Desember silam, Casey Newton pernah menulis dalam situs The Verge mengenai prediksinya tentang sosial media di tahun 2019. Prediksi ini bukan hanya dari analisanya saja, tetapi ia juga meminta pendapat dari para pengguna Twitter lainnya.
Seperti apa prediksi tersebut dan apakah akurat? Mari menengok beberapa di antaranya! Let's find the truth!
Seorang pengguna Twitter bernama Monte Thigpen menyebut bahwa di tahun 2019 akan semakin banyak media sosial yang berbayar. Memang, beberapa fitur di media sosial ada yang berbayar, seperti memasang iklan di Instagram yang bisa tayang di Story maupun Feed. Dari iklan, kita bisa mengetahui jangkauan dan keefektifan iklan bagi bisnis kita.
Hal yang sama juga terjadi di media sosial lain, seperti Twitter, di mana para pelaku bisnis bisa memasang iklan dan tayang di beranda Twitter. Namun, fitur-fitur standar di sosial media sebenarnya bisa kita nikmati tanpa berbayar, kok!
Selama ini, pemilik media sosial terbesar adalah Facebook, yang memiliki beberapa media sosial sekaligus. Seperti Instagram, WhatsApp dan Facebook itu sendiri. Untuk mematahkan dominasi Facebook, apakah raksasa besar lainnya seperti Google dan Apple tidak ingin membuat sosial media juga?
Prediksi bahwa Apple atau Google akan membuat media sosial dicuitkan oleh Dave Smith. Hal ini didukung oleh Jonny Evans dalam laman Computer World. Apple memiliki semua formulanya, seperti ketersediaan platform serta pelanggan yang setia dan loyal.
Namun, faktanya, Apple pernah mengembangkan sosial media bernama Ping yang akhirnya gagal di pasaran. Begitu juga dengan Google+ milik Google yang terpaksa ditutup pada 2 April lalu. Ternyata, nama besar bukan jaminan, ya?
Seorang pengguna Twitter bernama Tu-Lam Pham mencuitkan pendapat bahwa belanja di Instagram akan mengalami masa puncak di tahun 2019. Namun, apakah benar demikian? Faktanya, Instagram memiliki 400 juta pengguna aktif setiap hari dan sepertiga dari Story yang paling banyak dilihat berasal dari akun Instagram bisnis, jelas laman ClickZ.
Instagram mempermudah kita untuk berbelanja dengan cara memberi tag harga di foto yang diunggah. Selain itu, deskripsi produk akan muncul dan terdapat tautan yang akan mengarahkan langsung ke website. Potensi ini jika dimaksimalkan akan menguntungkan, baik bagi pengguna maupun bagi Instagram sendiri.
Sementara, seorang pengguna bernama Will Pfeffer memprediksi bahwa Twitter akan membuat berbagai perubahan di user interface (UI). Rupanya, tebakan ini terbukti. Twitter pun mulai bereksperimen untuk membuat fitur baru di mana pengguna bisa menyesuaikan tampilan antarmuka sesuai dengan keinginan mereka, terang Digital Information World.
Di antaranya, kita bisa mengubah tema warna akun Twitter di website, mengubah ukuran font dan bisa mengubah tampilan menjadi mode gelap. Alhasil, Twitter akan menjadi kian personal dengan tema yang sesuai dengan preferensi masing-masing.
Di sisi lain, Nik Sharma memprediksi bahwa di tahun 2019, obrolan grup akan semakin diminati sebagai pilihan jejaring sosial. Memang, obrolan grup lebih menghemat waktu, tenaga dan uang dibanding dengan melakukan panggilan telepon. Selain itu, kita akan lebih produktif karena tak perlu melakukan obrolan satu per satu ke orang yang kita tuju.
Buktinya, di kuartal kedua tahun 2018, WhatsApp memiliki lebih dari 450 juta pengguna aktif setiap bulan. Total penggunanya berjumlah 1,5 miliar orang yang tersebar di 180 negara. Di sisi lain, LINE memiliki total 217 juta pengguna di kuartal akhir tahun 2016, berdasarkan laman Statista.
Sementara itu, pengguna Twitter lain bernama Matt Wood memperkirakan bahwa proyek Facebook-ifikasi Instagram akan terus berlanjut. Mundur ke tahun 2012, Facebook memutuskan membeli Instagram dengan harga US$1 miliar. Semenjak dibeli, Instagram memang melejit menjadi sosial media yang cukup populer, tapi ternyata itu memiliki konsekuensi tersendiri.
Pendiri Instagram, Kevin Systrom dan Mike Krieger pun memutuskan hengkang dari Instagram. Penyebabnya diduga karena perselisihan dengan Mark Zuckerberg. Contoh proyek Facebook-ifikasi Instagram adalah adanya aturan untuk pengguna yang ingin beralih ke akun bisnis harus menyambungkan ke akun Facebook terlebih dahulu.
Terakhir, prediksi datang dari Ben Cunningham. Ia memprediksi bahwa di tahun 2019 akan lebih banyak konten dalam bentuk serial panjang di YouTube. Hal itu bukan tak mungkin terjadi karena semakin banyaknya channel Youtube. Per 2018, terdapat lebih dari 23 juta channel YouTube dan jumlahnya akan bertambah banyak dari waktu ke waktu.
Berbicara soal serial, apakah YouTube bisa mengalahkan Netflix? Mengingat, serial di Netflix berjumlah ratusan dan dapat ditonton secara legal dengan membayar sejumlah uang. Di sisi lain, YouTube mengandalkan kontennya untuk mendapatkan pemasukan dari iklan. YouTube berupaya menyaingi Netflix, mengingat kita bisa mengaksesnya gratis.
Nah, itulah 7 prediksi mengenai sosial media di tahun 2019. Dari prediksi tersebut, mana yang paling akurat?