"Di Indonesia mungkin masih ada beberapa kendala. Pertama, biaya untuk implementasi AI itu kan butuh waktu. Kemudian kedua, penguasaan," ujar Lukas dalam sesi diskusi di Kalbe Analytics Expo 2025, Selasa (18/2/2025) di Jakarta.
AI dan Genomics Bisa Bantu Layanan Kesehatan Lebih Akurat

- Perkembangan kecerdasan buatan (AI) membuka peluang baru bagi efisiensi dan inovasi medis.
- Penerapan AI membutuhkan investasi besar dan penguasaan teknologi yang perlu diatasi.
- Data genomik dan cloud computing dapat merevolusi dunia kesehatan dengan pendekatan personal dan tepat sasaran.
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi kunci dalam mengubah dunia kesehatan. Dari diagnosis penyakit hingga pengelolaan data pasien, teknologi ini bisa membuka peluang baru bagi efisiensi dan inovasi medis.
Hal ini menjadi salah satu sorotan utama dalam Kalbe Analytics Expo 2025, sebuah ajang yang mempertemukan para ahli di bidang data analytics dan kecerdasan buatan.
Dalam acara ini, Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPU, Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS), menegaskan bahwa AI bukan sekadar tren, melainkan pendorong utama transformasi digital di Indonesia.
1. Perkembangan AI di Indonesia bertumbuh pesat, tetapi masih hadapi tantangan

Menurut Lukas, perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Namun, ia juga menyoroti sejumlah tantangan yang masih perlu diatasi agar AI bisa memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa penerapan AI membutuhkan investasi besar, baik dalam hal infrastruktur maupun penguasaan teknologinya.
Oleh karena itu, Lukas menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk serius dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menguasai AI. Ini penting agar implementasinya berjalan efektif dan memberikan dampak positif bagi industri kesehatan.
2. Genomics dan cloud

Dalam sesi lainnya, Dr. Charlie Lee, Ph.D, Head of Genomics di Amazon Web Services (AWS), menyoroti bagaimana data genomik bisa merevolusi dunia kesehatan.
Menurutnya, pemanfaatan data genomik bukan hanya terbatas pada penelitian, tetapi juga membuka jalan bagi terciptanya solusi kesehatan yang lebih personal dan tepat sasaran.
“Precision medicine adalah pendekatan berbasis data yang mempertimbangkan variasi genetik individu agar tenaga medis dapat lebih akurat dalam memprediksi, mencegah, mendiagnosis, atau mengobati suatu penyakit,” ujar Dr. Lee.
Sebagai bagian dari upaya penelitian genomik di Asia, perusahaan cloud memainkan peran penting dalam sekuensing dan analisis genom. Dengan memanfaatkan teknologi cloud computing, perusahaan ini bisa menyediakan alat untuk menganalisis dataset genomik dalam skala besar.
3. Kondisi kesehatan yang bisa diatasi dengan genomics dan cloud

Dalam pemaparannya, Charlie menyoroti berbagai kondisi kesehatan yang bisa dideteksi dan ditangani lebih akurat dengan pendekatan genomics dan cloud computing. Teknologi ini memungkinkan analisis data genetik dalam skala besar untuk mengidentifikasi faktor risiko dan memberikan perawatan yang lebih personal.
Berdasarkan data yang ditampilkan, terdapat 67 temuan kesehatan yang bisa ditindaklanjuti secara klinis. Ini mencakup berbagai kategori penyakit, seperti:
- Metabolic: Mutasi MODY dan ABCC8, resistensi insulin, serta hipokalemia.
- Cardiovascular: Plak karotis, fibrilasi atrium, dan hipertensi stadium II.
- Heme/Onc (Hematologi/Onkologi): Gen risiko onkologis (APC, SDHB), limfoma, serta α dan β thalassemia.
- Infectious: Penyakit Lyme yang bisa dideteksi melalui wearable technology.
- Other: Sleep apnea dan macroalbuminuria.
Dengan adanya integrasi genomics dan cloud, para peneliti dan tenaga medis bisa lebih cepat mengakses serta menganalisis dataset genomik.
Pemanfaatan AI, genomics, dan cloud computing dalam dunia kesehatan membuka peluang besar untuk diagnosis yang lebih akurat. Meski masih menghadapi tantangan seperti biaya dan penguasaan teknologi, kolaborasi antara industri, akademisi, dan pemerintah bisa mempercepat adopsinya.