Laporan State of AI 2024: Tren, Tantangan, dan Masa Depan AI

- Hanya 51% eksekutif teknologi menyatakan inisiatif AI mereka 'sangat berhasil', sementara 42% lainnya menyebutnya 'agak berhasil'
- Investasi AI terus meningkat, 25% responden mengindikasikan kenaikan investasi hingga 100% atau lebih
- 45% responden menyebut privasi data sebagai tantangan utama dalam adopsi AI, sementara 40% mengakui penggunaan teknologi lama dan kurangnya talenta berkualitas sebagai hambatan signifikan
Searce, perusahaan konsultan teknologi, baru saja merilis laporan State of AI 2024 pada Selasa (19/11/2024). Ini adalah sebuah survei terhadap 300 eksekutif teknologi senior dan C-suite, termasuk Chief AI Officer hingga Chief Digital Officer dari berbagai organisasi di Amerika Serikat dan Inggris.
Laporan ini membahas beberapa tren, kesuksesan, dan tantangan terbesar yang dihadapi bisnis. Ini termasuk hal-hal yang memengaruhi pengambilan keputusan, strategi, dan eksekusi mereka saat bereksplorasi untuk membuka pertumbuhan AI.
1. Keberhasilan inisiatif AI masih terbatas

Laporan State of AI 2024 mengungkap bahwa keberhasilan inisiatif AI di berbagai organisasi masih belum merata. Hanya 51% eksekutif teknologi yang menyatakan inisiatif AI mereka “sangat berhasil,” sementara 42% lainnya menyebutnya “agak berhasil.”
Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan belum sepenuhnya mampu memanfaatkan potensi AI secara optimal.
Bahkan, hanya 61% responden yang “sangat setuju” bahwa AI menjadi prioritas utama dalam strategi organisasi mereka. Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak akan pendekatan yang lebih strategis dan terukur dalam implementasi AI.
2. Investasi AI terus meningkat meski tantangan ROI masih ada
Meskipun tingkat keberhasilan masih belum memuaskan, anggaran untuk AI terus meningkat. Sebanyak 25% responden menyatakan bahwa investasi AI di perusahaan mereka akan naik lebih dari 50% pada tahun 2024 dan tahun-tahun mendatang. Sebagian kecil lainnya, sekitar 8%, bahkan mengindikasikan kenaikan investasi hingga 100% atau lebih.
Dari sisi alokasi dana, seperempat responden melaporkan bahwa perusahaan mereka akan menganggarkan $11-25 juta untuk inisiatif AI tahun ini, dengan 7% responden lainnya mengalokasikan lebih dari $25 juta.
Namun, Benedikta Satya, Country Director Searce Indonesia, mengingatkan bahwa alokasi dana besar tidak selalu sejalan dengan hasil yang signifikan tanpa tata kelola yang tepat dan visi yang jelas.
"Untuk benar-benar mendapatkan peningkatan ROI yang pasti, organisasi sebaiknya perlu melakukan pendekatan yang berpusat pada hasil yang didukung oleh tata kelola yang tepat, kerangka kerja yang terukur, dan proses manajemen yang berkesinambungan", ucapnya.
3. Tantangan utama dalam adopsi AI

Laporan State of AI 2024 menyoroti tiga kendala utama yang menghambat adopsi AI dalam bisnis. Masalah privasi data menjadi perhatian terbesar, dengan 45% responden menyebutnya sebagai tantangan utama.
Selain itu, penggunaan teknologi lama dan kurangnya talenta berkualitas masing-masing diakui oleh 40% responden sebagai hambatan signifikan.
Bene menekankan pentingnya mengidentifikasi dan mengatasi keterbatasan tersebut untuk memastikan jalur adopsi AI yang optimal.
"Setiap organisasi harus memahami permasalahan intinya sebelum merumuskan solusi yang tepat," ujarnya.
4. Kolaborasi sebagai solusi untuk mengatasi hambatan AI
Pendekatan strategis dan kolaboratif menjadi kunci untuk mengatasi hambatan dalam implementasi AI.
Bene menjelaskan pentingnya kolaborasi dengan mitra yang bisa membantu organisasi menemukan akar permasalahan mereka, baik dalam isu privasi data maupun teknologi lama.
Dengan solusi kreatif, seperti meningkatkan tata kelola data, organisasi bisa mengambil langkah yang tepat. Langkah ini, menurut Bene, tidak hanya membantu menyelesaikan masalah teknis tetapi juga memastikan adopsi AI yang menghasilkan manfaat nyata bagi bisnis.
5. GenAI menjadi fokus utama dalam proyek bisnis

Generative AI (GenAI) terus menjadi prioritas utama bagi banyak organisasi. Sebanyak 70% responden melaporkan bahwa mereka telah menjalankan setidaknya tiga proyek berbasis GenAI dalam produksi.
Teknologi ini banyak digunakan untuk mendukung berbagai area bisnis, terutama layanan pelanggan (68%), penelitian internal (60%), dan pembuatan konten (53%).
Popularitas GenAI mencerminkan peran strategisnya dalam mendorong inovasi dan efisiensi di berbagai sektor. Ini menjadikannya salah satu pilar utama dalam transformasi digital organisasi modern.
6. Mayoritas organisasi memilih membeli solusi AI daripada membangunnya

Sebanyak 63% organisasi lebih memilih membeli solusi AI yang sudah ada di pasar daripada membangun teknologi tersebut secara internal. Pendekatan ini memberikan efisiensi dalam memenuhi kebutuhan teknologi tanpa harus mengembangkan sistem dari nol.
Selain itu, 54% responden melaporkan bahwa mereka tidak hanya membeli solusi yang tersedia, tetapi juga bermitra dengan pihak eksternal untuk layanan pendukung.
Sebaliknya, hanya 9% organisasi yang sepenuhnya mengandalkan sumber daya internal setelah membeli solusi AI di pasar. Tren ini menunjukkan bahwa kolaborasi dengan penyedia teknologi eksternal menjadi strategi utama dalam mengintegrasikan AI ke dalam bisnis.
Laporan State of AI 2024 dari Searce memberikan wawasan berharga mengenai tren, tantangan, dan strategi yang diadopsi oleh organisasi. Dengan pendekatan yang tepat—baik melalui kolaborasi strategis maupun solusi pasar—AI memiliki potensi besar untuk mendorong inovasi dan efisiensi bisnis.