Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Biometrik? Berikut Jenis hingga Cara Kerjanya

ilustrasi orang yang menggunakan sidik jari di HP (unsplash.com/Onur Binay)

Pernah gak kamu buka HP pakai sidik jari atau wajah? Nah, teknologi yang kamu pakai itu namanya biometrik, lho. Teknologi ini makin marak digunakan di mana-mana, mulai dari sistem keamanan ponsel, bandara, hingga absensi kantor.

Namun, sebenarnya apa itu biometrik? Apakah teknologi ini bisa bantu mengamankan data atau justru sebaliknya? Berikut pembahasan mengenai pengertian biometrik hingga cara kerja dan perkembangannya di dunia teknologi.

Apa itu biometrik?

Biometrik adalah metode identifikasi dan verifikasi identitas seseorang dengan mengukur serta menganalisis karakteristik fisik atau perilaku unik individu. Pengukurannya dilakukan menggunakan sidik jari, wajah, iris mata, suara, dan lain-lain.

Teknologi ini klaimnya menawarkan keamanan tinggi karena memanfaatkan ciri khas yang sulit ditiru atau dipalsukan oleh orang lain. Sistem ini pun dinilai sangat personal karena setiap orang punya karakteristik biologis yang berbeda-beda. Itulah kenapa biometrik dinilai lebih aman dan efisien dibanding metode keamanan konvensional.

Sejarah dan perkembangan biometrik

Sejarah biometrik dimulai sejak zaman kuno, ketika Kaisar Ts’In She dari China pada abad ke-2 SM menggunakan sidik jari untuk mengesahkan dokumen penting. Lama berselang, pada abad ke-19, William James Herschel memperkenalkan penggunaan sidik jari dalam dokumen bisnis di India. Sementara itu, Alphonse Bertillon pada 1870 mengembangkan metode antropometri untuk identifikasi kriminal sebelum akhirnya digantikan oleh sistem sidik jari yang lebih akurat.

Pada akhir abad ke-19, Francis Galton melakukan penelitian mendalam tentang sidik jari, dan Edward Henry mengembangkan sistem klasifikasinya. Sistem ini kemudian menjadi standar identifikasi di kepolisian di seluruh dunia. Memasuki abad ke-20, kemunculan komputer memungkinkan penyimpanan dan pencocokan data biometrik secara otomatis yang memperluas penerapan biometrik.

Saat ini, teknologi biometrik tidak hanya mencakup sidik jari, tetapi juga pengenalan wajah, iris, suara, hingga analisis DNA. Penggunaannya meluas ke berbagai bidang seperti keamanan perangkat elektronik, absensi, pembayaran digital, dan layanan publik seperti e-KTP di Indonesia.

Jenis-jenis data biometrik

ilustrasi teknologi biometrik menggunakan layar virtual untuk memindai sidik jari (freepik.com/rawpixel.com)

Ada dua jenis biometrik yang biasa digunakan. Berikut penjelasan detail mengenai jenis-jenisnya. 

1. Biometrik fisiologis

Biometrik ini berdasarkan ciri-ciri fisik tubuh seseorang yang bersifat unik dan tetap sepanjang hidupnya. Berikut beberapa contohnya:

  • Sidik jari

Setiap orang memiliki pola sidik jari berbeda, bahkan anak kembar identik sekalipun.  Teknologi ini paling sering digunakan di smartphone dan sistem absensi.

  • Wajah

Sistem ini mengenali struktur tulang wajah, jarak antar mata, bentuk hidung, dan kontur lainnya. Biasanya ini digunakan dalam fitur Face ID atau CCTV canggih.

  • Retina atau iris mata

Retina dan iris memiliki pola pembuluh darah dan warna yang sangat khas. Penggunaannya dinilai sangat akurat. Tak heran, jika  teknologi ini sering dipakai pada sistem keamanan tingkat tinggi, misalnya di boarding gate bandara atau fasilitas militer.

  • Bentuk tangan

Teknologi ini memindai dimensi tangan dan jari. Penggunaannya biasanya di pintu akses suatu tempat atau lingkungan kerja khusus.

  • DNA

Ini adalah bentuk biometrik paling akurat dan banyak digunakan dalam dunia forensik. Namun, proses pengambilan dan pencocokannya memakan waktu dan biaya besar.

2. Biometrik perilaku

Biometrik ini mengenali pola kebiasaan atau perilaku seseorang yang sulit ditiru oleh orang lain. Meski bersifat lebih fleksibel, teknologi ini tetap kuat dalam mengidentifikasi identitas seseorang. Adapun bentuknya berupa beberapa hal berikut:

  • Suara

Sistem mengenali nada, intonasi, dan cara seseorang mengucapkan kata. Metode ini cocok digunakan dalam layanan pelanggan atau asisten virtual.

  • Gaya berjalan

Setiap orang punya cara jalan unik berdasarkan postur tubuh dan langkah kaki. Teknologi ini bisa dipakai untuk keamanan tanpa kontak fisik langsung.

  • Cara mengetik

Cara mengetik, mulai dari kecepatan, tekanan tombol, dan jeda antar huruf juga bisa jadi identitas digital yang unik, lho. Biasanya metode ini digunakan untuk pendeteksian penipuan online.

Cara kerja sistem biometrik

Cara kerja sistem biometrik ini sebetulnya cukup panjang. Untuk penjelasan detailnya, simak berikut ini. 

