Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Mengapa AI Belum Bisa Dijadikan Sumber Informasi Utama

ilustrasi ChatGPT (pexels.com/Sanket Mishra)
ilustrasi ChatGPT (pexels.com/Sanket Mishra)
Intinya sih...
  • Output berasal dari prediksi bahasa bukan pemahaman fakta. Model AI menghasilkan jawaban berdasarkan pola teks yang dipelajari, tidak melakukan verifikasi data.
  • Informasi yang diberikan sering tidak mutakhir. Data AI memiliki batas waktu tertentu dan tidak selalu mencerminkan kondisi terbaru.
  • Bias data dapat memengaruhi isi jawaban. Setiap model AI dibangun dari data internet dan publikasi terbuka sehingga sulit untuk menghindari bias.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perkembangan AI membuat proses mencari informasi terasa lebih cepat dan praktis. Banyak orang mulai menjadikannya tempat pertama untuk menemukan jawaban karena responnya ringkas dan mudah dipahami. Kondisi ini menciptakan anggapan bahwa AI dapat menggantikan sumber informasi lain yang mungkin

Namun kemampuan AI tidak sepenuhnya dapat diandalkan sebagai sumber utama. Sistemnya bekerja dengan cara memprediksi pola bahasa, bukan menilai kebenaran fakta secara langsung. Berikut empat alasan utama mengapa informasi dari AI tetap perlu dikombinasikan dengan sumber lain yang lebih valid.lebih kredibel.

1. Output berasal dari prediksi bahasa bukan pemahaman fakta

ilustrasi menggunakan ai (pexels.com/Matheus Bertelli)
ilustrasi menggunakan ai (pexels.com/Matheus Bertelli)

Model AI menghasilkan jawaban berdasarkan pola teks yang pernah dipelajari. Sistemnya tidak melakukan verifikasi data seperti peneliti ataupun jurnalis sehingga akurasi informasi sering bergantung pada kualitas data pelatihan. Kondisi ini dapat menyebabkan munculnya jawaban yang terdengar meyakinkan tetapi tidak sepenuhnya tepat terutama pada topik yang sangat spesifik.

Ketika sebuah pertanyaan berkaitan dengan topik teknis, hasil prediksi bisa meleset karena model tidak memahami konteks secara mendalam. Jawaban yang diberikan hanya mengikuti struktur kalimat yang dinilai paling mungkin muncul dalam data yang pernah diproses. Oleh karena itu, kita perlu melakukan pengecekan silang agar tidak terjebak pada informasi yang keliru dan menimbulkan salah tafsir.

2. Informasi yang diberikan sering tidak mutakhir

ilustrasi melakukan update (freepik.com/rawpixel)
ilustrasi melakukan update (freepik.com/rawpixel)

Data yang digunakan AI memiliki batas waktu tertentu sehingga tidak selalu mencerminkan kondisi terbaru. Situasi ini menjadi masalah pada bidang yang berubah cepat seperti teknologi, kebijakan publik, ekonomi, atau kesehatan yang bergerak dengan ritme dinamis. Jawaban yang dianggap benar bisa saja sudah tidak relevan ketika dibaca beberapa bulan kemudian dan berpotensi menimbulkan salah paham.

Model AI juga tidak selalu mengetahui informasi yang baru dirilis karena tidak terhubung secara langsung dengan basis data real time. Kekosongan ini menimbulkan gap antara jawaban sistem dengan fakta terkini yang terus berkembang di lapangan. Pembaca yang tidak menyadari perbedaan tersebut mungkin mengambil keputusan berdasarkan informasi yang sudah lama dan tidak lagi relevan.

3. Bias data dapat memengaruhi isi jawaban

ilustrasi analisis data
ilustrasi analisis data (pexels.com/Gustavo Fring)

Setiap model AI dibangun dari data yang berasal dari internet dan publikasi terbuka sehingga sulit untuk menghindari bias. Bias muncul dari dominasi budaya tertentu, cara penulisan tertentu, atau keterbatasan representasi sumber data yang tidak selalu merata. Jawaban yang diberikan bisa tampak objektif tetapi mungkin saja membawa sudut pandang yang tidak seimbang terutama pada tema yang sensitif.

Bias semacam ini berpotensi memengaruhi cara kita memahami isu sosial, politik, atau budaya dalam berbagai konteks. Ketika sistem menampilkan pola yang tidak mencerminkan keragaman perspektif maka pemahaman kita akan menjadi sempit dan mudah dipengaruhi narasi tunggal. Validasi dari berbagai referensi tetap diperlukan agar gambaran situasi lebih menyeluruh serta tidak menimbulkan interpretasi yang keliru.

4. Tidak semua penjelasan dapat menggantikan sumber ilmiah

ilustrasi buku
ilustrasi buku (pexels.com/Pixabay)

Model AI mampu menyederhanakan konsep tetapi tidak dapat menggantikan metode penelitian yang mengikuti standar ilmiah. Informasi ilmiah memerlukan rujukan jelas, proses evaluasi, dan bukti yang dapat diuji ulang. Sebagian besar jawaban AI tidak memiliki mekanisme pembuktian sehingga tidak bisa digunakan sebagai landasan keputusan yang bersifat kritis.

Pada topik kesehatan, hukum, dan keuangan, informasi yang salah dapat membawa risiko yang besar. Sistem mungkin menyampaikan penjelasan yang masuk akal tetapi tidak berlandaskan penelitian valid. Pemahaman yang akurat hanya dapat diperoleh melalui sumber ilmiah yang telah melewati proses peninjauan.

AI dapat membantu mempercepat proses belajar tetapi tidak dapat berdiri sendiri sebagai sumber utama. Sistem ini tetap memerlukan pendamping berupa literatur yang kredibel, laporan resmi, dan penelitian terbaru. Kombinasi beberapa jenis sumber memberikan pemahaman yang lebih seimbang dan aman untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Tech

See More

7 Game Simulasi dengan Mode Cerita Terbaik

10 Des 2025, 17:40 WIBTech