10 Video Game Terbaik Ini Diadaptasi dari Buku, Kamu Tahu yang Mana?

Mungkin kebanyakan orang yang pernah main game ini gak menyadari kalau seluruh seri Suikoden didasarkan pada novel Cina berjudul Water Margin yang ditulis Shi Nai'an, dari novel itu muncullah gagasan 108 Stars of Destiny yang menjadi inti dari seluruh franchise Suikoden. Novel-novel ini menceritakan kisah yang dibuat selama dinasti Song (960-1279), tentang sekelompok 108 penjahat yang membentuk pasukan dan berperang melawan pemerintah yang korup.

Dari keseluruhan seri Suikoden yang didasarkan pada novel Water Margin, gams Suikoden II menjadi game terbaik dari semua serinya. Sebagai salah satu dari JRPG di PlayStation, Suikoden II berbeda dari game-game lain di genre-nya karena berfokus pada tema-tema politik dan peperangan.

Game ini merupakan salah satu game yang sering dimainkan banyak orang. Berdasarkan seri buku The Witcher oleh Andrzej Sapkowski, trilogi game yang dibuat oleh CD Projekt Red antara tahun 2008 dan 2015 pada dasarnya merupakan kelanjutan cerita dari buku-buku tersebut.

Game ketiga memiliki penggemar tersendiri, karena dianggap sebagai puncak seri, dan menjadi salah satu game terbaik yang dirilis dalam beberapa tahun terakhir. Buku-buku karya Sapkowski adalah literatur fantasi terbaik yang ditulis dalam 30 tahun terakhir.

Game ini memenuhi standar yang tinggi, gak hanya tetap setia pada jantung dan gaya novel aslinya, tetapi juga menciptakan kisah orisinal yang memikat dalam karakter yang ada. Wajar jika game ini menjadi salah satu adaptasi buku ke video game terbaik yang pernah ada.

Video game ini didasarkan pada kisah sastra klasik. Pengembang memutuskan untuk mengambil Heart of Darkness karya Joseph Conrad untuk diangkat sebagai pacuan game Spec Ops: The Line. Dalam permainan, ada beberapa elemen dan detail tertentu yang diubah, seperti memindahkan cerita ke kota Dubai yang hancur dan mengubah nama karakternya, namun sebagian besar masih utuh dan dieksekusi dengan luar biasa.

Namun yang benar-benar membuat game ini menonjol dari judul lain adalah karena ia menggunakan fitur-fitur unik pada medium gim video untuk mengikis kepercayaan pemain terhadap diri mereka sendiri dan apa yang mereka lihat dalam game. Yang melibatkan pemain untuk membuat pilihan penting di sepanjang cerita.

Enslaved: Odyssey to the West adalah kisah yang diadaptasi dari novel epik Cina abad ke-16, Journey to the West karya Wu Cheng'en. Permainan ini mengambil kisah klasik Tiongkok dan menempatkannya di Amerika Utara pasca-apokaliptik, ratusan tahun di masa depan. Berbagai detail plot juga telah diubah, tetapi konsep sentral dan karakter utama masih mempertahankan peran yang sama seperti dalam novel.

Game Metro 2033 memiliki banyak kesamaan dengan novelnya karya Dmitry Glukhovsky yang mendasari permainan ini, di luar karakter utama Artyom dan latar pasca-apokaliptik. Metro 2033 adalah adaptasi dari novel Glukhovsky, dengan mengambil latar, banyak karakter, dan detail alur cerita langsung dari buku.

Seperti namanya, Metro 2033 terjadi pada tahun 2033 di terowongan metro Moskow, setelah perang nuklir yang terjadi 20 tahun lalu mengakibatkan hancurnya dunia dan memaksa banyak orang bertahan di bawah tanah untuk bertahan hidup. Sekelompok makhluk misterius yang dikenal sebagai Dark Ones menyerang salah satu stasiun, mendorong Artyom untuk mencari bantuan dalam menghadapi ancaman ini dari sisa manusia yang tinggal di terowongan metro.

Pencapaian terbesar Metro 2033, adalah ketika ia berhasil membangun ketegangan dan misteri di arena permainan. Pemain akan dihadapkan dengan terowongan gelap dan klaustrofobik.

