Gelaran Google AI untuk Indonesia Emas di Jakarta, Senin (03/06/2024) (IDN Times/Misrohatun)
Tidak dapat dipungkiri bahwa pesatnya perkembangan AI akan menggeser kebutuhan skill dan jenis pekerjaan, terlihat dari proyeksi hilangnya 83 juta pekerjaan dan kemunculan 69 juta pekerjaan baru, karena AI dan mesin learning serta kebutuhan literasi teknologi yang semakin krusial.
"Oleh karenanya penting untuk membangun keterampilan AI dan kemampuan berpikir kritis, baik melalui pelatihan keterampilan mapun platform pembelajaran online, workshop dan kolaborasi antara lembaga pendidikan dan industri," kata Budi Arie.
Merespons kondisi tersebut, berbagai organisasi internasional dan negara telah mulai menyusun tata kelola AI, termasuk negara kita. Indonesia percaya bahwa tata kelola pengembangan AI harus berdasarkan prinsip transfer teknologi dan knowledge. Hal ini memungkinkan Indonesia dan negara berkembang lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam rantai pasokan AI global.
"Jadi tidak hanya terbatas sebagai pengguna atau followers saja. Karena itu lah pengembangan AI perlu berlandasakan pada tiga aspek, yaitu people yang menekankan pada penyiapan SDM ahli untuk pemberdayaan kemajuan masyarakat, policy berupa kebijakan untuk memastikan ekosistem AI yang aman dan produktif serta platform yang mendorong kolaborasi bagi para pemangku kepentingan untuk menghadirkan ekosistem AI yang inklusif," imbuh Budi Arie.
Dia juga turut mengapresiasi berbagai inisitif kerja sama Google. Budi Arie berharap ada lebih banyak lagi kerja sama dan inisiatif dalam pengembangan kapasitas serta produksi pengetahuan antar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Google.