TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Tips Melindungi Anak dari Bahaya Penggunaan Internet, Catat!

Orang tua harus lebih waspada

ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/Alexander Dummer)

Ada banyak bahaya dari dunia online yang mengintai anak-anak. Seiring dengan musim semester sekolah yang baru-baru ini kembali dimulai, para orang tua tentunya harus lebih berhati-hati dengan aktivitas online buah hati mereka.

Dalam postingan di blog Kaspersky, Lance Spitzner dari SANS Institute merangkum tiga ancaman utama bagi anak-anak yang tumbuh di dunia terhubung dengan internet. 3 bahaya tersebut termasuk:

  • Orang asing: predator seksual, sextortion, penipuan. 
  • Teman: cyberbullying, prank, sextortion, contoh buruk. 
  • Diri sendiri: berbagi berlebihan, sexting, intimidasi, mengunduh/membagikan konten ilegal. 

Menjadi tugas orang tua untuk memastikan anak-anak mereka dapat terhindar dari ancaman-ancaman tersebut. Berikut 6 tips dari Kaspersky untuk para orang tua agar anak aman dari bahaya internet. 

1. Berkomunikasi secara rutin dengan anak-anak

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/alex-green)

Dalam Kaspersky’s Family Campaign Report September 2019, perusahaan cybersecurity tersebut menyurvei 8.793 orang tua dari anak-anak berusia antara 7 dan
12 tahun.

Survey tersebut melaporkan 58% orang tua mengaku menghabiskan total kurang dari 30 menit untuk membicarakan tentang keamanan internet. Hanya 11% mengatakan mereka telah menghabiskan lebih dari dua jam berbicara dengan anak-anak mereka tentang bahaya menggunakan internet.

Psikolog Emma Kenny merekomendasikan untuk menghabiskan sepuluh menit setiap hari sebelum tidur untuk mendiskusikan keseharian anak, termasuk aktivitas online mereka. Minta anak-anak untuk berbagi tentang hal positif dan negatif yang mereka temui secara online.

2. Mengedukasi diri sendiri dan anak-anak

Ilustrasi menggunakan HP(pexels.com/Andrea Piacquadio)

Orang tua akan merasa lebih percaya diri berbicara dengan anak tentang dunia maya jika mereka bisa memahaminya. Luangkan waktu untuk membaca tentang tren, game, dan saluran populer untuk memahami dampaknya pada anak.

Diskusikan teknologi dan potensi bahayanya dengan mereka. Ini termasuk bermain dan meminta mereka membantu membuat akun media sosial. Ini menunjukkan bahwa orang tua mempercayai anak sebagai guru dan memberikan rasa saling percaya.

Baca Juga: Kejahatan Siber Meningkat, Waspada Serangan Phishing

3. Bangun ruang yang aman bagi anak

Situasi yang ideal adalah saat orang tua sadar ada hal yang membaut anak mereka merasa tidak nyaman, terancam, atau tidak bahagia. Jika anak mengalami cyberbully, atasi hal tersebut seperti halnya mengatasi b di bullying nyata.

Dorong anak untuk terbuka dan berbicara dengan orang dewasa yang mereka bisa percaya. Dengan begitu, orang tua bisa mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalah yang dialami anak serta dampak yang mereka rasakan.

4. Bikin peraturan untuk penggunaan teknologi

ilustrasi penggunaan smartphone (pexels.com/Igor Meghega)

Buat peraturan yang jelas berdasarkan usia anak terkait apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan saat online. Jelaskan mengapa peraturan tersebut dibuat serta konsekuensi dari penyalahgunaan teknologi.

Contohnya adalah berbagi foto secara online. Pastikan anak mengetahui bahwa membagikan foto mereka secara online dapat membahayakan masa depan mereka. Dengan begitu, mereka bisa memahami pentingnya peraturan yang orang tua buat.

5. Gunakan sumber daya yang tersedia

Orang tua tentunya tidak bisa mengawasi anak mereka setiap saat. langkah cerdas yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan perangkat lunak kontrol orang tua.

Fitur tersebut umumnya menawarkan berbagai macam kemudahan untuk memantau aktivitas anak. Orang tua bisa menetapkan diterima—berapa lama (dan kapan) mereka dapat menghabiskan waktu online, konten apa yang harus diblokir, atau jenis aktivitas apa yang harus diblokir.

Filter kontrol orang tua dapat dikonfigurasi untuk profil komputer yang berbeda, sehingga memungkinkan orang tua menyesuaikan filter untuk anak yang berbeda.

Baca Juga: Serangan Siber Berbasis AI Diramalkan Meningkat di Tahun 2023

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya