Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
tampilan aplikasi mobiel DeepSeek. (unsplash.com/Solen Feyissa)
tampilan aplikasi mobiel DeepSeek. (unsplash.com/Solen Feyissa)

Industri teknologi baru-baru ini digemparkan oleh kehadiran DeepSeek R1. Model bahasa (Large Language Model/LLM) dari China ini mampu menyaingi o1 dari OpenAI dengan biaya pengembangan jauh lebih rendah. Kesuksesan DeepSeek telah memicu kejatuhan saham perusahaan teknologi Amerika Serikat, termasuk NVIDIA yang anjlok hingga 17 persen pada akhir Januari 2025. 

DeepSeek hanyalah salah satu dari banyak pengembang model AI asal China yang kini siap bersaing di kancah global. Negeri Tirai Bambu telah berinvestasi miliaran dolar dalam pengembangan LLM dan chatbot AI. Enam model AI cerdas dari China berikut ini membuktikan kemajuan pesat teknologi negara tersebut yang patut diperhitungkan dunia!

1. Deepseek punya banyak model AI, bukan hanya R1

tampilan DeepSeek. di App Store. (dok. DeepSeek)

DeepSeek merupakan laboratorium penelitian AI independen yang berbasis di Hangzhou, China. Perusahaan ini didirikan oleh Liang Wenfeng, lulusan Universitas Zhejiang, pada Mei 2023. Model terbaru mereka, DeepSeek R1, berhasil dikembangkan hanya dengan biaya kurang dari 6 juta dolar AS (sekitar Rp97 miliar), jauh lebih efisien dibanding kompetitornya.

Model DeepSeek R1 memiliki 671 miliar parameter dengan kemampuan memproses konteks hingga 128 ribu token. Keberhasilan model ini telah mendorong aplikasi DeepSeek AI Assistant mencapai peringkat teratas di Apple App Store, mengalahkan ChatGPT. Popularitas ini sempat memicu serangan siber terhadap layanan DeepSeek pada Januari kemarin.

Melansir TechTarget, DeepSeek telah merilis beragam model AI sejak 2023. Perjalanan Deepseek dimulai dari DeepSeek Coder untuk tugas pemrograman, DeepSeek LLM sebagai model dasar, DeepSeek-V2, DeepSeek-Coder-V2, DeepSeek-V3, hingga Janus-Pro-7B untuk pemahaman dan pembuatan gambar. Melansir TechTarget, seluruh model ini tersedia secara open source, memungkinkan pengguna mengaksesnya gratis dan memodifikasinya sesuai kebutuhan.  

2. Seri model Qwen dari Alibaba

logo Alibaba. (Mfn, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

Alibaba Cloud menghadirkan seri Qwen sebagai solusi AI komprehensif bagi pengembang dan perusahaan. Qwen-2.5-1M mampu menangani pertanyaan panjang serta percakapan mendalam. Model ini telah dimanfaatkan berbagai sektor, mulai dari produsen mobil, perbankan, hingga industri game.

Melansir VentureBeat, Alibaba baru saja meluncurkan Qwen2.5-Max yang diklaim mengalahkan DeepSeek R1 dalam beberapa tolok ukur penting. Model ini mengungguli kompetitor dalam tes Arena-Hard, LiveBench, dan LiveCodeBench. Prestasi ini semakin memantapkan posisi Alibaba dalam perlombaan AI global.

Qwen sangat mumpuni dalam tugas-tugas kompleks seperti penalaran dan pemahaman kode. Model ini dilatih menggunakan lebih dari 20 triliun token dan mengadopsi arsitektur mixture-of-experts yang mengoptimalkan penggunaan sumber daya komputasi. Pendekatan efisien ini memungkinkan Qwen mencapai kinerja tinggi dengan biaya lebih efisien.

