cahal, seorang hibrida manusia serigala asal Irlandia yang bertugas menyelamatkan keseimbangan Bumi atau Gaia. Cahal akan melawan sebuah organisasi atau perusahaan pertambangan yang dicurigai tengah mengganggu keseimbangan Gaia. Nah, Cahal sendiri merupakan anggota suku Fianna yang memang merupakan suku legendaris karena nenek moyang mereka adalah manusia serigala.

Bagi penulis, dunia modern yang ditampilkan dalam game ini terasa kurang begitu pas jika harus disandingkan dengan legenda dan mitos dari konsep manusia serigala. Apalagi, aura yang ditampilkan juga tidak mendukung keagungan Gaia sebagai semesta yang wajib dipertahankan oleh sekelompok makhluk mitos. Namun, jika kamu ingin bertualang dan merasakan bagaimana susahnya menjadi manusia serigala, game yang satu ini bisa dimainkan.

2. Gameplay unik yang tidak dieksekusi dengan baik

[REVIEW] Werewolf: The Apocalypse – Earthblood—Jauh dari EkspektasiWerewolf: The Apocalypse - Earthblood (dok. Cyanide/Werewolf: The Apocalypse - Earthblood)

Secara mendasar, ada tiga jenis mode atau style yang bisa kamu mainkan dalam Werewolf: The Apocalypse – Earthblood. Pertama, protagonis utama bisa memainkan dalam mode manusia biasa (homid) untuk melumpuhkan musuh dengan cara diam-diam. Kedua, mode serigala (lupus) akan membantumu untuk mendeteksi bahaya dan mencari jalan keluar. Lalu, ketiga, mode manusia serigala (crinos) yang brutal untuk gaya hantam kromo.

Gameplay macam ini cukup unik dan berbeda jika dibandingkan dengan banyak action RPG lainnya. Sayangnya, penulis tidak menemukan intensitas dan sensasi yang membekas di hati setelah mencoba game arahan Julien Desourteaux ini. Alih-alih merasa terperangah dengan gameplay-nya, kita justru akan merasa bosan dan menganggap bahwa sistem permainan macam ini ketinggalan zaman.

Salah satu hal yang penulis catat adalah amburadulnya konsep stealth yang ada. Jangan harap membunuh musuh secara diam-diam bisa dilakukan dengan mengasyikkan layaknya dalam game Batman atau Hitman. Cahal sebagai manusia pun tidak secerdas dan segarang yang dibayangkan. Daripada kita tewas terlebih dahulu, lebih baik sekalian saja berubah menjadi manusia serigala.

Sayangnya lagi, mengubah diri menjadi manusia serigala juga bukan opsi yang bagus. Pertarungan brutal yang sulit untuk dikontrol ditambah dengan sistem kamera yang buruk membuat sang manusia serigala sering dibuat menyerah secara konyol. Bayangkan saja, lagi enak-enaknya beraksi, tanpa disadari ada beberapa musuh yang keluar dari layar atau tangkapan kamera.

Baca Juga: [REVIEW] Resident Evil Village—Kembali ke Jalan yang Benar

3. Kualitas visual di bawah standar

[REVIEW] Werewolf: The Apocalypse – Earthblood—Jauh dari EkspektasiWerewolf: The Apocalypse - Earthblood (dok. Cyanide/Werewolf: The Apocalypse - Earthblood)

Oke, bisa dikatakan bahwa Werewolf: The Apocalypse – Earthblood bukanlah game AAA seperti banyak game kelas atas lainnya. Ia hanya digolongkan sebagai game AA yang dibuat dengan budget tidak seberapa. Namun, fakta bahwa game ini juga dirilis untuk PS5 dan Xbox Series X telah membuat penulis dan banyak gamer di dunia keheranan.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada developer, game ini bahkan bergrafis layaknya banyak game PS3 atau Xbox 360. Well, ada beberapa adegan yang memang terlihat memukau. Selebihnya, tampilan visual bisa dibilang biasa-biasa saja dan tidak istimewa sama sekali. Detail lingkungan juga tergambar dengan cukup kaku dan kurang pekat dalam hal warna.

Tampilan berdarah-darah juga berusaha untuk dibuat semaksimal mungkin oleh developer. Meskipun tidak seheboh visual sadis ala Mortal Kombat, serangan Cahal pada saat berwujud manusia serigala ditampilkan dengan cukup ganas dan brutal. Secara keseluruhan, Werewolf: The Apocalypse – Earthblood ditampilkan dengan grafis di bawah standar dan jauh dari kemampuan PS5 atau Xbox Series X.

4. Musik dan suara karakter yang garing

[REVIEW] Werewolf: The Apocalypse – Earthblood—Jauh dari EkspektasiWerewolf: The Apocalypse - Earthblood (dok. Cyanide/Werewolf: The Apocalypse - Earthblood)

Kualitas audio yang dihadirkan dalam Werewolf: The Apocalypse – Earthblood juga dirasa tidak bagus. Bagi penulis, musik dan kualitas suara dari masing-masih karakter dirasa hambar, kaku, datar, dan garing. Alih-alih mencekam dan menggelegar, perubahan wujud manusia serigala tidak dapat dilampiaskan dengan apik dalam hal audionya.

Tampak bahwa suara dari karakter sangat mirip dengan pengisi suara yang sedang membaca teks atau naskah. Beberapa kata yang berkonotasi kasar dan absurd juga kerap diperdengarkan di tengah jalan cerita yang absurd pula. Awalnya, penulis mengira mungkin kualitas perangkat audio PC milik penulis yang tidak bagus.

Namun, setelah menggunakan headset berkualitas pun, audio dalam game ini masih terdengar jauh di bawah standar. Rasanya lengkap sudah ketidakpuasan penulis dalam memainkan game ini. Dengan audio yang kaku dan garing, aura kebrutalan dari sang manusia serigala malah tampak tidak menarik untuk dimainkan.

5. Masih jauh dari ekspektasi

[REVIEW] Werewolf: The Apocalypse – Earthblood—Jauh dari EkspektasiWerewolf: The Apocalypse - Earthblood (dok. Cyanide/Werewolf: The Apocalypse - Earthblood)

Apa ekspektasi gamer jika dihadapkan pada game kekinian untuk PS5, Xbox Series X, dan PC dengan spesifikasi gahar? Tentunya, grafis, gameplay, plot cerita, dan audio mantap jadi sasaran utama yang wajib dimasukkan ke dalam harapan. Nah, faktanya, Werewolf: The Apocalypse – Earthblood tidak bisa meramu elemen-elemen tadi secara maksimal.

Jauh dari itu, bahkan game ini bisa dikatakan tidak cukup layak untuk dimainkan di konsol keluaran terbaru. Lemahnya plot cerita, grafis pas-pasan, audio buruk, dan gameplay yang gak maksimal adalah deretan elemen yang menjadi kelemahan dari game buatan developer asal Prancis ini.

Tak banyak kesimpulan yang bisa penulis tumpahkan di sini. Skor akhir 2/5 menjadi nilai yang cukup adil untuk penulis berikan pada game kali ini. So, kalau kamu suka dengan game bertema manusia serigala dengan grafis dan cerita yang ringan, mungkin Werewolf: The Apocalypse Earthblood bisa kamu mainkan untuk mengisi akhir pekan.

Baca Juga: [REVIEW] Hitman 3—Penggenapan Trilogi yang Sempurna

https://www.youtube.com/embed/Oewm27krrUI
Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya