Penggunaan gadget disinyalir menjadi sumber distraksi yang memecah belah konsentrasi siswa ketika mengikuti pelajaran di kelas. Alih-alih memfokuskan perhatian pada materi pembelajaran, mereka justru lebih sering terpaku pada notifikasi yang masuk. Bahkan, intensitas penggunaan yang berlebihan dapat membuat siswa menjadi kurang responsif terhadap lingkungan sekitar dan sulit berkonsentrasi dalam memahami pelajaran.
Tenaga pendidik mungkin geram melihat tingkah laku siswa yang lebih sibuk menatap layar dibanding memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Tak heran bila performa akademik mereka pun menurun. Sementara interaksi sosial di lingkungan sekolah menjadi semakin berkurang.
Menyadari dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan, terutama di lingkungan sekolah, Pemerintah Prancis menerapkan kebijakan "Pause Numérique" atau 'rehat sejenak dari dunia digital' sebagai langkah eksperimental di berbagai sekolah dan perguruan tinggi sejak tahun ajaran 2024. Secara resmi, kebijakan ini akan diterapkan menyeluruh mulai Januari 2025.
Mengutip France Bleu, Menteri Pendidikan yang mengundurkan diri, Nicole Belloubet, mengumumkan bahwa "jeda digital" akan diuji coba di 199 institusi pendidikan percontohan sejak awal tahun ajaran 2024 yang mana mewajibkan siswa untuk meninggalkan HP mereka di pintu masuk sekolah dan harus dimatikan serta disimpan di dalam tas. Sebab, meskipun aturan sebelumnya telah melarang penggunaan telepon seluler di kelas, masih banyak siswa yang secara diam-diam tetap menggunakannya.
Lantas, apa sebenarnya konsep dari kebijakan "Pause Numérique" ini? Kemudian, sejauh mana efektivitasnya dalam membatasi penggunaan gadget di lingkungan sekolah? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini!