7 Teknologi dalam Perayaan HUT RI dari Masa ke Masa

- Telegraf dan telepon memudahkan komunikasi antarwilayah pada masa awal kemerdekaan
- Radio berperan penting dalam menyebarluaskan berita kemerdekaan dan membangkitkan semangat rakyat
- Mesin ketik dan percetakan digunakan untuk memperbanyak naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
Tidak terasa, Indonesia telah merdeka selama delapan dekade. Seiring berjalannya waktu, cara warga negara merayakan hari bersejarah tersebut mengalami banyak perubahan. Adapun pendorong utamanya adalah perkembangan teknologi yang terus melaju pesat sehingga membawa pengaruh besar pada cara kita berkomunikasi, mengabadikan momen, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan peringatan kemerdekaan.
Jika pada masa awal kemerdekaan teknologi yang digunakan masih sederhana, kini kita bisa menyaksikan perayaan HUT RI secara langsung melalui layar HP dari mana saja. Dari telegraf, radio, hingga video 360°, masing-masing memiliki peran penting dalam menjaga semangat nasionalisme. Perjalanan ini membuktikan bahwa teknologi bukan hanya soal kemudahan, tetapi juga sarana untuk mempererat rasa persatuan bangsa. Dalam momen perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia ini, mari kilas balik sejenak tujuh teknologi yang telah membantu perayaan HUT RI dari masa ke masa.
1. Telegraf dan telepon pada masa awal kemerdekaan

Generasi sekarang mungkin lebih mengenal Telegram sebagai aplikasi media sosial. Namun, tahukah kamu bahwa dulu ada teknologi bernama telegraf? Telegraf digunakan untuk mengirim dan menerima pesan jarak jauh. Pesan yang dikirim biasanya dibuat singkat, mirip dengan SMS di masa kini.
Di Indonesia, telegraf pertama kali hadir pada 23 Oktober 1856 melalui layanan pengiriman berita dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Pada masa awal kemerdekaan, telegraf dan telepon menjadi dua teknologi penting yang memudahkan komunikasi antarwilayah. Meski infrastruktur masih terbatas, keduanya membantu pemerintah dan pejuang kemerdekaan menyampaikan informasi penting dalam waktu singkat. Keberadaan telegraf mempersingkat jarak komunikasi sehingga koordinasi perjuangan lebih terarah dan cepat dieksekusi.
Tak hanya telegraf, telepon juga memiliki peran strategis pada masa itu. Melalui saluran telepon, pemerintah dan militer dapat bertukar informasi rahasia dengan tingkat urgensi tinggi. Teknologi ini menjadi pondasi awal terbentuknya komunikasi nasional yang lebih modern dan terintegrasi di tahun-tahun berikutnya.
2. Radio sebagai alat dalam menyebarluaskan berita kemerdekaan

Radio menjadi salah satu alat komunikasi yang berperan penting pada awal kemerdekaan Indonesia. Melalui siaran radio, beberapa tokoh nasional mengetahui kekalahan Jepang dari Sekutu, yang kemudian memicu dimulainya persiapan kemerdekaan. Selain sebagai sarana informasi, radio juga dimanfaatkan sebagai media propaganda untuk membangkitkan semangat rakyat.
Peran radio semakin terasa ketika Sekutu melakukan agresi militer yang berujung pada penangkapan para pemimpin republik. Pemerintahan darurat kemudian dibentuk di Bukittinggi, Sumatera Barat dan pemancar radio YBJ-6 mengambil peranan penting. Pemancar ini bergerilya bersama para pejuang menyampaikan pesan bahwa Republik Indonesia masih ada. Atas jasanya, YBJ-6 kini disimpan dan dipamerkan di Museum Perjuangan di Bukittinggi, sedangkan dioramanya dapat dilihat di Museum Telekomunikasi Taman Mini Indonesia Indah.
Pada masa proklamasi, teks kemerdekaan sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Domei (kini Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia memerintahkan penyiaran berita tersebut melalui radio. Meskipun tentara Jepang menyegel pemancar Domei, upaya ini tidak berhenti. Jurnalis Jusuf Ronodipuro bersama sejumlah pemuda membangun pemancar alternatif di kawasan Menteng dengan kode panggilan DJK-1. Melalui siaran ini, berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebar luas, bahkan hingga ke mancanegara.
Keberadaan radio memungkinkan masyarakat mendengar langsung kabar kemerdekaan, termasuk yang berada di pelosok. Radio juga menjadi sarana untuk menyiarkan lagu kebangsaan, pidato tokoh nasional, dan informasi kegiatan peringatan. Meski bersaing dengan media digital, radio tetap memainkan peran dalam menjaga semangat nasionalisme di setiap perayaan HUT RI.
3. Mesin ketik dan percetakan untuk memperbanyak naskah proklamasi