3. Kimi, produk Moonshot AI yang menjanjikan

tampilan website Kimi. (dok. Moonshoot)

Moonshot AI merupakan startup AI yang cukup menjanjikan dengan valuasi hingga 3,3 miliar dolar AS (sekitar Rp53,7 triliun). Perusahaan ini didukung oleh raksasa teknologi China, Alibaba dan Tencent. Chatbot mereka, Kimi, telah menarik 13 juta pengguna di China, melansir Wall Street Journal.

Model terbaru Moonshot AI, Kimi k1.5, diklaim mampu menyaingi bahkan mengungguli model OpenAI o1 dalam beberapa aspek. Keunggulan Kimi terutama terlihat dalam bidang matematika, pemrograman, serta kemampuan memahami input teks dan visual secara bersamaan. Kehadiran Kimi memperkaya ekosistem AI China dan memberikan lebih banyak pilihan bagi pengguna yang mencari alternatif dari model AI Barat.

4. Ernie Bot, pionir chatbot AI China

tampilan Ernie Bot. (dok. Baidu)

Baidu tercatat sebagai perusahaan pertama yang meluncurkan chatbot AI untuk publik di China melalui Ernie Bot. Pada November 2024, chatbot ini telah mencapai 430 juta pengguna. Pencapaian ini membuktikan besarnya antusiasme masyarakat China terhadap teknologi AI.

Ernie Bot ditenagai oleh model Ernie 4.0 yang diluncurkan Oktober 2023. Baidu mengklaim model ini mampu menyaingi GPT-4 dalam berbagai aspek. Ernie Bot tidak hanya mampu berkomunikasi dalam bahasa natural, tetapi juga menghasilkan gambar dari deskripsi teks.

5. MiniMax yang punya jendela konteks hingga 4 juta token

tampilan situs MiniMax. (dok. MiniMax)

MiniMax menarik perhatian industri AI dengan meluncurkan seri MiniMax-01 yang memiliki kemampuan jendela konteks mencapai 4 juta token. Melansir VentureBeat, pencapaian ini dua kali lipat lebih besar dari Gemini 1.5 Pro milik Google yang hanya mampu memproses 2 juta token. Kemampuan ini setara dengan memproses ribuan halaman buku dalam sekali interaksi.

Model ini mengadopsi arsitektur Lightning Attention yang inovatif sebagai alternatif dari arsitektur transformer tradisional. MiniMax-01 memiliki 456 miliar parameter dengan 45,9 miliar parameter yang diaktifkan per inferensi. MiniMax menawarkan biaya API yang sangat kompetitif, hanya 0,2 dolar AS (sekitar Rp3.200) per satu juta token input dan 1,1 dolar AS (sekitar Rp18 ribu) per satu juta token output. Harga ini 12,5 kali lebih murah dibanding GPT-4o yang mematok 2,5 dolar AS (sekitar Rp40 ribu) per satu juta token input. 

6. Doubao, chatbot AI populer dari ByteDance

tampilan Doubao. (dok. ByteDance)

ByteDance, perusahaan induk TikTok, menciptakan Doubao yang telah meraih 60 juta pengguna aktif bulanan. Salah satu modelnya, Doubao 1.5 Pro diklaim lebih unggul dari GPT-4 dalam hal coding dan pemrosesan bahasa China. ByteDance mengklaim bahwa Doubao menggunakan arsitektur yang dioptimalkan khusus untuk memungkinkan peformatinggi dengan biaya perangkat keras lebih rendah. Pendekatan efisien ini membuktikan kemampuan ByteDance menghadirkan solusi AI berkualitas tinggi tanpa bergantung pada chip AI tercanggih.

Kehadiran berbagai model AI cerdas dari China bisa dibilang cukup mengesankan. Hal ini menunjukkan kalau China masih bisa berinovasi di tengah terpaan pembatasan chip yang diterapkan oleh AS. Apakah menurutmu China akan berhasil menyalip AS dalam perlombaan menuju Artificial General Intelligence (AGI)?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team