Game ini melibatkan langsung penulis bukunya selama pengembangan game The Hitchiker's Guide to the Galaxy, yang didasarkan pada novel dengan judul yang sama oleh Douglas Adams. Menjadi game petualangan berbasis teks, game ini menghadirkan salah satu penggambaran gaya dan sumber yang paling akurat dari semua game berdasarkan buku. Tentu saja, karena Adams sendiri yang menulis sebagian besar teks dan dialog dalam game, serta merancang sebagian besarnya dengan Steve Meretzky.

Pada awal hingga pertengahan tahun 90-an, genre horor mengalami kebangkitan besar-besaran dalam popularitasnya di Jepang, dengan banyaknya buku dan film dengan genre tersebut. Salah satunya adalah novel horor fiksi ilmiah Hideaki Sena yang rilis tahun 1995 berjudul Parasite Eve.

Parasite Eve sendiri sudah diadaptasi ke dalam film, dua seri manga dan tiga video game RPG aksi. Game Parasite Eve pertama dirilis pada tahun 1998 di PlayStation. Parasite Eve lebih seperti RPG daripada game horor, tetapi adaptasi novelnya sangat kental.

Sebagai adaptasi, Parasite Eve merupakan sekuel dari novel Sena, mengambil premis novel sebagai dasarnya dan menggunakannya sebagai latar untuk narasinya sendiri. Selain itu, elemen terkait antara buku dan gamenya adalah karakter Eve, penjahat utama yang lahir dari mitokondria yang telah berevolusi dan sekarang berusaha untuk menggantikan manusia dan bentuk kehidupan serupa lainnya sebagai spesies dominan di Bumi.

I Have No Mouth, and I Must Scream adalah salah satu permainan yang cukup dikenal, dan game petualangan dengan point-and-click. Juga merupakan adaptasi yang gak biasa, terutama untuk video game, karena penulis cerita aslinya, Harlan Ellison, terlibat dalam proses pengembangan, menulis banyak naskah dan bahkan menyuarakan antagonis utama di game tersebut. Permainan ini berkisah tentang Bumi pasca-apokaliptik di mana superkomputer yang sangat cerdas memusnahkan sebagian besar ras manusia setelah mengembangkan dan menyerap dua superkomputer lain ke dalam pemrogramannya.

Dia menyebut dirinya AM, superkomputer yang menghabiskan untuk menyiksa dan memodifikasi lima subjek manusia, mengubah pikiran dan tubuh mereka. Game ini mengambil premis cerita, karakter, dan banyak peristiwa yang sama dari novel Ellison, tetapi mengubah detail dan aspek tertentu.

The Pillars of the Earth bukanlah jenis buku yang cocok untuk dibuat video gamenya. Sebuah novel sejarah tentang pembangunan sebuah katedral di sebuah kota fiksi Inggris di Kingsbridge pada abad ke-12, merupakan cerita yang agak aneh jika dibuat video gamenya. Namun Daedalic Entertainment mewujudkannya dengan menjadikannya game petualangan point-and-click yang dirilis pada tahun 2017.

Novel karya Ken Follett ini merupakan fiksi sejarah yang ditulis dengan baik dalam The Pillars of the Earth. Yang berfokus pada era dan lokasi yang digambarkannya, dan mengandung fakta sejarah yang sebenarnya sambil tetap menceritakan kisah fiksi yang sebagian besar muncul dalam game.

Dune II sebenarnya lebih terinspirasi oleh film Dune daripada buku aslinya yang ditulis oleh Frank Herbert. Namun, masih ada banyak koneksi langsung ke novel asli di video gamenya.

Berlangsung di planet bernama Arrakis, satu-satunya tempat yang memiliki obat berharga yang disebut Melange. Di planet ini ada tiga bangsawan yang bersaing, Harkonnen, Atreides, dan Ordos, mereka bertempur untuk memperebutkan kendali atas planet tersebut. Secara keseluruhan, Dune II adalah adaptasi yang cukup bagus dari sebuah novel, mengambil latar, tema-tema penting, nama-nama, dan termasuk premis dasar dari buku.

Buku memang selalu menjadi inspirasi dan adaptasi dari banyak aspek, mulai dari film, teater, dan bahkan video game sekalipun. Jadi, setelah kamu tahu fakta di atas, apakah kamu berniat untuk memainkan gamenya?