Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Strategi Orangtua dalam Mendampingi Anak Live Streaming di YouTube

ilustrasi live streaming (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Orangtua perlu memahami aturan dan kebijakan YouTube terkait live streaming anak
  • Dampingi anak untuk tampil bersama dalam proses siaran sebagai bentuk dukungan nyata
  • Orangtua dapat mengambil alih kendali teknis siaran dan membantu anak memahami pentingnya menjaga data pribadi

Live streaming merupakan salah satu bentuk ekspresi digital yang banyak digemari anak dan remaja masa kini. Melalui siaran langsung di platform seperti YouTube, mereka bisa berbagi hobi, bermain gim, hingga berbincang dengan penonton secara real-time. Namun, di balik potensi kreatif tersebut, terdapat pula risiko keamanan yang tidak bisa diabaikan.

Menyikapi hal ini, YouTube mulai mengubah kebijakannya dan hanya mengizinkan pengguna berusia 16 tahun ke atas untuk melakukan live streaming secara mandiri mulai 22 Juli 2025. Untuk anak-anak yang masih di bawah usia tersebut, YouTube mengharuskan kehadiran orang dewasa sebagai pendamping. Berikut beberapa strategi orangtua dalam mendampingi anak live streaming di YouTube untuk mengawasi dan melindungi anak.

1. Orangtua perlu memahami aturan dan kebijakan YouTube soal live streaming anak

ilustrasi seorang ibu ingin melihat apa yang sedang dimainkan anaknya (freepik.com/freepik)

Pemahaman terhadap kebijakan YouTube menjadi hal penting bagi orangtua. Sebab, mulai 22 Juli 2025, YouTube resmi menaikkan batas usia minimum untuk live streaming secara mandiri menjadi 16 tahun. Anak-anak di bawah usia tersebut hanya diizinkan tampil dalam siaran langsung apabila didampingi oleh orang dewasa yang secara fisik hadir dalam tayangan. Ketentuan ini dibuat demi menjaga keamanan anak dari potensi risiko interaksi daring yang belum tentu bisa mereka tangani sendiri.

Melalui pemahaman soal aturan ini, orangtua bisa menghindari konsekuensi yang mungkin menimpa akun anak, seperti pembatasan fitur, penghapusan siaran, bahkan pemblokiran channel. Lebih dari itu, pemahaman yang baik terhadap aturan akan menempatkan orangtua dalam posisi aktif dalam mengarahkan aktivitas anak di dunia maya. Ini juga membuka ruang diskusi yang sehat antara anak dan orangtua tentang apa yang diperbolehkan dan tidak diizinkan dalam live streaming.

2. Dampingi anak untuk tampil bersama dalam proses siaran

live streaming anak (freepik.com/freepik)

Salah satu syarat YouTube bagi anak di bawah 16 tahun yang ingin live streaming adalah kehadiran orang dewasa secara aktif di layar. Artinya, orangtua tidak cukup hanya berada di balik kamera, tetapi perlu muncul bersama anak dan berinteraksi aktif selama siaran berlangsung. Hal ini bukan sekadar pengawasan secara visual, tetapi bentuk keterlibatan yang menunjukkan dukungan nyata.

Keterlibatan langsung membuka kesempatan bagi orangtua untuk lebih memahami minat anak lebih dalam. Saat tampil bersama, anak akan merasa dihargai dan mendapatkan dukungan penuh dalam proses kreatifnya. Momen ini juga berperan mempererat hubungan sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri anak sebagai kreator muda

3. Orangtua dapat mengambil alih kendali teknis siaran yakni menjadi pengelola channel

ilustrasi seorang anak membuat konten bersama orangtua (freepik.com/freepik)

YouTube memungkinkan anak untuk memberi akses kepada orang dewasa sebagai editor, manajer, atau pemilik channel. Posisi ini memungkinkan orangtua mengatur siaran langsung tanpa menghilangkan identitas anak sebagai kreator utama. Melalui fitur ini, orangtua dapat mengatur jadwal siaran, mengelola pengaturan privasi, dan memastikan semua prosedur dilakukan sesuai standar keamanan platform.

Langkah ini sangat penting, apalagi mengingat siaran langsung bersifat real-time dan tidak bisa diedit setelah tayang. Dengan mengelola aspek teknis, orangtua bisa meminimalkan kesalahan teknis atau kebocoran informasi yang tidak diinginkan. Kehadiran orangtua sebagai pengelola bukan untuk mengambil alih kreativitas anak, melainkan sebagai penopang keamanan dan kenyamanan dalam proses produksi konten.