Setelah Soekarno menulis teks Proklamasi dengan tangan, naskah tersebut kemudian diketik ulang menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari Konsulat Jerman. Proses ini bertujuan agar teks Proklamasi dapat diperbanyak dan disebarkan secara cepat kepada berbagai pihak yang membutuhkannya. Pada masa itu, mesin ketik menjadi solusi praktis karena hasil tulisannya jelas terbaca dan mudah digandakan melalui percetakan sederhana.
Percetakan berperan penting setelah proses pengetikan selesai. Tokoh seperti Burhanuddin Mohammad Diah membantu menyebarluaskan teks Proklamasi melalui surat kabar dan pamflet yang dibagikan ke berbagai daerah. Upaya ini mempercepat sampainya informasi kemerdekaan ke seluruh penjuru tanah air, meskipun saat itu kondisi infrastruktur masih terbatas dan situasi politik belum stabil.
Bagi yang mengenal nama Sajoeti Melik, tentu tahu bahwa beliaulah yang bertugas mengetik rumusan naskah Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah yang ditulis tangan oleh Soekarno tersebut merupakan hasil pemikiran bersama antara Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Menariknya, rapat persiapan kemerdekaan kala itu dilakukan di kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda. Namun, mesin ketik yang tersedia di rumah tersebut menggunakan huruf kanji, sesuai kebiasaan Jepang pada masa itu. Untuk mengatasinya, dipinjam mesin ketik dari Konsulat Jerman yang lokasinya paling dekat dengan kediaman Maeda, sehingga proses pengetikan dapat segera dilakukan.
4. Media sosial dan teknologi digital menjadi platform baru untuk menumbuhkan rasa nasionalisme

Di era digital, media sosial hadir sebagai sarana baru untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, khususnya di kalangan generasi muda. Lewat platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, masyarakat dapat membagikan foto, video, maupun kisah tentang perayaan kemerdekaan. Penggunaan tagar populer, seperti #HUTRI dan #DirgahayuIndonesia, turut mempermudah pengumpulan konten bertema patriotisme sehingga dapat dinikmati dan diapresiasi oleh banyak orang.
Tak hanya itu, sejumlah aplikasi juga menyelenggarakan lomba virtual bertema kemerdekaan yang berhasil menarik ribuan peserta dari berbagai wilayah. Kehadiran teknologi ini tidak hanya membuka akses yang lebih luas, tetapi juga menghapus batas jarak bagi siapa pun untuk berpartisipasi. Fenomena ini membuktikan bahwa semangat memperingati HUT RI mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan nilai sejarah yang melekat di dalamnya.
5. Siaran upacara HUT RI dalam format video 360°

Pada peringatan HUT RI ke-71 2016, Istana Negara menghadirkan inovasi dengan menyiarkan upacara kemerdekaan menggunakan teknologi video 360°. Dilansir Setneg, prosesi upacara dapat dinikmati publik secara interaktif melalui berbagai sudut pandang lewat akun YouTube resmi Presiden Joko Widodo dan platform Periscope di Twitter. Langkah ini menjadi terobosan yang menghadirkan pengalaman menonton berbeda dari biasanya
Pemanfaatan video 360° tidak hanya menambah transparansi jalannya acara, tetapi juga memberikan sensasi seolah berada langsung di lokasi. Dengan bantuan perangkat VR atau cukup menggeser layar HP, penonton bisa mengamati detail prosesi, mulai dari formasi pasukan, tata panggung, hingga ekspresi para tamu undangan. Teknologi ini menjadikan perayaan kemerdekaan terasa lebih inklusif, terutama bagi mereka yang tidak berkesempatan hadir secara fisik.
6. Produksi siaran upacara menggunakan kamera robotik dan jaringan 5G standalone

