Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pekerjaan yang Sulit Digantikan AI, Ada Pengacara dan Dokter

ilustrasi kecerdasan buatan (unsplash.com/@possessedphotography)

Di tengah kekhawatiran masyarakat dunia tentang kecerdasan buatan (AI) yang diprediksi dapat menyebabkan banyak pengangguran di masa depan, ternyata tidak semua bidang pekerjaan dapat diambil alih oleh AI. Itu karena AI saat ini masih punya sejumlah keterbatasan dan tidak akan pernah menggantikan manusia sepenuhnya.

AI adalah program yang dibuat oleh manusia, tentunya masih perlu pengembangan lebih lanjut selama bertahun-tahun ke depan. Pekerjaan yang sulit digantikan AI umumnya memiliki tingkat kerumitan tinggi dan memerlukan emosi manusia. Sedangkan kita tahu, AI di masa kini tidak memiliki emosi. 

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa pekerjaan yang sulit digantikan AI. Berikut adalah beberapa pekerjaan yang kemungkinan besar aman dari ancaman pengangguran masal walaupun sudah ada AI. Simak baik-baik, ya!

1. Psikolog yang memerlukan kesadaran emosi dan empati

seorang psikolog (kanan) dan kliennya (pexels.com/@cottonbro)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, AI tidak punya emosi dan tidak mampu merasakan empati secara alamiah. Salah satu pekerjaan yang sulit digantikan AI adalah psikolog. Pekerjaan ini memerlukan keterampilan untuk membaca emosi seseorang serta tentu saja harus memiliki empati. Memang, saat ini beberapa AI bisa digunakan untuk menampung keluh kesah dan menjawab curhatan para pengguna. Namun, hanya psikolog yang benar-benar dapat memahami emosi dan kondisi psikologis seseorang dengan cara tatap muka secara langsung. 

2. Pekerjaan di bidang hukum seperti hakim, pengacara, dan jaksa

ilustrasi palu persidangan (unsplash.com/@tingeyinjurylawfirm)

Pekerjaan di bidang hukum juga sangat sulit untuk digantikan AI. Pekerjaan dalam sistem peradilan memerlukan kemampuan untuk membuat keputusan yang sangat bergantung pada pertimbangan etis dan moral. Hakim, jaksa, dan pengacara sering harus mengevaluasi kasus-kasus yang melibatkan aspek-aspek etis dan moral yang sulit dipahami oleh AI. AI hanya dapat digunakan sebagai alat bantu dalam bidang hukum untuk analisis data dan penelitian. 

3. Atlet atau olahragawan profesional

ilustrasi seorang atlet lari (unsplash.com/@bradencollum)

Saat ini memang ada AI di bidang esports dengan kecerdasan luar biasa dan mengalahkan para atlet profesional. Meski demikian, AI tetap tidak dapat menggantikan manusia di bidang olahraga secara penuh. Sebagai contoh, AI tidak bisa menjadi pemain sepakbola, pelari, pebasket, bahkan pembalap. Walaupun di masa depan akan ada AI berbentuk robot yang bisa menjadi atlet dengan kemampuan hebat, tetap saja secara etika itu tidak akan ada rasa kepuasan dan kebanggaan, karena sekali lagi AI tidak punya emosi.

 

4. Para pekerja kreatif seperti selebritis, penulis, musisi, aktor dan pembuat konten

ilustrasi seorang penyanyi (pexels.com/@zachtheshooter)

Para pekerja kreatif seperti seniman, penulis, aktor, musisi, para pembuat konten, dan lainnya bisa dikatakan aman dari ancaman AI. Kenapa? Sebab, pekerjaan mereka mengandalkan kreativitas kompleks yang lahir dari emosi dan pengalaman hidup. Para seniman justru akan terbantu dengan adanya AI. Kecerdasan buatan akan menjadi asisten dalam hal produktivitas dalam membantu mereka menghasilkan berbagai karya.

5. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya

ilustrasi tenaga kesehatan (unsplash.com/@jeshoots)

Secanggih apapun, pastinya kamu akan tetap ragu dan bahkan ketakutan ketika AI memeriksa dan mendiagnosa status kesehatanmu, bukan? Ya, dokter dan tenaga kesehatan manusia tetap tak akan bisa digantikan oleh kecerdasan buatan. Sebab, pekerjaan ini membutuhkan ketelitian, analisa, dan rasa empati kepada pasien. Kecerdasan buatan di bidang kesehatan hanya akan membantu para dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam berbagai prosedur medis. 

Secara umum, sebenarnya cukup banyak pekerjaan yang sulit digantikan AI. Sebagai contoh, pilot pesawat terbang juga sulit digantikan AI secara penuh. Dengan demikian, dampak AI terhadap pekerjaan manusia sebenarnya bisa dikendalikan. Namun, dampak negatif kecerdasan buatan tetaplah ada jika disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hilman Azis
EditorHilman Azis
Follow Us