4. Bantu anak memahami pentingnya menjaga data pribadi

ilustrasi data alamat (unsplash.com/Jonathan Kemper)

Anak-anak sering kali belum memahami betapa berbahayanya membagikan informasi pribadi secara sembarangan di internet. Nama lengkap, alamat rumah, nama sekolah, nomor telepon, hingga hal kecil seperti latar ruangan yang menampilkan plang alamat, semua bisa menjadi celah untuk disalahgunakan pihak tak bertanggung jawab. Di sinilah peran orangtua sangat krusial untuk memberikan edukasi sejak dini tentang apa saja yang termasuk dalam kategori informasi sensitif.

Orangtua bisa menjelaskan secara sederhana bahwa dunia maya tidak selalu ramah. Ajarkan anak untuk selalu memeriksa latar belakang sebelum live streaming, tidak menyebutkan lokasi spesifik, dan menggunakan nama samaran bila perlu. Sikap waspada ini bukan berarti menakut-nakuti, melainkan bekal penting agar anak lebih terlindungi saat menjelajah ruang digital.

5. Orangtua bisa mengaktifkan filter otomatis dan menjadikan dirinya sebagai moderator

ilustrasi video YouTube (unsplash.com/Leon Bublitz)
ilustrasi video YouTube (unsplash.com/Leon Bublitz)

Live chat dalam siaran langsung berisiko menjadi tempat masuknya komentar negatif atau ajakan yang membahayakan. YouTube menyediakan fitur filter otomatis untuk menyaring kata-kata tidak pantas dan opsi menunjuk moderator. Orangtua bisa mengambil peran ini agar suasana obrolan tetap aman.

Sebagai moderator, orangtua bisa memantau interaksi yang terjadi selama siaran, menghapus pesan yang meresahkan, atau memblokir pengguna yang berperilaku tidak sopan. Ini memberi rasa aman bagi anak dan membuat mereka lebih fokus dalam menyampaikan kontennya. Peran ini menciptakan ruang yang lebih nyaman bagi anak sekaligus memberi pelajaran tentang pentingnya menjaga interaksi sehat saat tampil di depan publik.

6. Bekali pemahaman anak tentang risiko dan etika live streaming

ilustrasi orang tua mendampingi anak dalam mengakses internet menggunakan tablet (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi orang tua mendampingi anak dalam mengakses internet menggunakan tablet (pexels.com/Alex Green)

Sebagai orangtua, kita tak bisa hanya melarang atau membatasi. Yang jauh lebih penting adalah membekali anak dengan pemahaman tentang risiko yang bisa muncul dalam live streaming seperti komentar kasar, pelecehan daring, atau bahkan penyalahgunaan konten. Anak perlu diajarkan mengenali tanda bahaya dan tidak ragu menghentikan siaran jika situasinya sudah mulai tidak nyaman.

Selain aspek keamanan, etika dalam berbicara dan bersikap juga perlu mendapat perhatian serius. Ingatkan anak bahwa setiap ucapan dan tindakan di dunia maya bisa direkam dan disebarluaskan tanpa sepengetahuan mereka. Menjadi kreator bukan sekadar tampil menarik, tetapi juga memikul tanggung jawab untuk menjaga kesopanan, menghormati orang lain, dan tetap autentik dalam berkarya.

7. Tentukan waktu yang tepat dan durasi yang wajar bagi anak untuk live streaming

ilustrasi konten live streaming (unsplash.com/Libby Penner)

Siaran langsung tanpa jadwal dapat mengganggu pola belajar, istirahat, bahkan kehidupan sosial anak. Orangtua perlu menetapkan jadwal dan batas durasi yang jelas. Misalnya, hanya dilakukan saat akhir pekan dengan waktu maksimal satu jam agar aktivitas digital tetap seimbang.

Pengaturan ini membentuk disiplin digital sejak dini. Anak belajar bahwa dunia maya bukan ruang tanpa batas, melainkan tempat yang perlu dimasuki secara sadar dan teratur. Dengan membiasakan manajemen waktu, anak akan tumbuh lebih bertanggung jawab terhadap penggunaan teknologi.

Di era digital, pengawasan terbaik adalah kolaborasi yang sehat antara anak dan orangtua. Mengawasi bukan berarti membatasi, melainkan mendampingi agar anak tumbuh menjadi kreator yang bertanggung jawab dan bijak. Maka dari itu itu, ada berbagai strategi orangtua dalam mendampingi anak live streaming di YouTube agar anak cerdas, produktif, dan aman saat berkarya di ranah digital. Orangtua tidak hanya berperan sebagai pendamping dalam proses siaran langsung, tetapi juga sebagai mitra dalam tumbuh kembang anak di dunia maya. Pada akhirnya, menciptakan ruang digital yang sehat selalu dimulai dari rumah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us