Pada peringatan HUT ke-76 Republik Indonesia 2021, teknologi kamera robotik dimanfaatkan untuk menghasilkan tangkapan gambar yang presisi sekaligus dinamis. Sistem ini memungkinkan kru produksi memperoleh berbagai sudut pengambilan gambar tanpa mengganggu jalannya upacara. Selain itu, rangkaian acara juga disiarkan secara virtual, sehingga masyarakat di seluruh Indonesia dapat menyaksikannya dari rumah melalui televisi maupun berbagai platform digital.
Inovasi tersebut berlanjut hingga HUT ke-79, ketika Telkomsel bersama Ericsson mengimplementasikan jaringan 5G Standalone dengan teknologi network slicing. Berbekal kualitas koneksi tinggi dan latensi rendah, upacara yang digelar di Ibu Kota Nusantara dapat disiarkan secara real-time tanpa hambatan berarti. Kehadiran teknologi ini menjadi bukti bahwa perayaan kemerdekaan kini semakin terintegrasi, efisien, dan relevan dengan perkembangan zaman.
7. Real-time monitoring kelistrikan melalui command center Ibu Kota Nusantara (IKN)

Kemajuan teknologi informasi menjadi salah satu faktor kunci sukses pelaksanaan upacara peringatan kemerdekaan. Di bawah kepemimpinan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, prosesi peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-79 berlangsung khidmat, baik di Jakarta maupun di Ibu Kota Nusantara (IKN). Konektivitas yang terjaga antara Istana Merdeka dan Istana Negara IKN memastikan setiap rangkaian acara berjalan selaras dan tepat waktu.
Melansir Dittel Komdigi, menjelang pelaksanaan upacara HUT ke-79 RI, Direktorat Telekomunikasi melakukan koordinasi intensif dengan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) serta sejumlah penyedia layanan telekomunikasi, termasuk PT Indonesia Comnet Plus (Icon Plus), PT Telkom Indonesia Tbk, PT Telekomunikasi Selular, PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk, PT XL Axiata, dan PT Smart Telecom Tbk. Langkah ini mencakup pemantauan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) oleh pemegang hak perlintasan, guna memastikan kualitas jaringan di lokasi upacara selalu optimal.
Stabilitas pasokan listrik juga menjadi prioritas agar perayaan berjalan lancar. PLN membangun Command Center di Ibu Kota Nusantara untuk memantau kondisi kelistrikan secara real-time pada HUT RI ke-79. Sistem ini mengawasi aliran listrik mulai dari pembangkit hingga titik distribusi terakhir, sehingga potensi gangguan dapat diantisipasi sejak dini.
Dengan dukungan teknologi ini, penyelenggara memperoleh jaminan bahwa prosesi upacara dan siaran langsung bebas dari kendala teknis, baik terkait jaringan maupun kelistrikan. Hasilnya, kualitas tayangan tetap prima dan kenyamanan penonton, baik yang hadir di lokasi maupun melalui media tetap terjaga.
Perjalanan panjang teknologi dalam mendukung sepanjang perayaan HUT RI membuktikan bahwa inovasi komunikasi dan media memiliki peran vital dalam menjaga semangat persatuan bangsa. Dari telegraf sederhana di masa awal kemerdekaan hingga media sosial yang menghubungkan jutaan orang di era modern, setiap kemajuan teknologi telah memastikan pesan kemerdekaan tersampaikan dengan cepat. Melalui teknologi yang semakin canggih, masyarakat dapat merayakan HUT RI secara lebih kreatif, interaktif, dan inklusif. Teknologi tidak hanya mempermudah distribusi informasi, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga negara di berbagai penjuru dunia.
Semangat kemerdekaan akan terus hidup mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan makna sejatinya. Dengan inovasi yang terus dimanfaatkan secara bijak, perayaan HUT RI akan selalu relevan, meriah, dan membanggakan. Dirgahayu Republik Indonesia!