Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Cara Melindungi Diri dari Serangan Deepfake?

ilustrasi hacker (Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi hacker (Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
Intinya sih...
  • Batasi data diri dan atur privasi media sosial agar hanya orang yang kamu percayai bisa melihat konten atau informasi yang kamu bagikan.
  • Manfaatkan pengaturan privasi di berbagai situs untuk mengontrol siapa saja yang bisa mengakses informasi terkait kamu, serta tambahkan watermark digital pada kontenmu.
  • Buat kata sandi rahasia dengan keluarga, verifikasi kembali identitas penelepon sebelum membagikan informasi pribadi, dan gunakan Multi-Factor Authentication (MFA) untuk akun online.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Teknologi dibuat seharusnya untuk menguntungkan atau mempermudah pekerjaan para penggunanya. Namun, jika di tangan yang salah, fungsi dari teknologi ini justru bisa membuat kerugian besar bagi banyak orang. Salah satu contoh yang bisa dirasakan dari dampak penyalahgunaan teknologi sekarang ini ialah deepfake.

Deepfake adalah teknologi yang menggunakan AI (kecerdasan buatan) untuk memanipulasi visual dan audio yang bisa membuat seolah-olah seseorang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Salah satu dari banyaknya kasus kejahatan deepfake yang mungkin masih teringat adalah dari seorang perempuan Prancis yang ditipu oleh Brad Pitt versi palsu. Akibat dari insiden ini, perempuan tersebut harus kehilangan uangnya sebesar Rp13 miliar. Untuk mengantisipasi hal serupa terjadi, beberapa cara melindungi diri dari serangan deepfake berikut ini bisa dilakukan.

1. Hati-hati membagikan informasi pribadi secara online

ilustrasi menggunakan media sosial (Unsplash.com/Nathan Dumlao)
ilustrasi menggunakan media sosial (Unsplash.com/Nathan Dumlao)

Coba batasi jumlah data tentang diri kamu, termasuk foto atau video berkualitas tinggi, karena bisa disalahgunakan untuk membuat deepfake. Atur privasi media sosial agar hanya orang yang kamu percayai bisa melihat konten atau informasi yang kamu bagikan. Selain itu, menerima permintaan pertemanan atau pengikut dari orang yang benar-benar dikenal dan dipercayai juga akan membuat lebih aman dalam memberikan informasi.

2. Aktifkan pengaturan privasi yang ketat

ilustrasi membuka Instagram (Pexels.com/Shutter Speed)
ilustrasi membuka Instagram (Pexels.com/Shutter Speed)

Manfaatkan pengaturan privasi di berbagai situs untuk mengontrol siapa saja yang bisa mengakses informasi terkait kamu. Misalnya, situs penyimpanan foto, batasi akses foto, video, dan data sensitif lainnya untuk bisa dilihat orang. Semakin sedikit informasi yang tersedia secara publik, semakin kecil pula peluang pelaku deepfake untuk mendapatkan bahan.

3. Menggunakan watermark atau cap di foto

ilustrasi menggunakan stempel (Pexels.com/Anna Tarazevich)
ilustrasi menggunakan stempel (Pexels.com/Anna Tarazevich)

Ketika upload foto atau video, coba tambahkan watermark digital (tanda atau logo kecil) pada kontenmu. Ini akan membuat orang lain susah untuk memakai foto atau video kamu untuk membuat deepfake, karena kontennya lebih mudah dilacak dan dikenali sebagai milikmu.

4. Memakai kata sandi khusus untuk keluarga

ilustrasi sedang menelpon (Pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi sedang menelpon (Pexels.com/Anna Shvets)

Semakin canggih zaman, semakin pintar pula penipu untuk melabui korbannya. Kini, pelaku yang menggunakan deepfake bisa meniru suara seseorang baik anggota keluarga lewat pesan teks, telepon, bahkan video, untuk meminta uang.

Oleh karena itu, Jamie Rossato, kepala keamanan informasi CSIRO, menyarankan membuat kata sandi rahasia yang hanya diketahui oleh keluarga dan tidak mudah ditebak untuk memverifikasi dengan siapa kamu berbicara. “Kalau anak saya minta uang, saya tidak akan mentransfer apa pun kalau mereka tidak menyebutkan kata sandi khusus kami,” ujarnya.

5. Validasi kembali identitas penelpon

ilustrasi sedang berbicara lewat hp (Pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi sedang berbicara lewat hp (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dengan AI yang bisa menirukan suara, penjahat bisa terdengar seperti perwakilan dari bank atau lembaga resmi untuk mencuri uang kamu. Karena itu, verifikasi kembali identitas penelepon sebelum membagikan informasi pribadi. Hubungi kembali nomor resmi mereka atau datang langsung ke kantor resminya jika dirasa ada yang janggal.

6. Mengaktifkan multi-factor authentication (MFA)

ilustrasi menggunakan Facebook (unsplash.com/Austin Distel)
ilustrasi menggunakan Facebook (unsplash.com/Austin Distel)

MFA adalah sejenis sistem keamanan digital tambahan yang diperlukan untuk bisa masuk ke suatu akun. Biasanya, MFA memerlukan verifikasi tambahan, seperti pemindaian wajah, sidik jari atau memasukkan kode yang dikirim ke ponsel. Membuat MFA akan menciptakan lapisan keamanan ekstra pada akun dan membuat peretas akan jadi sulit untuk mengaksesnya. Alhasil, risiko pencurian data pribadi pun juga akan berkurang.

Memang tidak ada cara sempurna dalam untuk mencegah penipuan, tetapi setidaknya enam cara melindungi diri dari serangan deepfake yang sudah dijelaskan di atas bisa mencegah dari kejadian buruk tersebut. Pada akhirnya, kewaspadaan, tindakan preventif, dan literasi digital lah yang menjadi kunci utama untuk menjaga keamanan diri dari deepfake. Pahami ciri-ciri deepfake seperti pergerakan bibir yang tidak sinkron, ekspresi wajah yang kaku dan suara yang terdengar aneh atau robotik untuk mencegah dampak buruk dari deepfake.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us