5 Sejarah Kelam Kota Annesburg di Red Dead Redemption 2

- Hidup warganya bergantung pada tambang batu bara, menyebabkan penyakit paru-paru dan kecelakaan kerja.
- Kesenjangan antara pemilik tambang dan pekerja, dengan keuntungan besar hanya mengalir ke kantong pemilik perusahaan.
- Suasana kota yang muram dan penuh keputusasaan, diwariskan dari generasi ke generasi.
Kalau kamu main Red Dead Redemption 2 (2018), pasti sadar kalau tiap kota punya atmosfernya sendiri. Valentine terasa liar, Saint Denis penuh modernitas, dan Annesburg ... ya, berbeda jauh. Kota ini diselimuti asap tebal, suara mesin tambang yang bising, serta wajah-wajah muram para warganya. Semua itu bukan sekadar detail visual, melainkan gambaran kelam yang melekat pada sejarah kota tambang batu bara ini.
1. Hidup warganya yang bergantung pada tambang batu bara

Sejak awal, Annesburg berkembang berkat industri tambang. Batu bara jadi nadi kehidupan di sana, tapi keberhasilan itu tidak membuat warganya sejahtera. Para penambang harus turun ke dalam tanah setiap hari, menghadapi kondisi berbahaya penuh debu dan gas beracun. Tidak sedikit yang akhirnya meninggal muda karena penyakit paru-paru atau kecelakaan kerja.
2. Kesenjangan antara pemilik tambang dan pekerja

Meski tambang menghasilkan banyak uang, hasilnya tidak pernah dirasakan para buruh. Keuntungan besar hanya mengalir ke kantong pemilik perusahaan. Sementara itu, warga biasa harus bertahan hidup di rumah reyot dengan fasilitas seadanya. Bahkan, anak-anak kecil ikut dipaksa bekerja demi menambah penghasilan keluarga.
3. Suasana kota yang muram dan penuh keputusasaan
Kalau kamu jalan-jalan di Annesburg, atmosfer suram langsung terasa. Orang-orang terlihat letih, jarang ada senyum, dan percakapan mereka sering bernuansa putus asa. Beda jauh dengan Valentine yang masih ada keceriaan atau Saint Denis yang penuh dinamika kota besar. Di Annesburg, yang ada hanyalah kelelahan dan penderitaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kamu bisa gak sengaja ketemu sama pasangan suami istri yang lagi bertengkar di dekat kantor polisi. Mereka bersitegang karena sang istri tak rela jika suaminya pulang kerja dengan kondisi badan penuh jelaga, sementara sang suami tak punya pilihan lain kecuali tetap bekerja di tambang.
4. Terjerat dalam kepentingan kapitalis besar

Tambang Annesburg bukan hanya penting bagi warganya, tapi juga jadi tulang punggung industri di era itu. Leviticus Cornwall, salah satu tokoh kapitalis paling bengis dalam game, sangat diuntungkan oleh hasil tambang ini. Artinya, penderitaan para buruh tambang di Annesburg ikut menopang kekuasaan orang kaya yang bahkan tidak peduli dengan nasib mereka. Gak heran awalnya Dutch pengin banget morotin konglomerat satu ini.
5. Potret sisi gelap kemajuan Amerika

Annesburg jadi simbol bahwa kemajuan Amerika pada akhir abad ke-19 tidak hanya tentang modernisasi dan perkembangan industri, tapi juga tentang penderitaan kelas pekerja. Kota ini menghadirkan realisme sosial yang keras, di mana kemakmuran segelintir orang dibayar dengan darah dan keringat ribuan buruh tambang, serta pencemaran lingkungan yang masih bisa dirasakan dampaknya hingga kini.
Annesburg bukan cuma latar tambahan dalam game Red Dead Redemption 2. Kota ini adalah potret nyata dari ketidakadilan sosial di era industrialisasi. Atmosfer suramnya bikin pemain merasa kalau tidak semua kemajuan membawa kebahagiaan. Ada harga mahal yang harus dibayar dan Annesburg jadi pengingat kelam dari sisi gelap American Dream.