1. Pendaftaran atau enrollment

Individu melakukan pendaftaran data biometrik, misalnya dengan memindai sidik jari, wajah, atau iris mata menggunakan alat khusus. Data yang dikumpulkan diubah menjadi format digital dan disimpan dalam database sebagai template referensi.

2. Ekstraksi dan pembuatan template

Sistem mengekstrak fitur-fitur unik dari data biometrik (misal pola sidik jari, kontur wajah, atau pola iris). Hasil ekstraksi ini dijadikan template digital yang mewakili ciri khas individu tersebut.

3. Penyimpanan data

Template biometrik yang telah dibuat disimpan dalam database dengan sistem keamanan tinggi. Biasanya dalam bentuk terenkripsi.

4. Pengambilan data ulang atau verifikasi

Ketika individu ingin mengakses sistem, mereka perlu melakukan pemindaian ulang biometrik menggunakan alat yang sama. Nah, data biometrik baru ini diubah menjadi data digital.

5. Pencocokan dan verifikasi

Sistem membandingkan data biometrik yang baru diambil dengan template dalam database. Jika data cocok, akses diberikan. Namun, jika tidak, akses ditolak. 

Kelebihan dan kekurangan

ilustrasi keamanan siber (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Memang jika dilihat dari jenis, cara kerja, dan perkembangkan biometrik, teknologi ini memiliki prospek yang sangat bagus. Namun, biometrik juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu kamu ketahui, berikut detailnya.

  • Kelebihan biometrik

Kelebihan utama biometrik terletak pada tingkat keamanan dan akurasi yang tinggi karena menggunakan karakteristik unik setiap individu sehingga sangat sulit dipalsukan atau disalahgunakan. Proses verifikasi juga sangat praktis dan cepat, cukup dengan melakukan scan tanpa perlu mengingat password atau membawa kartu akses. Selain itu, data biometrik melekat pada tubuh sehingga tidak bisa dipindahkan atau dipinjamkan ke orang lain, menambah lapisan keamanan.

Dari segi efisiensi, setelah sistem biometrik terpasang, biaya operasional cenderung lebih rendah dibandingkan sistem keamanan tradisional karena tidak perlu sering mengganti password atau kartu akses. Penggunaan biometrik juga meningkatkan kepuasan pengguna karena prosesnya yang cepat dan mudah. 

  • Kekurangan biometrik

Salah satu kekurangan biometrik adalah masalah privasi dan keamanan data, karena data biometrik sangat sensitif dan tidak bisa diubah jika bocor. Sistem ini juga dapat mengalami kesalahan identifikasi, baik menerima orang yang salah maupun menolak orang yang benar, terutama jika terjadi perubahan fisik. Selain itu, biaya awal pemasangan dan pengelolaan sistem biometrik cukup tinggi.

Ketergantungan pada teknologi juga menjadi tantangan, sebab kerusakan perangkat dapat mengganggu proses verifikasi. Penggunaan biometrik menimbulkan pertanyaan etis dan harus mematuhi regulasi perlindungan data yang ketat. Akurasi sistem pun bisa dipengaruhi oleh perubahan fisik, kualitas alat, atau kondisi lingkungan tertentu.

Risiko dan isu keamanan biometrik

Risiko utama biometrik terletak pada keamanan dan privasi data yang dikumpulkan. Jika data biometrik bocor, seperti sidik jari atau wajah, data tersebut tidak bisa diganti seperti password.

Jadi, dapat dikatakan bahwa bahaya data biometrik sebenarnya muncul dari siapa yang menyimpan dan mengelolanya. Selain itu, seberapa baik keamanannya dijaga juga turut berpengaruh. 

Lebih lanjut, pengambilan data biometrik sendiri sebenarnya tidak masalah dan punya banyak keuntungan, contohnya kemudahan autentikasi. Namun, jika data biometrik tidak diamankan dengan baik, potensi penyalahgunaan sangat besar. 

Data tersebut bisa saja digunakan untuk pencurian identitas. Selain itu, isu privasi juga muncul jika data digunakan tanpa izin atau disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Bagaimana cara melindungi data biometrik?

Untuk melindungi data biometrik, langkah pertama bisa dilakukan melalui enkripsi saat menyimpannya. Dengan begitu, data bisa tetap aman jika terjadi akses tidak sah.

Selain itu, baiknya sistem juga menggunakan autentikasi berlapis, seperti menggabungkan biometrik dengan password atau token fisik. Dengan cara ini, keamanan data menjadi lebih kuat dan sulit ditembus.

Tak kalah penting, batasi pula siapa saja yang bisa mengakses data biometrik dan pastikan hanya pihak berwenang yang memiliki izin. Pengujian dan evaluasi sistem secara berkala serta pelatihan dan kesadaran pengguna pun diperlukan untuk mencegah kesalahan dan kebocoran data.

Intinya, bahaya data biometrik bukan pada proses pengambilannya. Melainkan bagaimana data tersebut disimpan, siapa yang mengelola, dan seberapa kuat sistem keamanannya. Jika data jatuh ke tangan yang salah, potensi penyalahgunaannya sangat besar.

Itulah pengertian apa itu biometrik hingga kelebihan dan kekurangannya. Biometrik memang memudahkan hidup, tapi ini juga bisa berbahaya. Pasalnya, sekali data bocor, bisa jadi masalah panjang. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Zaki Narayan Satria
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us