Karakter dalam ICARUS bisa mati karena kamu tidak masuk ke game dalam waktu yang lama. (dok. RocketWerkz/ICARUS)
Oke, singkat saja, memainkan ICARUS selama nyaris 6 jam hanya membawa penulis ke dalam sebuah kesimpulan yang buruk mengenai mekanisme permainannya. Benar bahwa game ini merupakan kisah survival di planet asing milik alien. Namun, sayangnya, tak ada hal unik apa pun yang bisa kita dapat di sini. Malah, ada beberapa catatan yang akan penulis jabarkan sebagai kekurangannya.
Pertama, ada banyak misi dan tugas yang terkesan repetitif. Yup, kita akan menjalankan misi yang itu-itu saja. Pada intinya, kita hanya akan berkutat pada area dunia indah dan pesawat luar angkasa. Perjalanan bolak-balik di tiap-tiap misi tentu sangat melelahkan dan membuat gamer bosan. Seolah kita menyelesaikan misi baru yang besar, tetapi ujung-ujungnya tetap akan disuruh kembali.
Kedua, lokasi misi yang tidak jelas. Artinya, kita bisa saja diberikan misi di tempat lokasi terakhir kita menyelesaikannya. Well, ini adalah mekanisme survival terburuk yang pernah penulis mainkan. Bayangkan saja, lokasi antara misi 1 dan 2 hanya berjarak setengah kilometer. Namun, alih-alih menempatkan di lokasi dengan tepat, pesawat akan menjatuhkan kita ke 10 kilometer lebih jauh.
Ketiga, ada banyak barang penting yang tidak dapat kita bawa untuk digunakan di tempat yang lain. Lalu, apa gunanya kita membuat dan merakit berbagai macam peralatan? Penulis memaklumi bahwa dasar dari game ini adalah hal-hal yang bersifat futuristis. Akan tetapi, kisah futuristis tersebut justru menghilangkan kesederhanaan dalam bermain.
Lalu, keempat, sehebat apa pun kita di planet indah tersebut, kalau tidak kembali ke pesawat tepat waktu, semuanya akan lenyap dan percuma. Bagaimana maksudnya? Begini, jika kamu memiliki misi selama 5 jam dan sebelum waktu tersebut kamu mematikan PC, karaktermu tetap akan menghabiskan 5 jam secara percuma.
Artinya, kita dituntut untuk memainkan ICARUS sepanjang waktu. Gila apa? Ini adalah mekanisme permainan solo dan online co-op terburuk yang pernah penulis jalankan. Lalu, apa gunanya kita bersusah payah dalam mengumpulkan banyak hal jika semuanya malah mengganggu kehidupan nyata kita?