Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi deepfake (freepik.com/freepik
ilustrasi deepfake (freepik.com/freepik

Intinya sih...

  • Gerakan mata tidak alami, sulit mereplikasi kedipan atau gerakan secara realistis
  • Ekspresi wajah kaku dan tidak konsisten, kesulitan menyatukan elemen wajah agar bergerak harmonis
  • Ketidaksesuaian suara dan gerakan bibir, suara terasa robotik atau datar, sintetis suara belum mampu mereplikasi intonasi manusia

Di era digital yang semakin canggih, teknologi deepfake kini menjadi fenomena yang cukup meresahkan. Deepfake merupakan rekayasa video atau gambar yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengubah wajah atau suara seseorang agar terlihat seperti orang lain. Meski awalnya dikembangkan untuk kepentingan hiburan dan film, teknologi ini kini juga kerap digunakan untuk tujuan negatif seperti penipuan, fitnah, hingga penyebaran berita palsu.

Mendeteksi deepfake memang bukan perkara mudah, apalagi jika teknologi yang digunakan sudah sangat canggih. Namun, masih ada beberapa tanda dan langkah sederhana yang bisa digunakan oleh orang awam untuk mengidentifikasinya. Berikut lima langkah mudah yang bisa kamu lakukan untuk mendeteksi apakah seseorang menggunakan aplikasi deepfake atau tidak.

1. Perhatikan gerakan mata dan ekspresi wajah

ilustrasi mata (pexels.com/jane)

Salah satu ciri khas dari video deepfake adalah gerakan mata yang tidak alami. Pada umumnya, video deepfake sulit mereplikasi kedipan atau gerakan mata secara realistis. Mata mungkin akan tampak tidak berkedip sama sekali, berkedip terlalu cepat, atau bahkan berkedip tidak sinkron dengan ekspresi wajah secara keseluruhan.

Selain itu, ekspresi wajah pada video deepfake kadang terlihat kaku dan tidak konsisten. Misalnya, saat seseorang tertawa, bagian wajah lain seperti mata atau pipi tidak bergerak sesuai reaksi normal manusia. AI masih kesulitan untuk menyatukan seluruh elemen wajah agar bergerak harmonis, terutama dalam kondisi pencahayaan yang tidak ideal.

2. Periksa detail wajah

ilustrasi deepfake (pexels.com/kaboompics)

Deepfake sering kali gagal meniru bagian-bagian kecil dan kompleks dari wajah manusia, seperti garis rambut, kontur rahang, atau tekstur kulit. Saat kamu menonton video atau melihat gambar yang dicurigai, coba perhatikan bagian-bagian seperti telinga, leher, atau garis batas antara wajah dan rambut. Jika terlihat buram, tidak simetris, atau tampak seperti 'menempel', kemungkinan besar video tersebut sudah dimanipulasi.

AI biasanya memusatkan perhatian pada wajah bagian tengah (mata, hidung, mulut), sehingga bagian pinggir sering terlihat tidak alami. Seringkali tekstur kulit yang terlihat terlalu halus atau sebaliknya terlalu kabur juga bisa menjadi indikator. Ini menunjukkan bahwa detail wajah tersebut bukan asli atau telah dirender ulang oleh program deepfake.

3. Amati sikronisasi suara dan bibir

ilustrasi tidak bersuara (pexels.com/kaboompics)

Salah satu kelemahan paling mudah dikenali dari video deepfake adalah ketidaksesuaian antara suara dan gerakan bibir. Meski teknologi lip-sync semakin berkembang, deepfake masih kesulitan mencocokkan suara dengan gerakan bibir secara presisi, terutama saat seseorang berbicara cepat atau dalam kalimat yang kompleks. Jika kamu melihat perbedaan antara suara dan ekspresi bibir, bisa jadi itu adalah video palsu.

Lebih lanjut, suara yang digunakan dalam video deepfake kadang terasa seperti robotik atau terlalu datar. Ini karena teknologi sintetis suara belum sepenuhnya mampu mereplikasi intonasi, nada, dan emosi manusia secara alami. Selain memperhatikan gerakan bibir, dengarkan pula bagaimana intonasi dan respons suara terdengar. Bila tidak sinkron atau terasa "kosong", kamu patut mencurigainya.

4. Gunakan alat deteksi deepfake online

Pendeteksi deepfake online (scanner.deepware.ai/deepware

Kini sudah tersedia berbagai alat atau situs online yang dirancang khusus untuk mendeteksi apakah sebuah video atau gambar adalah hasil deepfake. Beberapa di antaranya, seperti Deepware Scanner, Sensity AI, dan Microsoft Video Authenticator. Kamu cukup mengunggah konten yang mencurigakan, lalu sistem akan memindai elemen digital yang tidak sesuai dengan standar video asli. Meski tidak 100 persen akurat, alat seperti ini sangat membantu sebagai pemeriksaan awal terutama jika kamu tidak punya kemampuan teknis yang tinggi. Apalagi, kemajuan teknologi yang terus berlanjut bikin layanan seperti ini juga semakin ditingkatkan dari waktu ke waktu untuk mengenali manipulasi yang lebih kompleks.

5. Cek sumber video dengan teliti

ilustrasi bertatap muka (pexels.com/kaboompics)

Langkah terakhir yang tidak kalah penting adalah memeriksa sumber dari konten tersebut. Banyak video deepfake disebarkan di platform tidak resmi, akun palsu, atau situs yang tidak memiliki reputasi baik. Jika kamu menemukan video mencurigakan di media sosial, coba telusuri dari mana asal video tersebut, siapa yang membagikan, dan apakah ada berita resmi atau sumber kredibel yang memverifikasinya.

Selain itu, kamu juga bisa membandingkan video tersebut dengan rekaman asli dari orang yang bersangkutan jika tersedia. Deepfake sering digunakan untuk memfitnah tokoh publik. Jadi, periksa apakah orang tersebut benar-benar pernah mengucapkan pernyataan seperti dalam video. Jangan hanya percaya karena terlihat meyakinkan karena kemampuan manipulasi kini sudah sangat mengkhawatirkan dan bisa memicu hoaks yang membahayakan.

Deepfake menjadi ancaman nyata di era tren digital yang serba cepat dan terbuka. Video atau gambar yang dimanipulasi bukan hanya merusak reputasi seseorang, tetapi juga berpotensi menyebarkan kebohongan yang sulit dikoreksi. Kemampuan untuk mengenali tanda-tanda manipulasi menjadi penting, terutama bagi masyarakat awam yang bisa menjadi korban informasi palsu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team