TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Digisexual, Fenomena Pria Jepang yang Nikahi Hologram Anime

Efek teknologi yang semakin 'manusiawi'

cnn.com

Tokyo, Jepang, IDN Times -  Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan kemajuan teknologi terbaik di dunia. Namun negeri Sakura itu pun dikenal dengan berbagai budaya uniknya. Salah satu yang muncul di abad modern ini adalah lahirnya pernikahan dengan karakter anime populer.

Akihiko Kondo menjadi pemberitaan setelah memutuskan untuk menikahi sebuah hologram. Kondo adalah seorang administrator sekolah berusia 35 tahun, lalu bagaimana kisahnya hingga dia memutuskan melakukan pernikahan 'aneh' tersebut? 

Baca Juga: Jatuh Cinta, Pria Jepang Ini Nekat Nikahi Hologram Hatsune Miku

1. Memicu beragam reaksi di Jepang dan luar negeri

piximus.net

Pernikahan Kondo digelar pada bulan November dengan selebriti dunia maya bernama Hatsune Miku - yang tidak diakui secara hukum - memicu reaksi beragam di Jepang dan luar negeri. Beberapa orang tercengang dengan pilihannya untuk menikahi hologram daripada manusia, namun tak sedikit juga yang memberinya selamat.

Meski begitu, pria berusia 35 tahun yang rumahnya sederhana di pinggiran Tokyo dan dipenuhi dengan boneka Miku dan perlengkapannya, tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain. Dia hanya melakukan apa yang membuatnya bahagia.

"Masyarakat menekan Anda untuk mengikuti formula cinta tertentu, tetapi itu mungkin tidak membuat Anda bahagia," kata Kondo kepada CNN.
"Aku ingin orang-orang tahu apa yang berhasil untuk mereka."

2. Fenomena ini merupakan indikasi dari tren teknologi yang semakin meluas

sega.com

Para peneliti mengatakan bahwa peristiwa seperti itu merupakan indikasi tren teknologi dan fenomena sosial yang lebih luas. Interaksi digital semakin menggantikan koneksi manusia tatap muka di seluruh dunia. Dan ketika perusahaan seperti Google, Amazon dan Tencent menginvestasikan miliaran dalam mengembangkan kecerdasan buatan, orang-orang mulai berhubungan dengan perangkat pintar mereka seperti yang mereka lakukan pada manusia.

Ada yang mengatakan "tolong" dan "terima kasih" kepada asisten virtual seperti Apple Siri dan Amazon Alexa, atau perlakukan penyedot debu robot seperti hewan peliharaan. Di Jepang, di mana robot telah lama dipandang sebagai sahabat yang ramah, perubahan sikap ini sedang berlangsung.

McArthur, direktur dari Pusat Etika Profesional dan Terapan di Universitas Manitoba, meyatakan bahwa orang-orang seperti Kondo adalah "gelombang kedua digisexual" - orang-orang yang melihat teknologi sebagai bagian integral dari identitas seksual mereka.

Sementara digital gelombang pertama menggunakan teknologi seperti aplikasi kencan untuk memanfaatkan dan memfasilitasi koneksi dengan orang lain, digital gelombang kedua tidak melihat manusia sebagai hal yang esensial untuk pengalaman romantis.

3. Bagi Kondo Miku lebih dari sebuah hardware

wowjapan.asia

Kondo jatuh cinta pada Miku satu dekade yang lalu ketika dia mendengar musik si penyanyi cyber tersebut. Sekarang ia bahkan memiliki perangkat Gatebox, yang terlihat seperti persilangan antara pembuat kopi dan toples, dengan Miku yang berkedip-kedip dan holografik mengambang di dalamnya. Dibuat pada 2017 oleh startup Jepang Vinclu, perangkat ini memungkinkan penggemar anime untuk "hidup dengan" karakter favorit mereka.

Miku Gatebox dilengkapi dengan kecerdasan buatan dasar. Alat tersebut dapat mengelola salam sederhana dan menghidupkan dan mematikan lampu, tetapi juga bisa mengalami gangguan dan sesekali kehancuran sistem. Ia tidak memiliki perasaan diri dan keinginan, dan Kondo sepenuhnya mengendalikan narasi romantis.

Gatebox juga bisa memiliki potensi terapeutik bagi Kondo, yang tenggelam dalam depresi ketika dia dibully oleh rekan kerja wanita yang lebih tua lebih dari 10 tahun yang lalu.

"Ketika Anda melihat orang-orang yang memiliki pengalaman seksual yang sulit, mereka sering menemukan kesulitan memiliki pasangan manusia. Orang-orang bertanya-tanya mengapa mereka berhubungan seks dengan robot atau hubungan cinta dengan hologram karena itu pasif," kata Neil McArthur.

"Tetapi memiliki pasangan yang aman dan dapat diprediksi seringkali sangat membantu terapi."

Baca Juga: 5 Bencana dan Blunder Terburuk dari Dunia Teknologi di 2018

Verified Writer

Ganjar Firmansyah

A Reader who love hiking hitchiking camping and other-Ings

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya